Akhirnya kami sampai di Sovereign Plaza. Gedung ini memiliki area yang cukup strategis karena dekat dengan Toll JORR. Posisi tepatnya sendiri ada di dekat Mall Citos, jadi lumayan mudah untuk mencari patokan gedung pernikahan Sovereign Plaza.
Setelah kami memarkir mobil di basement, kami langsung naik ke lantai 23 menujuh Ballroom. Ketika sampai di sana kami satu persatu menunjukan kartu undangan kepada petugas penyambut tamu. Kami berempat kontan langsung terperangah ketika masuk ke ruang Ballroomnya yang begitu mewah.
Gua sendiri langsung minder karena memakai kemeja dengan setelan celana jeans sobek-sobek. Dan gua baru paham sekarang, kenapa kalau datang ke acara pernikahan itu harus berpakaian formal.
Sovereign Plaza memiliki Ballroom yang sudah full karpet, ceiling tinggi lengkap dengan lampu kristal yang cantik. Untuk ruangannya kira-kira mampu menampung hingga 800 orang dengan konsep standing party, tapi ruangan intinya cukup sempit karena tamu yang hadir di sana cukup membeludak. Bayangan gua seperti kondisi mal yang penuh ketika menjelang hari raya.
Good pointnya sih pemandangan city view di malam hari yang akan menambah kesan pesta pernikahan terindah bagi kedua mempelai. Di tambah lagi dengan alunan musik merdu dari Mini Orchestra, menambah keromatisan suasana pernikahan ini. Walau sebenarnya gua sendiri gak tahu apa itu standar romantis, tapi jiwa gua sempat terbawa suasana di ruangan itu.
"Ih..cantik banget mempelai wanitanya...pak Surya juga kelihatan gagah sekali, kayanya mereka berdua pasangan serasi deh.." ujar Sherly yang seakan kagum. "Nanti kalo gue merid juga mau di sini..ih...bikin iri aja deh.."
"Tapi ada lagi yang harus lo pikirin sebelum merid di sini," kata gua pelan.
"Hah, apa tuh, Rom?" Tanya Sherly dengan wajah antusias.
"Lu harus punya calonnya dulu!"
"Yee..kalo itu gak usah lo bilang, gue juga tau kali.."
"Masalahnya ada gak cowok yang mau sama cewek cerewet kaya elu!"
"Ih! Sialan banget sih lo! Jelas banyak lah yang ngantri buat cewek secantik gue.."
"Biar kata cantik, kalo cerewet mana ada cowok yang tahan.."
"Usil aja sih lo jadi orang!" balas Sherly kesal.
"Ha..ha..ha..ha..!"
Orang-orang banyak yang antri bersalaman dan berfoto dengan kedua mempelai di tempat yang gua bilang mirip singgasana raja dan ratu jawa.
"Ayo, kita juga langsung salaman saja. Nanti baru makan-makan," usul Doni.
"Oke. Lu jalan duluan, Don. Badan lu kan paling gede!" Kata Adit.
Akhirnya kami berempat menuju tempat kedua mempelai. Hm..ini juga pengetahuan terbaru untuk gua. Ternyata kalau datang ke acara kawinan harus salaman sama kedua mempelainya toh...Hm..kaya halal bihalal aja yak..
Setelah melakukan tetek bengek adab ke acara pernikahan, kami langsung menujuh meja makan yang panjang, dan terdapat berbagai macam menu makanan yang tampak mewah dan lezat-lezat. Entah berapa banyak biaya yang di keluarkan mempelai untuk semua ini, karena konsep pernikahan mereka sangatlah mewah.
Gua maju paling depan di meja makan, diikuti oleh Doni, Sherly dan Adit yang berbaris rapih di belakang. Nafsu makan gua langsung menggebu-gebu, karena hidangan yang tersedia semuanya adalah gratisan! Mata gua menyalah ketika melihat rendang daging yang begitu menantang! Ketika gua bermaksud untuk mengambil rendang daging, tangan gua maju berbarengan dengan tangan seseorang yang juga ingin mengambil rendang yang sama dengan gua. Sendok kami berdua sempat beradu. Gua lantas menarik sendok itu, begitu juga lawan gua.
Ketika gua menoleh ke pesaing rendang daging ini, ternyata dia adalah seorang wanita berjilbab ungu. Matanya tampak teduh dengan bulu mata yang lentik, hidungnya mancung, dan bibir tipisnya berwarna merah muda alami, tanpa lipstick. Kulit wajahnya pun putih tanpa polesan bedak. Seakan wajahnya terus berseri kala di pandang. Dress panjang berwarna ungu itu tampak serasi dengan tubuhnya yang sedang.
Untuk sesaat lamanya gua hanya bisa terpaku kagum melihat keindahan ciptaan Allah yang maha kuasa. Selama ini gua memang suka dengan wanita cantik, tapi kalau untuk wanita berjilbab gua kurang berminat. Tapi kali ini berbeda. Gua benar-benar terbius oleh kecantikannya yang alami.
"Bung! Cepatlah..perutku sudah menjerit-jerit ini!" Protes Doni sembari menepuk pundak gua.
Gua tidak mempedulikan keluhan Doni karena masih terbius oleh kecantikan wanita berjilbab yang tersipu malu.
"Assalamualaikum.." sapa gua ramah.
Sesaat wanita itu agak terkejut mendengar sapaan gua.
"Waalaikumsalam.." jawabnya pelan dan ramah.
"Nama saya Romi," entah kenapa gua langsung memperkenalkan diri di depannya.
Wanita itu tambah terkejut lagi.
Punggung gua di tepuk oleh Adit dengan keras. "Eh, orang gila! Elu malah kenalan di sini. Lu liat tuh, yang ngantri udah sampe grogol, goblok!"
"Apaan sih, nyet! Ganggu aja lu!" Protes gua kesal.
"Liat kebelakang dong, Mas Rombeng..!" Tambah Sherly dengan kesal.
Ketika menoleh kebelakang gua terkejut, karena antrian sudah padat merayap dengan wajah-wajah kesal menatap gua.
"Ma..maap...maap..ada sedikit kesalahan teknis," ujar gua malu-malu kepada mereka yang menganteri.
Dengan segerah gua mengambil lauk-pauk dan langsung pergi dari lokasi tersebut. Kami berempat lantas langsung kepojok ruangan untuk menikmati makanan ini. Pandangan gua masih saja menatap gadis cantik berjilbab ungu yang sedang mengobrol dengan beberapa kawannya di ruang tengah.
"Udahlah..lagian lo gak bakalan di lirik sama dia," ujar Sherly yang tampaknya mengetahui kalau gua tertarik dengan gadis itu.
"Tahu dari mana lu kalo gua gak bakalan di lirik dia?" Kesal gua karena merasa diremehkan oleh Sherly.
"Ya jelas tahu lah,"
"Emangnya lu kenal sama dia, Sher?" Tanya gua penasaran.
"Kenal lah. Namanya Aeyza. Sekertaris di Rohis, masih satu angkatan sama gue,"
"Loh, dia kuliah di tempat kita juga?" Gua agak terkejut juga.
"Iya, tapi dia anak ekonomi. Udah terkenal banget di fakultasnya. Udah banyak cowok yang deketin dia, tapi ujung-ujungnya pada nyerah,"
Aeyza...anak Ekonomi. Hm..kok gua baru ngeliat dia ya?
"Nyerah kenapa?" Gua semakin tertarik dengan gadis itu.
"Denger-denger sih dia gak mau pacaran gitu. Kabar punya kabar kalau bokapnya seorang ulama besar. Jadi di keluarganya penganut ajaran Islam yang taat. Kalo di Islam kan gak boleh pacaran, tuh. Yang ada ta'arufan,"
"Lu ngarti kaga ta'arufan, Rom??" Tanya Adit dengan nada meledek. "Ta'arufan itu bukan taruhan dalam perjudian loh! Entar elu salah sangka lagi..hahaha.."