Bab 16

8.2K 580 15
                                    

BAB 16

Setelah itu, Deryn kembali latihan seperti biasa. Dia berhasil mengerahkan konsentrasinya dan bermain dengan normal. Semua orang berhasil heran dibuatnya. Terutama Rei. Dia tampaknya adalah yang paling menahan diri supaya tidak bertanya. Dia memang tampak tenang karena Deryn sudah kembali latihan dengan normal. Tapi tampaknya itu tidak cukup. Selesai latihan, Tania menyusulnya ke lapangan dan dia nyaris histeris begitu melihat wajah lebamnya. Deryn berusaha menenangkannya dan mengatakan kalau dia baik-baik saja. Tapi bukannya berhenti, ceramahnya malah makin panjang. Dan sepanjang perjalanan pulang pun dia belum berhenti.

"Ryn, gimana kalo nyokap lo panik liat muka lo kayak begitu?"

"Nggak bakal. Nyokap masih di butik jam segini. Tenang aja, jam segini pada belum pulang.. lo gak usah belebihan deh.." ucapnya santai. Dan dia langsung berdadah ria sebelum kemudian  tancap gas menuju rumahnya. Tingkahnya itu berhasil membuat Tania monyong dan menggerutu. Cewek bule temannya itu emang kadang susah banget diatur!

Tania masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamarnya. Dia mengecek ponselnya dan menemukan pesan pengumuman yang sudah dia ketahui. Dia melempar ponselnya ke kasur dan menyalakan music playernya. Lagu Mariah Carey mulai bergema ke seluruh ruangan. Dan dia bersiul-siul mengikutinya.

Tanpa sengaja matanya melirik sebuah kotak berwarna perak. Dia mengulum senyum dan mengambil kotak itu. Dia membukanya. Aah.. jepit bunga ini bagus banget. Faris benar-benar mengerti betul seleranya. Hihi.. meskipun Tania tidak yakin apa cowok itu benar-benar memilihkannya untuknya atau hanya tidak sengaja. Tapi itu tidak penting. Jepit ini sangat indah. Tapi Tania belum pernah memakainya. Jepit ini terlalu wow untuk dipakai sehari-hari ke sekolah. Tapi rasanya juga kurang ajar banget karena kesannya dia tidak menghormati si pemberi. Dia ingin sekali memakai jepit ini. Dan dia nyengir ketika sebuah pemikiran melintas di kepalanya. Hm.. sepertinya momennya cukup bagus.

※※※

Hari yang ditunggu tiba! Hari Olimpiade!

Faris dan Pak Bryan sedang berada di ruang guru. Mereka berbincang serius cukup lama. Cowok itu tampak gugup. Tapi Pak Bryan berhasil menenangkannya. Setelah itu mereka keluar dan Faris berjalan menuju tempat para peserta berkumpul. Olimpiadenya akan diadakan di sebuah universitas mengingat ini adalah olimpiade tingkat provinsi dengan jumlah peserta yang tentu saja sangat banyak. Bus yang akan mengangkut para peserta dari SMA 71 sudah standby. Faris menelan ludah. Aduh, sialan. Gue gugup banget.

"Profesoooor!!"

Faris menoleh dan menemukan dua monyet temannya sedang berlari heboh menghampirinya. Dia terkejut karena tiba-tiba mereka malah mengguncang-guncangnya.

"Selamat berjuang di medan perang, Profesor! Gue gak mau tau pokoknya lo harus menang! Semangat, Mameen!" dan Aji memberinya cipika-cipiki ala emak-emak arisan rempong. Dia ngakak ketika si Profesor itu menjitaknya sambil melotot.

"Eling woy!"

Tawa Rei meledak. Dan dia menjambak rambut Faris, "Good luck, Man. Kayaknya bakalan malu-maluin banget kalo lu gak menang.." si Kapten nyengir dan merangkulnya. Si Arab ini hanya mengerling geli.

Sementara itu di gedung selatan, di depan kelas X-4, Tania sedang berusaha menenangkan dirinya sendiri. Dia lumayan gugup karena akhirnya hari ini datang juga. Hari Olimpiade! Sekarang dia sedang dikerubungi teman-teman sekelasnya yang bergantian memberinya semangat.

"Fighting ya, Tan! Lo pasti bisa! Nanti kalau lo menang kita arak elo keliling alun-alun biar greget.." celetuk Revan dengan wajah kurang ajar. Dan itu membuat si Bang Dudy menjitaknya.

"Nggak, Tan. Gak bakal diarak kok. Tapi kalau lo mau gue siap manggul elo kok.." dia meringis.

"Maunyeeee.." ledek Hadi, "gue aja, Tan.."

ChemistryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang