The Way to Home

14 0 0
                                    

.......

"Ok, i think it's enough for this meeting. See you next week"

"Thank you, Miss"

Aku baru saja selesai mengajar di salah satu bimbingan belajar yang cukup terkenal di kalangan para siswa. Awalnya, aku tidak menyangka bisa lulus dan menjadi tentor di LBB tersebut, mengingat aku masih semester 4 dan belum ada pengalaman mengajar sebelumnya. Namun, aku sangat bersyukur karena sekarang bisa lebih mandiri dan tidak membebani orang tua lagi untuk biaya semesteran. Sayangnya, karena jadwal kuliah ku siang, jadi aku dapat waktu mengajarnya malam dan selesai jam delapan malam.

"Hujan? Yah..gimana nih?. Mana aku nggak bawa payung, lagi" gerutuku melihat hujan yang turun tiba-tiba.

Sekitar lima menit ku menunggu di depan LBB, tapi hujan seolah enggan berhenti. Padahal, aku ingin bisa cepat pulang karena ada tugas kuliah yang harus dikumpul besok. Sebenarnya, rumahku tidaklah begitu jauh dari tempat ini dan bisa dijangkau dengan berjalan kaki. Bahkan, aku sempat berpikir untuk menerobos hujan, tapi aku berpikir dua kali untuk melakukannya. Bagaimanapun, aku pasti basah kuyup dan bisa saja aku langsung demam besoknya. Baiklah, aku akan menunggu dan berharap hujan ini bisa mereda.

"Nggak pulang?"

Aku terkejut saat mendengar seseorang tiba-tiba bersuara dari belakangku. Akupun menoleh dan ternyata seorang cowok sedang berdiri di sampingku.

"Lagi nunggu hujannya reda. Nggak bawa payung soalnya" kataku

"Oh, gitu" dia mengangguk dan kembali masuk ke dalam gedung LBB. Aku yang melihatnya sedikit heran hanya bergidik bahu setelah dia masuk.

Ini sudah setengah sembilan malam dan hujan masih dalam keadaan yang sama. Tak sedikitpun rintikannya berkurang. Aku bingung. Apakah ku terobos saja hujannya?

"Ayo!" Cowok tadi tiba-tiba keluar dengan membawa payung.

Untuk beberapa detik aku terdiam melihat cowok itu. Bukan terpesona, hanya saja sedikit bingung dengan apa yang dilakukannya. Aku bahkan belum mengenalnya meskipun dia sepertinya bagian dari LBB ini. Aku harus bagaimana? Aku ingin bisa cepat pulang, tapi ini sudah malam dan pulang dengan orang yang belum ku kenal?.

"Hei?"

"Ah? Iya" aku tersadar. Baiklah, aku tidak punya pilihan lain.

Semoga saja aku bisa sampai dengan selamat. Itulah hal yang kupikirkan sejak ku memutuskan ikut bersama cowok yang belum ku kenal ini.

"Aku, Dimas" kata cowok itu memecahkan pikiranku.

"Mmm, aku Nadya" balasku dengan canggung

Kami berjalan di pathway yang sudah cukup sepi. Hanya satu atau dua orang saja yang melintasi jalan ini. Wajar saja, ini sudah jam sembilan malam. Lalu tanpa sadar, hujan sudah cukup reda. Namun, aku sedikit merutuki mengapa hujan baru berhenti saat aku sudah pulang dengan Dimas.

"Udah lama jadi tentor?" Tanyanya sambil menurunkan payungnya.

"Baru setahun,kok. Kamu? Disana tadi ngapain?"

"Aku juga ngajar" Ternyata dia juga seorang tentor. Tapi,aku belum pernah lihat dia sebelumnya.

"Oh, kamu juga ngajar. Aku, baru lihat kamu hari ini" kataku

"Ini pertama kalinya aku ngajar di tempat kamu. Sebelumnya,aku ngajar di cabang lain" aku mengangguk mengerti.

Selama berjalan dengannya, aku berpikir dia sebenarnya tinggal dimana. Apa dia tidak memakai motor? Masa iya dia mau jalan seperti ini hanya untuk mengantarku pulang.

"Kamu tinggal dimana?dan kamu nggak bawa motor?" Tanyaku pada Dimas

"Sejak dipindahkan ke cabang baru, aku membeli rumah kecil di dekat sini. Jadi,nggak perlu pakai motor. Aku lebih suka jalan seperti ini" ungkapnya.

"Mmm,gitu"

Ternyata ada juga cowok se-sederhana Dimas. Biasanya,sedekat apapun tempatnya, cowok pasti akan memakai motor. Tapi, tidak dengannya. Oh, dia juga bilang tinggal di sekitar sini, itu berarti rumahku tidak begitu jauh dari rumahnya.

"Lampunya agak redup, ya?. Bahaya juga kalau pulang malam sendiri" kata Dimas

"Iya sih. Tapi, aku udah biasa kok. Oh iya, kamu masih kuliah?" Tanyaku

"Mmm..aku tinggal nunggu wisuda. Kamu?

"Oh..kalau aku masih semester 4. Maaf ya,kak, aku kira kakak seumuran sama aku" kataku sedikit malu

"Nggak papa,kali. Aku suka kok bicara santai seperti ini" jawabnya sambil tersenyum

Gang disini memang kurang pencahayaan. Lampunya pun hanya berwarna kuning redup. Tapi, aku masih bisa melihat kalau Dimas memiliki senyum yang manis. Seketika, pipiku terasa sedikit panas. Untunglah, ini sudah malam, jadi wajahku tak begitu nampak.

"Nad, kita lewat mana?" Aku baru sadar kalau kami sudah ada di pertigaan gang. Ini berarti sepuluh langkah lagi rumahku sampai.

"Oh,lewat sini" kataku

Akhirnya, aku sampai juga di rumah.

Meskipun sedikit telat karena hujan, paling tidak aku bisa sampai dengan selamat.

"Kak, makasih, ya udah dianterin pulang. Maaf ngerepotin" kataku

"Nggak lah. Rumahku kan deket banget dari sini" dia tersenyum lagi.

"Ya udah. Aku masuk dulu, ya kak. Kak Dimas hati-hati kalau pulang"

"Nadya!"

Baru saja aku mau masuk ke dalam rumah, tiba-tiba Dimas memanggilku.

"Iya,kak?" Tanyaku

"Jangan pulang sendiri lagi,ya"

Deg...

Jangan pulang sendiri?. Apa maksudnya?

"Maksudnya,kak?" Dengan ragu, aku bertanya padanya.

"Mulai besok, kita pulang sama-sama. Aku akan selalu anterin kamu pulang"


Thank's for reading🙇🙆

See ya on the next story

SIDEWhere stories live. Discover now