• Anva 41 •

3K 139 4
                                    

***
Ketika kita harus menghadapi takdir dan melewati waktu demi waktu, apakah kita masih mampu untuk bertahan?

***

"Kak." Andrea duduk di sofa.

Gilang yang tengah membaca novel yang bergenre romance pun mendongak menatap adiknya itu.

"Hmm?" Tanyanya dengan gumaman.

"Gue udah mutusin Vino."

Gilang menoleh menghadap Andrea. "Wah bagus dong. Trus respon nya dia gimana?"

Andrea menyandarkan badannya ke kursi. "Ya gitu. Tipikal-tipikal cowo kalo diputusin sama cewek. Pertamanya sih dia, nolak. Tapi akhirnya dia mau walaupun kayaknya masih ada dendam sama gue." Andrea tertawa sinis.

"Bagus deh kalo gitu." Gilang melanjutkan kegiatan membaca novelnya.

Sementara Andrea memejamkan matanya. Mungkin dia kelelahan untuk semua kegiatan hari ini.

Namun bunyi dari handphone nya seperti menganggu. Dengan tergesa-gesa dia mengambil benda pipih itu dan membaca notifikasi di sana. Siapa tau saja tiba-tiba dia mendapatkan undian? Bisa jadi. Atau mungkin dia akan mendapatkan pesan-pesan aneh.

Setelah membaca itu, Andrea terbelalak kaget. Isi pesan tersebut berasal dari pengirim misterius yang selama ini ditunggunya. Kalian pasti sudah bisa menebak siapa pengirim itu.

Bingung.

Kaget.

Tidak menyangka akan secepat ini.

Bukan dari Alva, bukan dari Vino, bukan juga dari polisi. Apalagi dari Sehun. Eh?

Unknown: Temui aku. Di cafe yang biasa kau datangi. Jangan datang dengan orang lain. Datanglah pukul 09:00 malam.

Apa-apaan ini? Mengapa dia menyuruhnya datang di jam yang seharusnya digunakan untuk istirahat? Dia juga menyuruhnya untuk datang sendirian. Anehnya, dia menggunakan username yang sama namun dengan nomor yang berbeda. Ini aneh bukan?

Andrea berpikir, apakah dia datang atau tidak kesana. Pasalnya, dia merasa agak aneh dengan pesan itu. Dia menyuruhnya datang sendirian di jam 09:00 malam. Namun, dia juga harus tau siapa sebenarnya orang dibalik pesan itu. Sungguh. Dia sangat penasaran, dia tidak perlu lagi menebak orang itu.

"Dateng nggak ya?" Gumam Andrea.

Gilang yang melihat itu menyernyit. "Kenapa?" Tanyanya.

Andrea menoleh. Lalu memperlihatkan isi pesan tersebut kepada Gilang. Reaksi Gilang sama seperti Andrea tadi.

"Dia minta ketemuan? Jam sembilan malam? Gila aja! Lo cewek Andrea. Masa jam segitu disuruh dateng. Sendirian lagi."

"Makanya itu. Tapi gue udah penasaran banget nih! Gue pengen tau siapa sih dia sebenernya."

Gilang menaruh novelnya di atas meja. Lalu kembali menghadap ke Andrea.

"Ya trus?"

"Gue bakalan tetap ke sana. Tapi, bareng lo."

"Bareng gue?"

Andrea mengangguk. "Iya. Tapi, lo nganterin gue kesana trus lo ngumpet deh. Ngumpet di mana aja terserah. Nanti biar gue aja yang masuk ke dalem cafe itu."

"Oke. Emang kapan?"

Andrea memutar bola matanya malas. "Tahun depan. Yaa sebentar lah bego!"

"Iya-iya oke." Gilang meninggalkan Andrea di sofa, namun sebelum itu dia sempat melihat ke arah jam dinding yang menunjukan pukul 07:30.

ANVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang