Chapter 9

452 48 19
                                    

Pagi hari ini terasa hangat bagi kedua insan yang sedang tertidur lelap dalam cahaya hangat mentari yang mulai menyentuh kulit mulus keduanya, Kihyun tak peduli betapa silaunya sinar mentari saat ituㅡia masih menenggelamkan tubuhnya ke dalam pelukan Wonho yang masih belum tersadar karena tidur seperti mayat.

"Hyung, kau tidak pergi kerja?" tanya Kihyun yang sedang mengecup dada bidang Wonho. Dan yang terjadi Wonho hanya mengerang tak peduli dengan pertanyaan Kihyun, pria mungil itu terkekeh dan semakin mempererat pelukannya.

Jam berdetak menunjukkan pukul 10 pagi dan Wonho masih tergeletak lemah di atas tempat tidur. Kihyun yang sudah rapih dan sudah siap dengan sarapan mereka hanya bisa mengecup lembut kening Wonho, "Hyung, ayo berangkat kerja.."

"Pukul berapa sekarang Kihyun-ah?" ucap Wonho masih dalam keadaan tidak sadar sepenuhnya.

"pukul 10."

Wonho membelalakkan matanya dan segera bangkit, "Ya! Kihyun-ah kenapa kau tak membangunkanku?! aishh.. meetingkuuuu~~~"

Kihyun terkekeh dan memeluk Wonho dari belakang, "aku sudah bilang untuk mengundurnya hyung, jam 11." Wonho menoleh menatap Kihyun yang masih memeluknya dengan erat dengan mata tertutup.

"benarkah?" Kihyun mengangguk, "aku tidak percaya istriku akan mengatur jadwalku." Wonho membalikkan badan dan mengecup puncak kepala Kihyun.

"Hey, kau bahkan belum melamarku!" pekik Kihyun seraya mengerucutkan bibirnya kesal.

"Jadi, kau mau menjadi istriku Kihyunie?" Wonho berlutit dan Kihyun hanya mengecup bibir Wonho lalu mendorong tubuh besar itu ke kamar mandi untuk segera bersiap-siap sebelum meetingnya terlambat lagi.

____

Meeting dan meeting.  Itu yang sedang dilakukan Wonho saat ini, kepalanya mulai pening dengan semua presentase dari semua klien nya yang jelas tidak menarik perhatiannya. Benar-benar membuatnya penat.

Wonho pun mendudukkan dirinya disofa kantornya dan mendongakkan kepalanya—melepas penat. Hawa panas semakin membuatnya sesak, padahal suhu ac yang dingin sudah memenuhi ruangan itu.

Brak!

Tanpa menoleh, Wonho hanya mengintip sebelah mata untuk melihat siapa yang masuk ke dalam ruangan kerjanya.

"Hoseok oppa! Aish.. Lihatlah dirimu, buruk sekali." pekik seorang gadis dengan suara besar melengkingnya menghampiri Wonho yang membelalakkan mata tak percaya.

"apa kau harus bersikap tidak karuan seperti ini ketika tidak ada aku?" tanya gadis itu seraya membenahkan dasi yang mulai acak adul di kerah Wonho.

"Do..yeoni?"

"ada apa? Kau terkejut aku datang?" tanya gadis itu lagi seraya mengusap debu yang ada di kemeja Wonho.

"kenapa kau datang? Ada apa?" tanya Wonho panik.

"ya.. Aku masih ingin bersamu." cerca gadis bernama Doyeon itu, Wonho menepis tangan indah itu dari bajunya, "ya! Oppa!"

"Doyeon, tolong keluar dari ruang kerja ku." perintah Wonho dengan lembut tetapi, Doyeon hanya menggeleng lemah, "aku mohon, jangan membuatku berbuat kasar kepadamu."

"kau selalu mengasariku dengan memilih seorang pria." wonho mulai geram dengan semua kata-kata yang terucap dari bibir Doyeon.

"AKU BILANG PERGI DOYEONIE!" pekik wonho seraya mendorong Doyeon keluar dan menutup pintu ruang kerjanya dengan kasar.

Wonho menyandarkan tubuhnya di belakang pintu dan menjatuhkan diri—diacaknya rambut kecoklatan itu, nafasnya berat.

"ada apa lagi ini, Tuhan.." Wonho menghela nafas kasar berdoa semoga semua baik-baik saja dan dirinya tidak kehilangan Kihyun seperti ia kehilangan masa lalunya.

"Hyungwonie.. Kau mau makan apa? Aku sangat lapar!" keluh Wonho seraya membolak-balik buku menu yang tengah berada di tangannya.

"hyung, aku tidak terlalu lapar. Pesan saja yang kau suka." ucap Hyungwon dengan kekehan kecil melihat tingkah Wonho yang seperti anak kecil.

"aku mau pes—"

"Paman, dia jahat! Dia lebih memilih pria ini ketimbang diriku! Dia benar-benar tidak normal!" pekik seseorang yang tak asing bagi wonho dan itu sedikit membuat Wonho terlonjak.

BUG!

"dasar anak menjijikkan! Mau jadi apa dirimu hah?! Apa ayah membesarkanmu untuk menjadi homoseksual?!" Lagi-lagi kepalan itu mendarat dengan sempurna di wajah Wonho. Pria itu hanya terkapar di atas lantai batu yang dingin—Hyungwon hanya bisa berteriak dan memeluk Wonho.

"aku mohon hentikan. Jangan sakiti hoseok hyung, aku mohon.. Aku akan pergi—aku akan pergi dan tidak akan pernah kembali. Tolong jangan sakiti hoseok hyung.." Hyungwon berlutut pada Tuan shin,  ayah Wonho—memohon dan terus ditempak oleh tuan Shin.

"bagus jika kau tau posisimu dasar homo!" teriak Doyeon yang sedang melipat kedua tangannya dan menyaksikan Wonho yang tak dapat melakukan apapun dengan hyungwon karena kepalanya terhantam meja—hidungnya bahkan mengeluarkan banyak darah yang membuat kepalanya pusing.

"saya mohon,  jangan sakiti hoseok hyung. Saya akan pergi." tuan shin hanya menahan amarahnya. Ia tak menggubris ucapan Hyungwon, dan benar-benar ingin menghabisi Wonho saat itu juga.

Wonho terlihat tak berdayaㅡwajahnya memarㅡia bahkan tak dapat melihat dengan jelas karena pusing yang mencekam kepalanya.

"Ingat kau Hoseok! jika aku tahu kau mengencani pria iniㅡayah tidak akan membiarkanmu hidup." ancam tuan Shin pada Wonho yang masih terkapar lemah lalu meninggalkannya begitu saja.

Hyung melihat Wonho nanarㅡia tak kuasa menahan air matanya yang sedari-tadi menggenangi pelupuk matanya. Ingin memeluk Wonhoㅡtetapi, nyawa Wonho terancam. Dan ia pun pergi meninggalkan Wonhoㅡtanpa sepatah kata pun walau hanya 'selamat tinggal' Hyungwon tak mengucapkannya pada Wonho.

Dan saat itu juga, seorang pria mungil datang menyelamatkan dirinya yang hampir saja mati karena pukulan hebat ayahnya itu.

Kihyunㅡpria mungil itu membawa Wonho pergi ke rumahnya dab merawat Wonho dengan penuh kasih sayang.


⊙⊙⊙⊙⊙


Kihyun tersenyum lebarㅡsesekali melihat cupcake red velvet kesukaan Wonho yang sengaja ia beli untuk kekasih tercintanya itu. Ia tahu bahwa Wonho pasti sangat penat dengan seluruh pekerjaannyaㅡitu kenapa ia datang untuk menghilangkan penat itu, walau tak semuanya, setidaknya cupcake itu menghilangkan sedikit penatnya.

Dengan senyum merekah Kihyun berjalan memasuki perusahaan Shin dan menuju ruangan Hoseok, tetapi matanya mendapati seorang gadis yang tengah merengut dan menunggu di depan ruangan Wonho.

Dengan langkah mantap, Kihyun menghampiri gadis itu.

"permisi, ada yang bisa dibantu?" tanya Kihyun pada gadis ituㅡgadis itu mengerucutkan bibirnya kesal dan tidak menggubris apa yang Kihyun katakan.

Kihyun pun tak peduli dan mengetuk pintu ruangan Wonho, "Hyung ini aku, apa kau sibuk?" teriak Kihyun.

Mendengar pernyataan KihyunㅡDoyeon, gadis itu menoleh dan memojokkan Kihyun di depan ruangan Wonho dan menatapnya tajam.

"Siapa kau?"


______

Hi, hello, annyeong! ehe maaf ya untuk late update nya :) dikarenakan kesibukan yang sangat warbyazah dan ternyata hari libur diganti secara mendadak jadinya gabisa post tepat waktu minggu ini, but dont worry sekarang sudah update kan? ehehehe. enjoy it♡

UNORMAL [KIHO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang