Kanaya menoleh, kemudian ia meninggalkan Amour di sana, sejumlah kawannya bingung dengan sikap Kanaya yang berubah sedikit diam.
Amour mengerutkan keningnya, lalu menyusul langkah Kanaya menuju tenda panitia.
Amour menarik lengan kanan Kanaya, Kanaya terhenti tanpa membalikkan tubuhnya. "Lepasin!" ucap Kanaya dingin
Amour masih mencekal erat tangan Kanaya, Amour mendekat, punggung Kanaya bersentuhan dengan dada bidang Amour.
Membuat jantung Kanaya berpacu lebih dari normalnya, tangannya mendadak terasa dingin dan nafasnya menjadi sesak, Amour terlalu dekat sehingga ia harus susah payah menelan salivanya.
"Maafin gue" ucap Amour pelan, hembusan nafas Amour sangat terasa oleh Kanaya hingga suara jantung Amour pun sedikit terdengar.
Amour menengadahkan dagunya di bahu Kanaya dan lengannya masih mencekal erat tangan Kanaya. "Maaf!" ucapnya lagi.
Kanaya menoleh pelan ke arah kanan, sungguh ini jarak yang paling dekat Kanaya dengan Amour, mata mereka bertemu hingga keduanya enggan mengusaikannya.
Hening...
"Nay_"
Suara itu terdengar tertahan ketika melihat Kanaya dan juga Amour terpaut jarak sangat dekat, ia pikir mengganggu.
Mereka segera berjauhan seakan-akan dunia bergerak lagi.
"Emh ada apa? Tha" tanya Kanaya menatap gadis di hadapannya yang masih tercengo
"Hah? Apa?" tanya Thata bingung
"Ih! Kenapa manggil?" tanya Kanaya bingung
"Oh iya gue sampe lupa. Bu Aisy bilang kalo semua udah beres suruh kumpul di lapangan depan tenda panitia ya!" jelas Thata lalu melenggang pergi. Dalam hatinya ia merasa sangat sangat iri karena melihat idolanya bersama perempuan lain.
Kanaya menatap Amour sejenak, kemudian kembali berjalan menuju tenda para siswa lainnya.
Amour hanya menatap kepergian Kanaya.
"Mor. Sini! Woy" panggil Sandi sedikit berbisik, Amour mendengar samar suara itu. Ke kanan ke kiri ia mencari di mana pemilik suara itu.
Pltak...
Sepotong ranting itu mendarat mulus di kepala Amour, dan arahnya dari belakang.
Amour membalikkan tubuhnya, ia hanya melihat satu pohon besar yang rimbun, ia mengerutkan keningnya.
"Babi! Sini" ajak Reyhan kesal
Amour melangkah menuju balik pohon itu, terdapat satu tenda besar dan sama percis seperti basecamp mereka di warung ijo tomat.
Amour diam, matanya masih mengamati tiap-tiap benda dan juga tempat di sana, sedikit nyaman dan juga sejuk.
Mereka sengaja membuat tenda jauh dari rombongan, agar sedikit merasakan asrinya hutan dan juga sejuknya tidak ada yang menggangu.
"Kenapa? Kurang besar?" tanya Sandi menunggu jawaban Amour
Amour menggeleng lalu mendudukkan bokongnya di kayu, sedikit nyaman dan juga sejuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOUR (Sedang Direvisi)
Teen FictionSEDANG DI REVISI!! Tambahkan ke perpustakaan dan reading list anda. Jangan lupa baca, voment dan share... Salam Fictionwriter.