Glass 19

50 6 0
                                    

Dentuman musik memekakkan telinga Rania. Ia gak pernah ke klub, apalagi dengar music yang menghantam langsung gendang telinganya. Ini butuh ekstra tenaga untuk berteriak agar bisa bicara.

"kamu disini dulu, ya. Aku mau ke lantai dua," kata Hary mendudukkan Rania ke meja didekat bartender. Hal itu memudahkannya kalau ia bisa menemukan Rania. "sebentar aja, kok."

Rania mengangguk. Ia sedikit bingung dengan sikap Hary. Ia melihat pria itu hilang ditangga. Ia melihat ke lantai dua. Ada dinding kaca tapi tidak bisa melihat ke dalam. Hanya siluet yang bisa ia tangkap.

Ia pun jadi haus karena makan tanpa sempat minum tadi. Ia memegang tenggorokannya dan menelan ludah. Kering.

"mas, pesan soda dingin gak pakek alcohol, ya," kata Rania kepada bartender yang kebetulan berdiri didekatnya.

Tak lama pesanannya tiba didepannya. Dengan jeruk nipis sebagai sentuhan akhir dibibir gelas. Ia pun menenggelamkan jeruk nipis itu ke gelas dan mengaduknya. Ia menyeruput pelan dan menikmati sensasi segar soda dan asam.

Ia melihat ke sekeliling. Banyak juga pengunjungnya. Kalau dipikir-pikir ini lebih riuh dari bar Hary terus juga ada dance floor dimana orang setengah mabuk maupun sadar sedang menggoyangkan tubuhnya. Dan surprise ada orang mabuk ikutan disana. Mix yang bagus, kata Rania dalam hati.

Ia melihat ke gelasnya lagi. Ia tersenyum karena ia teringat akan minuman yang ia pesan di bar Hary. Awal pertemuan mereka dan tragedy untuknya. Enggak dramatis juga, sih. Karena terakhir ia bertemu mantannya itu udah lama sekali.bahkan udah gak ada kabarnya lagi. Mungkin dia uda lupa tentang Rania dan mulai move on atau mungkin tetap melanjutkan hal itu.

Rania menyeruput habis minumannya. Kali ini sensasinya berbeda. Tenggorokannya seperti terbakar dan pandangannya mulai kabur. Oh, tidak. Jangan mabuk, katanya lagi dalam hati.

Sejak kapan minuman sodanya ditambah alcohol. Bahkan bartender dengan jelas mendengar pesanannya. Rania tahu dia tidak kuat dengan alcohol. Ia berharap tidak pingsan tiba-tiba lagi seperti waktu itu.

Music pun berganti dan suasana memanas. Lantai dansa lebih hidup karena music berganti dengan lagu Despacito milik Luis Fonsi. Rania pun menahan dirinya supaya tidak kel lantai dansa tapi mau gimana lagi, musiknya sangat menggoda.

Di intro music, Rania perlahan bangkit dan mulai berjalan sedikit sempoyongan. Ia menjaga pandangannya agar tidak menabrak orang yang berlalu lalang. Di bagian puncak, Rania sudah mulai menggila. Ia pun asyik berdansa dan gerakannya sangat menggoda. Untung saja ia tidak menjadi sorotan. Tapi, ia malah menarik perhatian lawan jenis.

Beberapa lelaki mendekatinya untuk menjadi dance partner. Tapi Rania dengan telunjuknya mendorong halus mereka satu per satu. Ia tersenyum menggoda tapi maksudnya adalah sorry, aku mau sendiri. Tapi pesan itu tidak ditangkap dan tidak diindahkan sampai lagunya habis.

Dilain sisi, Hary terkejut melihat Rania meniggalkan posnya. Ia berjalan dengan sempoyongan tapi mencoba tetap sadar. Ia msih melihat dari atas saat Rania mulai menggerakkan badannya karena alunan music yang catchy. Tapi yang membuatnya meradang adalah saat lelaki mendekati Rania. Hary menurunkan gelasnya dari wajahnya dan membantingnya di meja.

Seorang lelaki yang berdiri disebelahnya terkejut. Ia adalah pria yang menelpon Hary.dengan stelan jas sedikit formal, ia mengikuti pandangan Hary. Ia menaikkan alisnya saat Hary memasang wajah murka dan langsung keluar dari ruangan itu.

Lagu berganti dengan Havanah milik Camilla Cabelo. Lagu favoritnya. Rania pun mulai berdansa ala-ala salsa. Dengan setengah sadar, ia menikmati kebebasan sesaatnya. Ia lupa kalau Hary ada disana.

bartender [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang