Drrt drrt
Getar ponsel yang berada di atas meja belajarnya itu membuat Somi menoleh. Diliriknya sekilas, malas membuka jika yang masuk adalah pesan dari grup kelas. Sudah terlalu sering teman-temannya yang sangat terlampau receh itu gabut di jam seperti ini dan akhirnya malah mengirim spam di grup kelas. Padahal sebagai murid SMA kelas tiga yang sebentar lagi dada-dada ke seragam dan segala macam atributnya, mereka harusnya lagi sibuk belajar merancang masa depan.
Dengan malas binti nggak niat, tangan kirinya pun bergerak mengambil ponselnya sementara si tangan kanan masih asik menulis tugas artikel Bahasa Indonesia.
"Siapa sih? Spam banget," gumamnya sambil mulai mengalihkan fokus dari lembaran-lembaran folio di hadapannya--yang sudah bertumpuk-tumpuk ngalahin buku catatan dosa. Tapi, tepat saat lockscreennya mulai terbuka dan menampilkan popup, Somi tidak bisa tidak histeris.
"Anjir, ini orang ngapa ngechat spam banget. Lo kangen gue banget he?"
Gadis dengan iris mata coklat itu segera menscroll layar ponselnya dengan terburu.
Ingin tahu alasannya? Karena orang yang sedang dikaguminya dan berusaha dijadikannya gebetan, tiba-tiba tanpa angin tanpa hujan mengiriminya puluhan pesan.
Belum sempat Somi membukanya satu-satu, notifikasi video call sudah masuk dan memberinya serangan jantung ringan. Iya, video call. Video call. Perlu digarisbawahi? Video call dari orang yang sama yang mengiriminya pesan."Najis," umpat Somi tidak tertahan. "Kenapa sih ini orang? Aduh. Gue lagi lecek gini ngajakin video call."
Somi semakin heboh sendiri. Ia langsung berdiri, beranjak pada meja rias di samping kanan kamar, meraih sisir untuk sedikit merapikan rambutnya yang sudah awut-awutan karena harus mikir artikel 10.000 kata.
Setelah dirasa cukup, gadis itu meraih ponselnya lagi. Menyiapkan mental sebentar, lalu menggeser layarnya untuk menerima panggilan."Eh buset, Nyet. Lama banget elah," sambut suara di seberang sana.
Somi hanya manyun. Ya, hanya sok manyun sebenarnya. Karena mau dikatain seperti apapun, kalau yang ngatain adalah si calon gebetan, cewek pasti bakal bahagia-bahagia berharap. Kan bisa sambil dijadiin modus ledek-ledekan.
"Ye, lu sendiri juga tiba-tiba ngapain pakek video call. Sok-sokan punya kuota," balas Somi sok sengit. Gotcha, kalau sudah saling ledek gini, pasti panjang kan ngobrolnya.
"Heh, kuda betina. Gini-gini gue kaya ya, jangan salah. Keluarga gue tuh kayanya tujuh turunan."
"Iye percaya, sayangnya lo keturunan ke delapan."
"Wah, itu mulut nggak pernah disekolahin deh. Heran. Nyakitin perasaan banget omongannya."
"Hello, ngaca kali. Lo yang mulai segala ngatain gue lemot. Yaudah sih ada apa tiba-tiba nyari gue?" Somi mendadak jadi deg-degan. Ya gimana sih kalau tiba-tiba dikontak si doi, pasti harapannya kan doi kangen sama kita.
"Hehe," lawan bicaranya di seberang sana hanya meringis. Kemudian memasang tampang sok polos.
"Heh apaan, unta Mesir? Perasaan gue jadi nggak enak gini kalo lo sok senyum," seru Somi dengan nada sedikit tinggi. Tapi emang nggak bohong, Somi punya firasat nggak enak banget kalau orang yang lagi video call-an sama dia ini lagi punya maksud terselubung.
"Hehe, anu, itu, Som, anu," ucapnya terbata.
"Anu apaan? Anu lo kenapa?" potong Somi kesal.
"Heh mulut!" tegur cowok tersebut.
"Yaudah buruan bege, gue tutup nih lama amat."
Nggak kok, nggak bakal gue tutup, gila aja. Bisa video call-an sama lo udah termasuk anugrah, masa iya mau gue buang gitu aja kesempatannya."Itu, gue lagi sibuk banget sekarang. Kalau lo bantuin gue bikin tugas artikel gimana? Kan kita temen sekelas yang saling sayang dan mengasihi, Som," jawab suara di seberang sana lancar.
Sementara Somi cuma bisa nganga sambil ngumpat lirih, "He? Dasar kotoran biawak."
***
Hai hai. Hayo tebak kira-kira sapa ya yang disuka Dek Somi?

KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Kala SMA || Guanlin, Somi, Daniel
FanfictionKarena masa putih abu-abu itu, terlalu penuh warna.