🍁~ Tengah malam

163 22 0
                                    

Kanaya menoleh, kemudian ia meninggalkan Amour di sana, sejumlah kawannya bingung dengan sikap Kanaya yang berubah sedikit diam.

Amour mengerutkan keningnya, lalu menyusul langkah Kanaya menuju tenda panitia.

Amour menarik lengan kanan Kanaya, Kanaya terhenti tanpa membalikkan tubuhnya. "Lepasin!" ucap Kanaya dingin

Amour masih mencekal erat tangan Kanaya, Amour mendekat, punggung Kanaya bersentuhan dengan dada bidang Amour.

Membuat jantung Kanaya berpacu lebih dari normalnya, tangannya mendadak terasa dingin dan nafasnya menjadi sesak, Amour terlalu dekat sehingga ia harus susah payah menelan salivanya.

"Maafin gue" ucap Amour pelan, hembusan nafas Amour sangat terasa oleh Kanaya hingga suara jantung Amour pun sedikit terdengar.

Amour menengadahkan dagunya di bahu Kanaya dan lengannya masih mencekal erat tangan Kanaya. "Maaf!" ucapnya lagi.

Kanaya menoleh pelan ke arah kanan, sungguh ini jarak yang paling dekat Kanaya dengan Amour, mata mereka bertemu hingga keduanya enggan mengusaikannya.

Hening...

"Nay_"

Suara itu terdengar tertahan ketika melihat Kanaya dan juga Amour terpaut jarak sangat dekat, ia pikir mengganggu.

Mereka segera berjauhan seakan-akan dunia bergerak lagi.

"Emh ada apa? Tha" tanya Kanaya menatap gadis di hadapannya yang masih tercengo

"Hah? Apa?" tanya Thata bingung

"Ih! Kenapa manggil?" tanya Kanaya bingung

"Oh iya gue sampe lupa. Bu Aisy bilang kalo semua udah beres suruh kumpul di lapangan depan tenda panitia ya!" jelas Thata lalu melenggang pergi. Dalam hatinya ia merasa sangat sangat iri karena melihat idolanya bersama perempuan lain.

Kanaya menatap Amour sejenak, kemudian kembali berjalan menuju tenda para siswa lainnya.

Amour hanya menatap kepergian Kanaya.

"Mor. Sini! Woy" panggil Sandi sedikit berbisik, Amour mendengar samar suara itu. Ke kanan ke kiri ia mencari di mana pemilik suara itu.

Pltak...

Sepotong ranting itu mendarat mulus di kepala Amour, dan arahnya dari belakang.

Amour membalikkan tubuhnya, ia hanya melihat satu pohon besar yang rimbun, ia mengerutkan keningnya.

"Babi! Sini" ajak Reyhan kesal

Amour melangkah menuju balik pohon itu, terdapat satu tenda besar dan sama percis seperti basecamp mereka di warung ijo tomat.

Amour diam, matanya masih mengamati tiap-tiap benda dan juga tempat di sana, sedikit nyaman dan juga sejuk.

Mereka sengaja membuat tenda jauh dari rombongan, agar sedikit merasakan asrinya hutan dan juga sejuknya tidak ada yang menggangu.

"Kenapa? Kurang besar?" tanya Sandi menunggu jawaban Amour

Amour menggeleng lalu mendudukkan bokongnya di kayu, sedikit nyaman dan juga sejuk.

          

"Sepi, gak seru gak ada cewek!" ucap Ifan memelas

"Cewek aja lo, kampret!" celetuk Sandi

"Apaan sih, suka suka dong" sahut Ifan sewot

"Lo mau cewek gak?" tanya Reyhan, Ifan mengangguk semangat. "Mau yang cantik, modis, kayak gitar spanyol deh! Mau?" tawar Reyhan pada Ifan

"Jangan di tanya anjir!" ucap Ifan bersemangat

"Di club banyak tinggal pilih!" jawab Reyhan spontan mendapat pukulan dari Ifan

"Gue kira ada di sini!" ujar Ifan bodoh

"Bego lo, mana ada cewek seksi di hutan!" seru Arya

"Sapa tau" sahut Ifan tak kalah

"Nyanyi yook!" ajak Cikal sudah siap memetik senar gitar.

"Anjay, gak bisa nyanyi!" celetuk Ifan menyengir kuda

"Masa, nenek gue aja bisa" sahut Cikal sudah memetik senar gitar itu.

Perih kurasa saat ku tahu siapa kamu...

Reyhan bersenandung, seraya menunjuk Sandi dengan lengannya.

Sandi menepis lengan Reyhan. "Apaan sih, lebay!"

Semua kawan Amour diam menatap gadis yang baru saja datang.

"Maaf, Amour di panggil Kanaya!" ucap gadis itu.

Amour menoleh pada gadis itu. Kemudian beranjak dan menemui Kanaya di tenda pusat.

Dengan langkah yang malas Amour tiba.

Kanaya menatap tajam Amour, lalu memalingkan wajahnya ketika Amour melempar senyum.

"Ada apa?" tanya Amour melipat kedua lengannya.

Hening...

Semua orang di sana enggan menjawab pertanyaan Amour, mereka kini sedang kesal karena Anak Laki-laki tidak ada yang bertugas sama sekali.

Amour mendaratkan lengan kanannya di atas kepala Kanaya. "Mau apa?" ucapnya, sementara Kanaya berusaha menepis lengan kekar itu.

"Dasar, lo itu ada rasa tanggung jawab gak sih? Lo itu cowok, ini itu tugas kalian untuk atur dan bantu semua peserta champ!" oceh Kanaya kesal

"Nanti" Amour melenggang pergi.


***

Jam menunjukkan pukul 12.00 malam.

Kanaya terbangun dari tidurnya, tenggorokannya terasa sedikit kering.

"Ken, anter gue yok, haus nih" ajak Kanaya menggoyang-goyangkan tubuh Niken.

Niken hanya berdeham, ia masih tertidur. "Males!" ucapnya membalikkan tubuhnya membelakangi Kanaya.

Kanaya menatap semua kawan-kawannya, ia merasa kasihan sepertinya mereka terlalu lelah untuk mengantarnya keluar untuk mencari air minum.

AMOUR (Sedang Direvisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang