ARIF POV
Sial kenapa aku bisa masuk kedalam perangkap wanita bodoh itu, lebih baik aku pulang dan mengecek kondisi Rena yang sudah jelas berstatus sebagai istriku. Kuberhentikan mobil yang kukendarai tepat disamping sebuah masjid yang berwarna hijau, karena sudah menunjukkan waktu sholat dan aku berpikir untuk melaksanakan kewajibanku sebagai seorang muslim.
Dengan dengan langkah yang lambat kunaiki mobil itu lagi, tepatnya setelah meunaikan ibadah sholat maghrib, tanpa berlama lama, segera kugas mobilku dengan kecepatan standar.
Kring..kring..kring....
Suara deringan itu sungguh menggangguku, ingin rasanya mengabaikan suara itu namun aku berpikir jauh lebih mengisi, mungkin Rena. Begitulah dugaan dalam otakku. Kuberhentikan mobil disisi jalan, agar tidak terjadi suatu hal yang tidak pernah kuinginkan saat tengah menelepon nanti.
Shafa?
"Maaf Rif, abaikan yang tadi sekarang tolong bantu aku...."
tet..
panggilan itu terputus seketika, jantungku langsung berdetak, beribu pertanyaan langsung muncul dalam pikiranku,
Shafa? ada apa?
Apa yang terjadi?Bukan karena aku perhatian dengannya, namun itu sudah menjadi tugasku sebagai kawan sejak awal dia melangkah dibidang kedokteran, dia itu adik kelasku.
Dret..dret..
Ponsel yang sejak tadi kusingkirkan dijok sebelahku, bergetar dengan hebat, mataku melihat kearahnya, Rena.
Istriku ^_^ : Ada dimana? katanya hari ini pulang lebih awal?
Langsung kubalas pesan itu, sembari menentukan pilihan untuk pulang bertemu dengan Rena, ataukah mencari dimana letak keberadaan Shafa?
Me : istirahat saja, nanti saya pulang
Langkahku seakan terhoyong, aku jauh lebih memilih Shafa ketimbang Rena, jujur aku panik jika terjadi sesuatu kepada Shafa, tidak aku sungguh tak menyukainya mungkin aku hanya sedikit kasihan jika sesuatu terjadi. Tanpa berfikir panjang aku langsung memutarkan arah ke cafe tersebut. Ku parkirkan mobilku dengan mulus diparkiran yang sudah lumayan sepi, aku langsung bergegas menelusuri cafe yang beberapa jam yang lalu kutinggalkan. Sorot mataku terhenti pada tubuh wanita yang tengah menangis dikursi yang berada dipojok ruangan. Aku langsung menghampirinya dan duduk didepannya, karena aku sudah menduga bahwa wanita yang tengah tersedu sedu itu ialah Shafa.
"Kenapa?" ucapku dengan tidak berbasa basi. Wanita itu langsung menatap mataku dan kini tatapan kami bertemu, asstagfirullah aku langsung menundukkan kepalaku sembari tidak ingat soal tatapan yang barusan terjadi, wanita itu sama sekali tidak menanggapiku, melainkan menyentuh lengan baju panjangku, dan memeluknya. Sungguh menjijikan sekali, ingin rasanya kutendang tangannya itu sampai terbang, tapi aku lebih memilih diam, mungkin jika aku tidak memberontak dia akan menceritakan semuanya kepadaku begitulah pikirku.
"Kamu hebat ya ninggalin aku kaya tadi, aku tau kamu sudah menikah, tapi setidaknya hargai perasaan dari seorang wanita" ucapan yang baru saja terlontarkan dari mulut sadis Shafa langsung menyambar hangat kedalam ulu hatiku. "pikir dua kali kalau ngomong" jawabku spontan dan hampir melupakan kalau kondisi Shafa saat ini sangat butuh perhatian bukan kesengsaraan. "tega kamu Mas Rif!" sentak wanita itu lalu pergi meninggalkanku yang masih saja duduk terpatung, "sandiwara apalagi ini?"
Aku hanya menyikapinya dengan duduk santai dicafe itu, kurogoh kantung celanaku lalu kukeluarkan handphone untuk memastikan kali saja ada pesan dari Rena. Kedua ujung bibirku terangkat selaras, sebuah notif dari seorang yang kutunggu terlintas
Istriku ^_^ : Mas kapan pulang
Istriku ^_^ : Aku sama calon anak
kita udah nunggu nihIstriku ^_^ : ih respons dong mas, dikacangin itu sakit
Istriku ^_^ : yaudah aku tungguin Mas sampai rumah saja deh, dadah! maaf kalau aku ganggu
Tanpa membalas beberapa spam chat dari Rena aku langsung berjalan dengan kasmaran menuju parkiran mobilku. Disisi lain terdapat seorang wanita yang beridiri diambang pintu dengan menampakkan senyum kemenangannya, dan segera menghilang tanpa meninggalan jejak dari dalam cafe.
******
Ting tong...ting tong
Pria berperwakan tinggi itu berdiri didepan pintu rumahnya sembari menekan bel dan menunggu wanita pujaan hatinya yang mungkin sudah menunggu dirinya sejak tadi membukakan pintu untuknya. Tidak butuh waktu lama,seseorang sudah membuka pintunya, seorang wanita berhamil muda tersenyum tepat dihadapan Arif suaminya, dan mencium punggung tangan pria didepannya lalu mempersilahkannya masuk tanpa mengucap satu katapun.
Rena hanya membalikkan badannya dan itu merupakan kode agar Arif berjalan mengikutinya masuk kedalam rumah. Namun Arif menarik tangan Rena sehingga membuat wanita itu menoleh, dan menatap pria itu dengan tatapan bingung. "Kenapa?" ucap Rena seraya memposisikan badannya tepat menghadap suaminya. Arif tidak memberi sebuah jawaban melainkan mendekatkan wajahnya didepan wajah Rena lalu mengecup hangat tepat dikening wanita itu. "Maaf saya datang terlambat" ujar Arif disela kecupan itu.
Rena hanya mengangguk dan menikmati suasana malam nan dingin yang indah baginya.Setelah kejadian didepan pintu itu berlalu, Rena merasakan sebuah kejanggalan, mengapa suaminya tidak banyak bicara seperti biasanya? mungkin ada masalah dalam pekerjaannya, begitulah pikirnya kepada Arif. Rena mengerti akan hal itu jadi dirinya tidak mengganggu Arif karena mungkin jika dirinya terlalu banyak berbicara Arif akan merasa terganggu. Rena meraih handphone yang ia letakkan diatas kasur, sembari menunggu suaminya itu mandi ia mengotak atik handphone miliknya.
Dretttt
Drettt
Sebuah notif WhatsApp terlintas dipandangannya, ia langsung membukanya, sebuah notif yang berasal dari nomor yang tidak dia kenali. Ia sangat terkejut setelah melihat apa yang ada dilayar handponenya. Sebuah foto yang melukiskan seorang pria dan wanita, wanita itu memeluk hangat lengan pria itu dan terpampang jelas pria itu menyikapinya dengan penuh perhatian.
Apa ini!
Tak terasa air membasahi sudut matanya.
Mengapa Mas Arif bisa bertemu dengan Shafa, dokter kandungan yang mengatakan bahwa kini dirinya hamil. Benak Rena
Hati wanita itu benar benar hancur.
Ia langsung menghapus air matanya dan segera menyembunyikan handphonenya saat Arif suaminya itu keluar dari dalam kamar mandi.
Rena hanya teridam dan segera merebahkan dirinya diatas kasur, seolah tidak terjadi apa apa.Begitu nulis langsung aku publish jadi gasempat buat ngoreksi.
Jadi maaf apabila penggunaan katanya amburugul dan banyak typo.
Makasi.
Oiya semangat puasanya buat kalian ❤️
Perbanyak ibadah ya jangan lupa😇
Dan usahakan khatam qur'an dibulan puasa ini ya kawan☺️
Maafin aku ya, padahal udah hiatus berbulan bulan tapi masih jarang update😅, tapi aku ushain biar cerita ini ga gantung deh.
Makasiii
Vote sama comment ya,
jangan lupaaa!❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Mencintaimu Karena-Nya
SpiritualAku tidak menginginkan dia tau ada sebuah rasa yang tersimpan dalam dekapan diamku selama ini -Rena Bagaimanakah kisah dari seorang wanita yang mencintai temannya sendiri selama bertahun tahun lamanya, namun dirinya mendengar sebuah kenyataan pahit...