Stage 11

16.5K 2.3K 139
                                    

Sudah dua hari Wonwoo terbaring lemah di ranjangnya sejak insiden penolakan itu. Hingga sekarang Wonwoo masih berusaha menghilangkan jejak Mingyu walau ia tahu hasilnya akan sia-sia dan lebih parahnya bisa saja ia akan mati jika terus-terusan menolak kehadiran Alphanya.

Wonwoo itu Omega yang sangat keras kepala, kalau kau ingin tahu. Ia bahkan tidak mengindahkan kalimat dari kedua sohibnya yang membuat Soonyoung beberapa kali harus membius Wonwoo agar ia tenang.

Jihoon sudah berusaha menghubungi ponsel Mingyu--yang sudah ia dapatkan dari Jeonghan--namun tak pernah diangkat oleh Alpha itu, atau lebih tepatnya nomor Mingyu selalu berada di luar jangkauan. Jihoon kerap lupa bahwa pria Alpha itu sedang berada di luar negeri.

Ngomong-ngomong ini sudah dua hari Jihoon memutuskan untuk menginap di rumah Wonwoo demi agar sohibnya itu tetap aman. Bagaimanapun juga ia merasa bahwa ini juga termasuk kesalahannya dan setidaknya Jihoon mau bertanggung jawab.

"Wonwoo-ya, Kau sudah bangun? Kau terlihat lebih 'hidup' pagi ini. Ada apa? Kau mimpi indah?"

Wonwoo yang baru saja keluar dari kamarnya memandang Jihoon. Omega bertubuh lebih pendek dari Wonwoo itu tengah menonton anime pagi di ruang tengah Wonwoo dengan setoples keripik nenas yang menemaninya.

Wonwoo mengacuhkan pertanyaan Jihoon dan memutuskan menghampiri dapur.

Tidak seperti dua hari sebelumnya, ia tak mau beranjak dari kasur dan justru membuat kegaduhan di pagi hari seperti berteriak kesakitan sambil menyisipkan kalimat kotor untuk Mingyu, dan itu membuat Jihoon harus mengurusi Wonwoo agar sohibnya itu tak lepas kendali. Dan ajaibnya, kejadian itu sama sekali tidak terjadi lagi pada pagi ini.

"Kukira kau sudah mati karena tidak melolongkan nama si Kim Mingyu itu pagi ini." Sindir Jihoon memperhatikan Wonwoo yang kini tengah menegak air mineral di dapur.

Wonwoo berjalan menghampiri Jihoon setelah menegak tandas segelas air, ia merebahkan tubuhnya di atas sofa, di sisi kosong sebelah Jihoon.

"Aku memimpikan si brengsek itu semalam." Ujar Wonwoo pelan membuat Jihoon langsung terperanjat.

"Benarkah?? Apa yang kau mimpikan tentang Mingyu? Apa dia mengancammu di mimpi itu?" Ujarnya.

"Tidak, hanya... aneh saja. Tiba-tiba saja aku seperti.... um... sudah mulai menerima kehadirannya? Uh, entahlah. Aku masih membencinya." Suara Wonwoo semakin mengecil namun Jihoon masih dapat mendengarnya.

"Sepertinya ikatan batin kalian mulai terjalin, aku rasa Mingyu bisa mengendalikan mimpimu. Yah, kau tahu, seperti ia memberikan perlindungan padamu lewat sebuah mimpi. Soonyoung sering melakukan itu padaku saat kami sedang terpisah jarak."

Wonwoo memandang sohibnya itu dengan tidak yakin, "Benarkah? Secepat itukah? Bahkan aku belum terlalu ingat wajah si brengsek itu seperti apa."

"Mungkin Mingyu tidak seburuk yang kau pikirkan. Bisa saja ia melakukan ini demi keselamatanmu. Aku sudah berkali-kali katakan tidak baik terus-terusan menolak kehadiran Alpha-mu. Lagi pula apa kau tidak memikirkan kondisi Mingyu ketika kau menolaknya? Bisa saja ia merasakan hal yang lebih menyakitkan darimu." Jelas Jihoon membuat Wonwoo memandangnya tak setuju.

"Bagaimanapun aku masih membencinya! Kalau dia ada di hadapanku saat ini aku tak segan-segan menampar wajahnya."

Jihoon terkekeh, "baiklah-baiklah terserahmu saja. Oh iya, aku ingin ke kafe membeli kopi, kau mau menitip sesuatu?"

(✔) Alpha Online × MEANIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang