UNTOLD
Disclaimer of Masashi Kishimoto
(A Shattered Shield)
ღ
ღ
Sasuke merasakan kesakitannya kian bertambah.
Dia ingin menjadi lebih kuat.
Setelah ujian genin yang menurutnya gagal, dia harus menerima jika dirinya masih lemah. Masih menyedihkan. Sama seperti yang Itachi katakan. Pemikiran itu ada karena sebuah tanda kutukan yang menjijikan telah Orochimaru berikan padanya.
Atau... lebih dari itu.
Saat dia melihat Itachi kembali dan menyerang desa, sebuah kesempatan untuk membunuh kakaknya lenyap saat dia merasakan genjutsu asing dari mata sharingan Itachi menyakiti tubuhnya. Dia kalah, tanpa perlawanan.
"Kau lemah," kata Itachi. "Kenapa kau lemah? Karena kau kurang sesuatu, yaitu kebencian."
Suara itu melayang-layang dan Sasuke ingin menendangnya pergi. Bagaimana kebencian untuk kakaknya bisa bertambah hanya dari sebuah kata-kata adalah hal yang mengerikan. Tapi dia tahu, jika kebencian itu bisa menyelinap bagai angin musim panas, dan berkembang biak seperti keringat karena cahaya matahari.
Salah satu contohnya adalah ketika dia kalah dari jinchuriki dari suna dan melihat bocah tolol Naruto datang untuk mengalahkannya. Kegelisahan itu berkembang menjadi sebuah rasa benci pada ketidakberdayaannya, dia mengeratkan cengkramannya pada selimut putih dan pintu rumah sakit bergeser terbuka.
"Ehh...."
Sasuke mengerutkan kening saat melihat Hinata Hyuuga berdiri di ambang pintu. Gadis Hyuuga itu kebingungan, bunga di tangannya di peluk erat hingga plastik pembungkusnya berbunyi berisik.
"E-et-eto... ku-kukira ini ruangan Rock Lee."
Dia melihat bunga aster putih dipelukan Hinata, lalu beralih pada bunga aster yang telah layu di vas kaca, di nakas sebelah ranjangnya, dan kerutan Sasuke semakin dalam.
Dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri seminggu belakangan, siapa yang mengganti bunga di vas itu setiap dua hari sekali. Tapi dia terlalu terbungkus oleh pemikiran menjadi kuat dan menolak memikirkan siapa orang itu.
Dan kini, dia melihat gadis Hyuuga itu membawa bunga yang sama dengan wajah gugup memasuki ruangan. Tentu saja, alasan bahwa gadis itu masuk keruangan yang salah adalah tidak benar. Jika ada orang yang gugup dan menggigit bibirnya saat berbohong, tentu saja itu adalah Hyuuga.
Sasuke bergumam, masih berbaring, enggan untuk duduk demi kesopanan.
"Emm... maaf, karena mengganggumu."
Sasuke meihat langit mendung di luar. Hujan turun dengan alami, karena angin dingin berhembus melewati jendela yang terbuka. Perlu waktu untuk menyingkirkan semua pemikirannya, dan gangguan itu menyelamatkannya.
Sesuatu dalam dirinya merasakan perasaan asing yang lama tidak dia rasakan. Sebuah perasaan senang. Jauh di hatinya, ada pintu dari ruang kegembiraannya yang berhasil gadis Hyuuga itu buka.
Dia membenci Hyuuga. Dia membenci semua orang yang ada di desa. Semuanya, tak terkecuali.
Kebenciannya adalah sebuah perisai jiwanya, Sasuke harus membenci semua orang agar dia bisa mengalahkan Itachi.
"Tidak."
Gadis Hyuuga berkedip cepat, "Apa?"
"Berhenti meminta maaf," katanya. "Ganti bunga itu dan pergilah."
Hyuuga mengeraskan gigitan pada bibirnya, dia bicara tergagap. "A-a-ap-apa ka-kau me-mengetahuinya?"
Ada dorongan untuk menjadikan Hyuuga sebagai pusat kebenciannya, gadis itu telah berulang kali menuju ke tempat yang salah pada hatinya. Hyuuga membuatnya rentan dan lemah. Tapi Sasuke tidak akan—ada hal yang lebih penting dari membenci satu orang saja, dan Hyuuga akan menjadi sebuah permainan yang bagus di masa depan.
"Tidak." Dia menjawab, menjaga nada suaranya dingin dan jauh.
Mendengar langkah kaki, dia melirik Hyuuga berjalan dengan canggung mendekat dari ambang pintu. Sasuke mendengar plastik terbuka dan menoleh, membuat Hyuuga berpaling padanya, dengan wajah merona memandangnya.
"Aku selalu memotong ujung tangkainya agar mereka bisa bertahan lebih lama."
Sasuke melihat jendela lagi dan mengabaikan Hinata. Saat gadis Hyuuga kembali bergerak, Sasuke manahan tubuhnya untuk merespon, itu dia lakukan selama Hyuuga berkeliaran di kamar rawatnya.
Hujan semakin deras dan air yang turun dengan tidak beraturan itu membasahi lantai. Sasuke bangkit dari tidurnya untuk menutup jendela saat Hyuuga kembali dari menghilang sejenak untuk mencuci vas, mendekati jendela dan terdiam beberapa saat sebelum menutupnya.
"Aku menyukai hujan." Katanya.
Sasuke terdiam. Dia tahu suara itu, dia merasakan resonasi dan dia membenci kehangatan lembut yang menjalar disepanjang kulitnya.
"Bukan urusanku."
Hinata hanya menggigit kecil bibirnya dan melangkah memutar, meletakkan vas di atas nakas dan mengisinya dengan aster.
"Selesai." Kata Hinata, lalu tersenyum.
Melihat senyum berkembang pada wajah Hinata, Sasuke merasakan aliran hangat pada darahnya. Dia benci perasaan ini, sebuah kejutan emosional yang Hinata berikan mencegahnya untuk menjadikannya lebih kuat.
"Pergilah."
Perisainya tidak mampu lagi menahan kejutan itu.
Sasuke harus mengusirnya atau pergi menghindar.
"Aku harap agar Uchiha-kun bisa sembuh lebih cepat," bisiknya, melihat Sasuke sekilas dan jarinya bergerak menyentuh ujung aster. "Hari ini di danau sangat dingin, maaf karena menempati tempatmu tanpa ijin." Hinata melihat Sasuke melewati bulu matanya. "Aku mohon, jangan memaksa untuk melakukan suatu hal seorang diri, karena aku selalu menunggumu di danau."
Ketika Sasuke melihat punggung Hinata menghilang dari pintu, dia tahu jika kebenciannya telah lenyap tak berbekas.
Continued to chapter 4 >>>

KAMU SEDANG MEMBACA
UNTOLD
FanfictionSasuHina| Ficlet | Canon♥ Kisah ini adalah apa yang hilang dan tidak diceritakan tentang Uchiha Sasuke dan Hyuga Hinata. Sebuah ficlet berseri pertama yang saya buat ^^