Why It Happen?

47 5 0
                                    

Memang aku akan pulang. Memanglah aku pun akan bertemu dengan mereka. Tetapi kenapa firasat ini mengatakan sesuatu yg akan membuatku kecewa? Aku seharusnya tau.

"Kenapa lagi Inojin? Kau masih takut? Kau tak terlihat tenang. Ceritakan saja padaku." Boruto duduk disampingku seraya mengulus ulus dadaku yg mulai sesak.

"Aku tau bahwa aku sedang merasa tidak tenang. Tapi aku bisa memastikan bahwa bukanlah terletak pada saat ini. Saat aku akan pulang bersama kalian. Ada apa ya?" wajahku semakun memucat. Kurasakan tanganku mulai mendingin.

"Mari sekarang kita pulang dulu. Barang kali masalahnya terletak pada tempat kepulanganmu.."

"Apakah iya? Jika itu terjadi justru membuatku semakin tak tenang, Boruto.."

"Nanti kalau ada apa apa bilang saja padaku. Tak perlu risau. Gunakanlah What'sApp atau apa untuk menghubungiku."

"Pak, sebentar pak. Berhenti!" Iwabe melambaikan tangannya pada salah satu truk. "Bolehkah kami ikut bersamamu? Kami turun di perempatan Konoha.." lanjut Iwabe pada sang supir.

"Baiklah. Naik.." kata supir truk tersebut membolehkan kami. Iwabe meneriakkan seseuatu padaku dan Boruto.

"Ayo, Boruto! Sudah datang! Cepatlah pulang!!" Iwabe dan kawan kawannya memanjat body truk itu. Aku dan Boruto berlari menyusul.

Kupanjat dengan tanganku yg gemetaran. Aku anak yg 'agak' manja. Jadi sulit bagiku untuk melakukan hal yg semacam ini.

"Ayo, Inojianto. Mari kubantu!" teriak Hanare dari atas. Ku genggam tangan Hanare, lalu dia menarik tanganku dengan sekuat tenaga yg dia punya sore ini.

"Apakah kau baik baik saja, Inojianto?" Hanare mengusap usap bajuku yg kotor terkena pasir truk ini.

Di luar dugaanku, ternyata anak anak seperti ini justru sangat baik padaku. Satu satunya hal yg kubenci hanya ketika mereka memanggil nama akrabku yg berbunyi "Inojianto". Itu saja. Tak lebih.

Kami pun menaiki truk ini sampai ke perempatan konoha. Disana kami turun, mengucapkan terimakasih kepada sang supir untuk tumpangannya. Rumah Iwabe dan Hanare berlawanan arah dengan rumahku dan Boruto.

"Besok lagi ya, Boss" Iwabe mengucapkan salam perpisahan pada kami berdua. Rumahku dan Boruto tak berjauhan. Tepat di sampingku ialah rumah sahabatku yg satu ini.

Kami berjalan berdua, menjalani sore ini dengan perasaan dan emosi yg berbeda beda. Aku masih merasa tidak tenang. Karena apa yg didalam hatiku ini mengatakan sesuatu yg tidak pas pada rumahku.

Saat sampai di depan rumah, kulihat rumahku berantakan dan gelap. Tak terlihat ada lampu menyala. Setiap hari satu lampu menyala pada ruang yg ada di atas. Entah ruang apa itu di karenakan aku belum pernah diberi tau apa apa pasal ruang yg satu itu. Tetapi aku selalu memastikan bahwa lampu itu menyala karena memang terlihat dari luar.

Aku merinding dan ketika Boruto hendak memasuki rumahnya, ku genggam tangannya.

"Ada apa lagi?" Boruto menatapku dengan pandangan heran. Aku tau bahwa aku ini anak penakut dan payah. Berbeda dengan Boruto. Dia mendapatkan nilai dibawah 5 itu sudah kesehariannya. Tetapi satu kelebihannya ialah dia pemberani. Dia bahkan menangkap ular cobra dan piton yg masuk kampung dengan kedua tangannya sendiri. Karena itulah kupercaya dia.

"Aku takut Boruto. Maukah kamu menemaniku sebentar saja?" aku menarik tangannya.

"Ehm, bagaimana ya, yah karena aku sudah berjanji akan membantumu, akan kulakukan permintaanmu." dia mengikutiku memasuki halaman rumahku yg mulai muncul aura suram.

Saat ku mencapai depan pintu rumahku, ketakutanku muncul dan mencapai ketakutan ber level. Aku melotot melihatnya. Ada apakah ini? Kulihat bercak darah ada di depan pintu.

Alpha Dimension [Elsanavina's Kidnapping]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang