Accident

22.8K 811 54
                                    

Matahari mulai naik menyinari isi bumi. Banyak seisi makhluk kini tengah mulai beraktivitas dengan berbagai kegiatan. Namun tidak dengan sepasang anak muda yang kini masih berada dalam balutan selimut tipis.

Bulu mata lentik itu mulai bergerak-gerak hingga pandangannya langsung bertemu dengan sorot mata seorang pria yang kini mentapnya teduh, bahkan terlihat sangat menyesal.

"Maafkan aku," ucap Vero penuh sesal. Pria itu kemudian meraih tangan mungil si gadis untuk digenggamnya. "Aku akan bertanggung jawab. Ini semua salahku karena memaksamu meminum minuman terkutuk itu."

Niken ingat, semalam Vero menjemputnya setelah pekerjaannya selesai. Niken hanya bekerja paruh waktu sebagai waittres disebuah kafe kecil biasa.

Bukannya mengantar pulang, Vero malah mengajak Niken ke club. Niken menurut saja karena wajah Vero tercetak jelas kekecewaannya. Vero terus mengumpat saat tahu gadis yang di incarnya sedang dekat dengan anak rektor di kampusnya.

Vero meradang sekaligus kecewa. Ia merasa tersingkir, padahal sedikit lagi Vero mendapatkannya. Hingga ia menumpahkan kekesalannya pada beberapa botol minuman keras. Bahkan mau tak mau Niken ikut merasakannya.

Meski hanya minum beberapa gelas kecil saja tapi sudah mampu membuatnya mabuk dan hilang kendali. Mereka berdua sama-sama larut dalam pengaruh alcohol hingga terjadinya malam penuh dosa.

Niken melihat mata yang selalu cerah kini nampak kelam dengan rasa sesal.

"Jangan khawatir, aku akan menikahimu. Aku tidak akan lari dari tanggung jawab. Percayalah," ucap Vero menyakinkan Niken yang masih terdiam.

Bagaimana pun Niken tahu pria yang telah menjadi sahabatnya hampir lima tahun ini tidak memiliki perasaan khusus padanya. Vero menganggap dirinya hanya sebatas sahabat tanpa ada rasa lebih.

Niken tahu benar saat ini hanya satu gadis yang Vero inginkan yaitu Monica Utami, gadis populer di kampusnya. Gadis sempurna dengan segala kecantikannya.

Niken tertawa melihat ekspresi wajah Vero. Pria itu mengernyit heran. Bagaimana bisa Niken tertawa lepas setelah keperawanannya terenggut olehnya. Seolah ini adalah hal yang biasa saja.

"Siapa juga yang mau menikah denganmu? Uh, apa yang akan terjadi jika aku memiliki suami seperti dirimu yang sangat menyebalkan," decak Niken.

"T-tapi kita telah melakukannya ... Bahkan aku yang telah merenggutnya pertama kali." Vero masih saja menyesalinya. Pria itu menyingkap selimut tipis itu.

Masih terlihat jelas bercak merah segar menghiasi seprai lembut berwarna putih. Untuk kembali mengingatkan Niken bahwa kesuciannya telah ternoda oleh kebejatannya.

Niken menatap lembut pria yang kini tertunduk. Perlahan tangan kanannya meraih tangan besar Vero lalu digenggamnya erat, "Aku tidak apa-apa. Tak ada yang perlu kau tanggung dari kejadian ini. Ini juga salahku karena tidak bisa mengendalikan diri. Seandainya aku menolak, kau pasti tidak akan melakukan sampai sejauh ini. Kesalahan ini kita berdua yang menciptakannya. Aku tidak akan menuntutmu."

"Bagaimana kalau kau hamil? Jelas aku tidak akan menelantarkannya. Aku tidak ingin ada janin tak berdosa yang terlibat akibat kesalahan kita," ujar Vero menegaskan ketakutannya.

"Aku tidak akan hamil, kita hanya sekali melakukannya. Kurasa tidak semudah itu sebuah janin terbentuk," jawab Niken enteng.

Namun hati kecilnya meragukannya saat merasakan kewanitaannya yang nyeri. Sepertinya lebih dari satu kali Vero memasukinya.

"Tubuhku masih terasa lemas, bisa saja semalam aku menghujammu lebih dari satu kali. Kita sama-sama terbawa hasrat. Bahkan ini pertama kalinya kita melakukannya. Kau tahu, banyak pasangan yang hanya melakukan sekali tapi langsung dikaruniai seorang bayi. Aku akan tetap menikahimu, meski saat ini aku belum siap menjalani kesakralan hubungan itu," jelas Vero panjang lebar tanpa memberi celah Niken untuk membalas.

"Sstt ... Vero, dengarkan aku! Aku tidak ingin menikah denganmu, titik. Apapun alasanmu aku masih bisa menjalani hidupku seperti biasa. Soal hamil, kau tak perlu cemas. Aku akan segera mengkonsumsi pil penunda kehamilan. Kau bisa tenang. Aku juga masih ingin menjalani kebebasan ini. Jadi tak ada yang perlu kau risaukan lagi."

Niken memcoba turun dari ranjang. Ia tidak ingin berlama-lama menatap wajah penuh sesal pria itu. Karena bisa saja pertahanannya runtuh. Ia takut tidak bisa menyembunyikan perasaan terdalamnya bahwa hatinya masih terus dan selalu menginginkan sahabatnya menjadi masa depannya.

Namun kejadian ini mematahkannya. Ia tidak sanggup mematahkan harapan Vero hanya karena kesalahan satu malam ini. Meski dirinya sangat menginginkan pernikahan. Niken tidak sepicik itu.

"Ok, kau bisa menahan kehamilanmu, tapi bagaimana dengan keperawananmu. Ingat, aku lah yang telah mendapatkannya. Apa kelak suamimu akan menerima semua itu? Aku meragukannya, Niken. Ini demi kelangsungan hidupmu." Vero masih terus menimbang tentang masa depan sahabatnya.

Niken menghembuskan napasnya, semua yang dikatakan Vero memang benar. Jujur, dia sangat takut menjalani hidupnya setelah ini. Tidak akan mungkin ada pria yang mau menerima tubuhnya yang sudah terenggut kesuciannya.

Niken sudah mantap meyakinkan dirinya untuk tidak kembali bermimpi tentang masa depan bahagia mengenai jodohnya.

Niken hanya ingin pria di hadapannya. Tapi tidak dengan cara seperti ini.

"Sungguh, aku tidak apa-apa. Semua akan baik-baik saja. Aku rasa di zaman sekarang ini keperawanan bukan satu-satunya menjadi alasan untuk mencintai seseorang. Kau tidak perlu cemas, paling tidak aku tahu bahwa kau lah yang mendapatkannya."

Niken tersenyum manis. "Anggap saja kejadian ini sebagai pengalaman berharga kita. Karena ini adalah pertama kalinya kita melakukannya, meskipun dalam keadaan tidak sadar."

"Kau serius?" Vero menatap tepat di manik madu Niken mencoba mencari tahu tentang semua pernyataannya.

Mati-matian Niken menahan kesedihannya. Ia tidak ingin berlama-lama dipandangi mata yang selalu membuatnya berdebar. "100% yakin!"

Niken mulai berdiri ingin melangkah ke kamar mandi tapi tubuhnya kembali terduduk merasakan nyeri pada area kewanitaannya.

"Sshh... akh..."

Vero segera berdiri mengangkat tubuh mungil Niken. "Turunkan aku! Aku bisa sendiri. Aaa ... Kenapa kau tidak memakai pakaianmu dulu. Kau ini benar-benar menyebalkan."

Vero terkekeh melihat respon malu Niken. Gadis itu menyembunyikan wajahnya pada dada Vero. Membuat gundukan kembar yang hanya terlapisi selimut tipis menempel pada dada polos Vero. Tanpa sadar gairah kelelakiannya kembali tegak.

"Shit ..." Vero harus segera menghindar dari keintiman ini. Bagaimanapun dirinya laki-laki normal yang menyukai daging kenyal seorang gadis. Meski saat ini kesadarannya telah kembali tapi dirinya tidak yakin jika keadaan ini berjalan cukup lama.

Vero takut menyerang lagi tubuh manis Niken. Vero hanya bisa menelan ludah saat tiba di kamar mandi. Vero segera menyiapkan air hangat dalam bath tube.

"Mandilah, aku tunggu di luar," ucapnya setelah mengacak-acak rambut Niken, pria itu keluar.

Gadis itu tersenyum kecut. Air matanya mulai turun, dadanya terasa sakit. Ia akan terus menyimpan perasaan cinta itu selamanya.

.

.

.

.

*01-Okt-2018
aliceweetsz

Friendsh*tWhere stories live. Discover now