Siklusnya memang begitu. Mengerti diri sendiri dulu baru bisa mengerti orang lain.
~•~
Barga mendesah jengkel saat menangkap Ranya lagi-lagi tertidur di dalam kelas. Dia lalu menoleh pada Bayu, yang duduk di belakang tempat duduknya, kemudian bertanya sambil mengarahkan dagunya ke arah Ranya. "Dari tadi?"
Bayu mengangguk singkat lalu kembali bermain game di ponselnya. "Tadi gue gangguin, malah gue dipukul pake penggaris besi."
Helaan napas Barga langsung memberat. Kenapa sulit sekali membuat Ranya menjadi cewek normal yang memiliki sikap lemah lembut dan mudah diatur?
"Mau ngapain lo?" tanya Bayu saat melihat Barga mulai menggeser tubuhnya mendekati Ranya yang sedang menelungkup di atas meja. "Dipukul baru tau rasa lo."
"Ini anak harus dibangunin biar nggak kebiasaan."
"Ck! Biarin ajalah. Lagi kelas kosong ini. Anak-anak yang lain aja pada banyak yang ke kantin," ujar Bayu. "Lagian kasian si Ranya. Kurang tidur katanya gara-gara nemenin Niko teleponan sampe jam dua."
Mata Barga langsung menyipit. "Ngapain mereka teleponan sampe jam dua pagi?"
Bayu mengedikkan bahunya. "Si Niko kan lagi galau alay. Paling juga curhat ke Ranya."
"Kayak nggak ada tempat curhat lain aja!" Barga menggerutu lalu dengan sengaja menggeser tubuhnya ke kanan, sehingga membuat Ranya terjatuh dari kursinya.
Mata Ranya seketika itu juga terbuka lebar saat merasakan tubuhnya terjatuh ke atas lantai. Tidur nyenyaknya terhempas begitu saja. Dan matanya langsung membesar saat melihat siapa pelaku yang sudah mengacaukan kesenangannya.
"Barga! Sakit tau! Sakit! Tau sakit nggak, sih?!" Ranya mengomel sambil bangkit berdiri.
"Mampus lo, Bar," bisik Bayu sambil terkekeh geli karena melihat kekesalan Ranya. Belum lagi muka bangun tidur milik cewek itu.
Beberapa anak-anak yang memang tidak meninggalkan kelas langsung menaruh perhatiannya pada dua sahabat itu. Bagi mereka, adu mulut yang Barga dan Ranya lakukan adalah tontonan menarik yang sayang untuk dilewatkan.
Sedangkan Barga hanya menatap Ranya dengan santai. Tidak terpengaruh sama sekali dengan kekesalan Ranya. "Sekolah itu tempat buat belajar. Bukan tempat buat tidur. Tau nggak, sih?"
Dibalas seperti itu justru membuat Ranya meradang. Semakin kesal dengan tingkah Barga yang selalu seenaknya, terutama pada dirinya. Ranya lalu bergerak mendekati Barga hanya untuk menjambak rambut cowok itu dengan keras.
"Sakit, Ranya!" ucap Barga sambil berusaha melepaskan tangan Ranya dari rambutnya.
"Baru dijambak aja sakit! Apalagi gue yang dijatohin ke lantai?!" balas Ranya tapi masih sambil menjambak Barga. "Sakit, kan?! Makanya jangan seenaknya dorong orang!" Ranya melepaskan jambakannya. Tapi masih menatap Barga dengan kesal.
Bayu yang memang duduk di belakang keduanya, tidak berusaha melerai. Sudah biasa. Paling sebentar lagi Ranya ngambek dan memilih untuk duduk di sebelahnya, ketimbang duduk di sebelah Barga.
"Makanya jangan tidur mulu di kelas!" balas Barga tidak mau kalah.
"Kalo gue tidur emangnya lo rugi apa?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Barga [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]
Teen Fiction[Sudah tersedia di toko buku. Beberapa part sudah dihapus] Sahabat rasa pacar, siapa yang nggak mau? Tapi Barga jelas menolak tawaran itu. Sebab baginya, status pacar bisa jadi mantan tapi tidak dengan persahabatan. Karena ini tentang Barga yang san...