"Syaratnya adalah menyerahkan anakmu yang kini berada didalam kandungan perempuan itu" ucap Soyoung sambil menunjuk Jihyo yang sontak membuat semua orang kaget."Aku" kata Jihyo menunjuk dirinya sendiri.
"Jihyo mengandung anakku?" kata Jaebum tak percaya.
"Kau bahkan tak mengetahuinya? Dasar bodoh. Kau lupa apa yang pernah kau lakukan bersama perempuan itu" ucap Soyoung.
"Jihyo" Jaebum menatap wajah Jihyo yang kini sedang memandangi perutnya. Jihyo masih belum percaya dengan ucapan Soyoung.
"Cepat katakan, apa kau yakin akan menukar nyawa anakmu demi adik tercintamu ini?" ucap Soyoung yang semakin mendekap erat tubuh Nayeon.
"Untuk apa kau meminta anak kecil yang bahkan belum lahir, Park Soyoung-ssi?" geram Woohyun.
"Bukankah kau sudah tahu jawabannya Nam Woohyun-ssi. Tentu anak itu akan kuambil jantung dan hatinya yang membuatku awet muda. Apalagi setelah aku tahu kalau anak itu memiliki darah campuran dari penyihir dan manusia, aku semakin ingin cepat-cepat memakannya" ucap Soyoung.
"Sudahlah Ibu! Hentikan semua ini!" bentak Jinyoung.
"Tidak akan"
"Baiklah" ucap Jaebum.
"Baiklah apa Jaebumie?" kata Soyoung.
"Aku akan memenuhi persyaratanmu" ucap Jaebum dalam satu nafas.
"Apa? " tanya Soyoung sembari mengembangkan senyumnya.
"Aku.... Aku akan menyerahkan anakku padamu" ucap Jaebum.
"Pilihan yang bagus" Soyoung langsung mendorong tubuh Nayeon dan segera ditangkap oleh Jinyoung.
"Mark, jaga Jihyo. Jangan sampai dia kabur. Kalau perlu sekap dia" titah Soyoung pada Mark. Mark pun hanya pasrah dan mematuhinya.
"Maafkan aku Jihyo-ssi. Kau harus ikut aku sekarang" ucap Mark lirih yang dibalas anggukan oleh Jihyo.
"Sekarang kalian bisa melanjutkan pernikahannya" setelah berucap, Soyoung langsung pergi dan menyusul Mark dan Jihyo.
***
"Kenapa Jaebum tega melakukan hal ini padaku....kenapa...... Arghhh..... Aku benci padanya" tangis Jihyo terus menderas sejak ia sampai disebuah kamar tempatnya disekap.
Jihyo berkali-kali merutuki nasibnya yang akan kehilangan anaknya.
Krek
Suara pintu terbuka menampakkan Mark yang sedang membawa makanan sehat khusus orang mengandung.
"Sudahlah jangan menangis terus. Kuatkan dirimu. Mungkin ini sudah jalan yang terbaik untuk calon anakmu" hibur Mark sembari meletakkan makanannya di meja samping tempat tidur.
"Tak usah sok sok an menghiburku. Kau bahkan tak tahu apa yang aku rasakan saat ini. Kau tak tahu rasanya dikhianati oleh orang yang kau cintai"
"Kau memang benar. Aku tak tahu apa yang kau rasakan saat ini. Tapi aku tahu rasanya dikhianati oleh orang yang sangat aku cintai. Rasanya sangatlah sakit. Tapi buktinya, sekarang aku bisa melupakannya dan berusaha untuk tidak membencinya" ucap Mark.
"Jangan sok bijak Mark-ssi. Aku tahu saat ini kau pasti masih menyukainya dan kau masih menyimpan rasa bencimu padanya" sindir Jihyo.
"Jangan sok tahu" ucap Mark sebal.
"Ucapanku benarkan..... Hahahaha" ucap Jihyo sarkastik dan kini Jihyo sudah bisa tertawa lepas.
"Ei.... Kau sudah kehilangan rasa sedihmu rupanya. Sekarang kau harus makan makananmu ya" ucap Mark.
"Oke aku akan memakannya, tapi aku ingin menjambakmu. Bolehkah?" ucap Jihyo dengan wajah berharapnya.
"YAK, kenapa kau malah ingin menjambakmu? Tidak. Aku tidak mau"
"Ya sudah. Kalau begitu, aku tidak mau makan. Bawa pergi makanan ini" ucap Jihyo merajuk.
"Silakan jambak sepuasmu!" ucap Mark sambil menundukkan kepalanya.
Jihyo pun tersenyum menang.
***
Semenjak kedua insan ini sah menjadi suami istri. Baik Nayeon maupun Jinyoung memilih untuk duduk diam di pinggiran kasur. Kini mereka berdua sudah selesai mandi dan memakai baju tidur couple warna biru pemberian Jeongyeon.
"Nayeon-ah, kenapa kita jadi secanggung ini ya. Perasaan tadi kita bercanda dengan lepasnya" ucap Jinyoung berusaha memecah dinding kegugupannya.
"Mungkin karena sekarang kita hanya berdua di dalam kamar" ucap Nayeon yang masih menunduk sambil memainkan jari-jari tangannya.
"Ahhh.... Kau benar. Jadi kita mulai sekarang atau lain kali saja" ucapan Jinyoung berhasil membuat Nayeon mengangkat kepalanya untuk menatap wajah Jinyoung suaminya.
"Eummm... Mak ....sud..mu? " tanya Nayeon dengan gugupnya.
"MP..... Kau ingin melakukannya sekarang atau lain kali saja?" tanya Jinyoung lagi.
Seolah mengerti apa yang dimaksud Jinyoung, Nayeon pun berusaha menahan senyumnya.
"Memang Oppa mau punya anak berapa?" kini giliran Nayeon yang bertanya.
"Eummhhh.... Berapa ya? Seratus mungkin ah...tidak tidak lima ratus" ucap Jinyoung sambil mengeluarkan smirknya.
"YAK.... kau kira aku sekuat apa? Lima ratus. Membayangkannya saja sudah membuatku ingin pingsan" Jinyoung terkekeh.
"Jangan saat membuatnya. Bayangkan saja saat mereka sudah lahir, pasti rumah kita akan ramai"
"Iya ramai, tapi mungkin aku akan melupakan nama-nama mereka karena saking banyaknya"
"Kita tak usah memberinya nama agar kau tak lupa namanya karena mereka tak punya nama" kilah Jinyoung.
"Mana bisa begitu. Ishhh.... Kau menyebalkan. Aku mau tidur" sebal Nayeon.
"Kau yakin mau langsung tidur?" canda Jinyoung.
"Ya"
"Kau tak mau?"
"Tidak"
"Lalu bagaimana kau bisa makan coklat yang sangat manis jika kau tak mau melakukannya denganku" rayu Jinyoung.
"Aku sudah tidur"
"Kalau sudah tidur mana mungkin bisa menjawabku"
"Dasar cerewet" sindir Nayeon.
"Meskipun cerewet tapi kau tetap cinta" ucap Jinyoung membuat Nayeon bungkam dan beranjak dari tidurnya.
Chup
Satu kecupan hangat Nayeon berikan tepat pada bibir Jinyoung.
"Cuma satu" rajuk Jinyoung.
Nayeon hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Aku sangat lelah oppa, lain kali saja ya" ucap Nayeon sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Baiklah" ucap Jinyoung mengalah.
***
"Jangan terlalu bahagia dulu Im Nayeon. Aku akan merebutnya darimu. Aku akan membuatmu menderita karena merebutnya dariku. Tunggu saja pembalasanku" ucap seorang perempuan sambil menatap pintu kamar Jinyoung dan Nayeon.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Curse (✔)
FanfictionKisah seorang gadis yang terkena kutukan cinta. Kutukan ini hanya bisa di hilangkan jika orang yang terkena kutukan bisa menghasilkan keturunan kembar lima. Seperti apakah kutukan itu? Bagaimana cara Nayeon menghadapi kutukan yang menimpanya? Cast ...