Senja. Dimana matahari dengan malu menyudahi segala aktivitas duniawi makhluk yang dinamakan manusia. Dengan pertunjukkan penutup hari yang indah. Langit jingga. Itulah yang sering disebut seorang gadis yang tengah mengamati ruang kerja ayahnya yang tidak begitu luas dan juga tidak sempit. Ruangan yang bersih juga terorganisir. Lengkap dengan segala furnitur berbahan kayu mahogani menambah kesan temaram yang menenangkan hati dan pikiran. Dari rak buku yang memenuhi sudut-sudut ruangan hingga nakas tempatnya segala kertas bertengger. Di sudut ruangan terdapat lampu tinggi memancarkan sinar oranye yang memberi kesan temaram, merunduki sebuah kursi dimana ayah dari seorang gadis tersebut sedang dengan fokusnya membaca buku.
Ini bukan pertama kalinya gadis yang bernama Riani mengunjungi ruang kerja ayahnya, namun ia selalu takjub dengan segala yang berada disana. Ia hanyalah gadis yang duduk di bangku sekolah dasar, namun ia sudah mendengar banyak serta menyerap semua yang ayahnya katakan mengenai sebuah ilmu bernama fisika.
"Ayah, apa yang sedang kau baca?" tanya Riani. Dia tidaklah berbeda dengan anak kecil lainnya yang selalu penasaran dengan apa yang sedang orang dewasa lakukan.
"kemarilah, ayah akan menjelaskan tentang materi yang tengah ayah dalami. Namun ayah hanya akan menjelaskannya singkatnya saja" Ayahnya-Nathan- adalah seorang dosen fisika yang mengajar di sebuah universitas ternama dikotanya. Ia juga bekerja di Lembaga Pemerintahan yang Riani tahu untuk mengembangkan dan memajukan teknologi di kotanya.
Riani pun dengan antusiasnya berlari menghampiri ayahnya dan duduk dipangkuannya. Berbeda dengan anak-anak seumurannya, bagi Riani hal yang paling ia tunggu adalah ketika ayahnya menjelaskan tentang apapun yang berkaitan dengan fisika kepadanya. Karena dari situlah Riani dapat melihat dengan jelas raut antusias ayahnya yang tak pernah ia tunjukkan kepada siapapun bahkan istrinya sendiri.
"Baiklah, antusias seperti biasanya Riani. Sekedar mengingatkan putriku yang bahwa fisika adalah ilmu masa depan. Apabila kau menguasainya, maka masa depan telah jatuh ditanganmu-"
"di generasi milenial inilah kau bisa berdalang dari balik tirai." Lanjut Riani dengan cepat. Membuktikan pada ayahnya bahwa ia hafal diluar kepala kata-kata yang sering Nathan katakana padanya.
"hahah, kau mengejutkanku. Baiklah kita mulai dari dasar sebuah gelombang. Gelombang itu seperti sesuatu yang merambat dari suatu getaran. Seperti ini" Nathan pun mengambil gitar disebelah lantas memetiknya dan menghasilkan getaran dan bunyi secara bersamaan.
"Ini yang dinamakan gelombang mekanik yang menghasilkan bunyi, bunyi inilah yang membutuhkan sebuah media untuk bisa sampai ke telingamu yang caplang ini." Nathan menjewer kecil telinga Riani, Riani pun mengaduh sedikit.
"dan media yang mengirimkan bunyi untuk sampai ditelingamu itu udara, ayah tau kau mau bertanya jika tidak ada udara seperti di bulan bagaimana? Ya tidak ada bunyi, kau tak dapat mendengar" Riani mengangguk pelan. Benar, ia hendak bertanya hal tersebut padanya.
"gelombang ini akan terus terjadi apabila sumber getaran ini bergetar terus menerus. Dan alam semesta tidak akan membiarkan terputusnya gelombang getaran karena alamlah sumbernya"
"mengapa begitu ayah?" tanya Riani sambil menguap.
"karena secara alamiah, semesta sudah menyiapkan berbagai macam gelombang seperti gelombang laut, suara sampai cahaya yang selalu dipancarkan oleh matahari kepada alam"
"Namun, yang sedang ayah dalami adalah gelombang elektromagnetik. Berbeda dengan gelombang bunyi yang harus melalui perantara atau media tapi gelombang elektromagnetik tidak membutuhkannya. Dan ayah sedang mencari solusi mengenai pemanfaatan gelombang untuk telekinesis. Kau tahu apa itu telekinesis, Riani?" ayahnya melanjutkan dan mendapati Riani yang tengah tertidur dalam pangkuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Physicist
Science Fictioncover by @perfectlyes Highest rank #36 (01/02/2019) --- Sang ahli fisika, yang selalu berdalih pada apa yang ayahnya katakan. hidup dengan teori adalah 2 hal tersulit yang menjadi satu. hidup saja sudah sulit, bagaimana dengan teori yang tak ada yan...