[36] Dendeng Sapi

1.2K 93 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya😊

***

"Ngapain lo di sini?" Dengan kening berkerut heran Genta mendapati Gery di depan pintu rumahnya. Gery mulai berpikir apakah Genta akan mengusirnya atau tidak.

Cepat-cepat ia mengangkat dua bungkusan makanan yang ia bawa dan memberikannya langsung pada Genta. "Buat lo sama Nata, bang."

"Ini apaan?" tanya Genta bingung, menerima dua bungkusan tersebut lalu mengintip sedikit dan berseru tak percaya akan apa yang baru saja ia lihat. "Banyak banget, lo mau Nata gendut makan sebanyak ini?"

Gery tertawa canggung. "Ya gak gitu bang." Sedikit mendesah lega sebab perkiraannya kalau Genta akan mengusir dirinya meleset. Sesekali matanya melirik ke arah lantai atas memastikan apakah Nata ada di rumah atau tidak.

Seakan mengerti, Genta berdeham sebentar lalu menyilahkan Gery masuk dan duduk di sofa ruang tamu serta memberi cowok itu sekaleng soda sebagai formalitas menghormati tamu yang datang. Ia meminumnya sebelum menanggapi lirikan Gery ke lantai atas rumahnya. "Nata gak di rumah. Dari pulang sekolah dia sibuk di dapur masak dendeng sapi. Udah tau gue gak suka makanan pedes dia tetap nekat masak." Ia berdecak dan menggelengkan kepala secara dramatis seakan tak percaya dengan tingkah Nata tadi yang asik bersenandung senang di dapur dan tak mengacuhkan ribuan protes darinya karna tak suka makanan pedas.

"Terus dendeng sapinya buat siapa?" Spontan Gery bertanya.

"Ya buat lo lah. Yang sekarang datang-datang pake bawa makanan sebanyak ini ke rumah, mau nyogok gue?" Genta menjawab dengan nada rendah mengejek dan mendecih karna demi apapun ia tak bisa menolak semua makanan yang Gery bawa ke rumahnya. Tapi, agaknya Geri tidak fokus pada jawaban atas pertanyaan yang ia ajukan spontan tadi pada Genta.

Sekali lagi Gery tertawa canggung. Ia menggaruk belakang kepalanya menutupi kepanikan yang ada. Salahnya sendiri membawa makanan sebanyak ini untuk membuat Genta tidak lagi marah padanya.

"Gak masalah sih, makanan sebanyak ini gue bisa abisin dan gak juga bakal bikin Nata gendut. Tapi, btw makasih udah repot-repot segala bawa makanan segini banyak buat nyogok gue. Meskipun gue gak ngerasa disogok dan gue juga gak ngerti maksud lo nyogok gue buat apa." Ia berhenti sejenak berbalik ke dapur mengambil sesuatu.

"Mungkin lo ngira gue gak restuin hubungan lo lagi sama Nata. Sebenarnya enggak, gue cuma was-was aja Nata bakal diculik lagi. Gue takut karena cuma dia saudara yang gue punya di sini. Cuma itu, meskipun gue tau penculiknya udah di bui." Ia kembali dengan mangkuk dan piring serta sendok dan garpu di kedua tangannya.

"Buat yang kemaren lo bawa adek gue pergi sampe boong segala, itu udah gue maafin. Gue ngerti perasaan adek gue gimana. Tapi gue gak suka cara lo yang cuma diem dan gak ngomong apapun ke gue dan sekarang malah bawa makanan segini banyak ke rumah gue. Ckck." Gery meringis pelan. Sepertinya opsi membeli semua makanan untuk Genta kurang berhasil.

"Tapi udahlah toh semuanya udah lewat. Nata udah baik-baik aja sekarang dan gak ada yang bakal nyekap adek gue lagi. Tapi, kalau sekali lagi gue tau kalian boong, gue gak segan-segan maksa lo jauhin Nata." Baru saja Gery bisa bernapas lega seketika ia tersedak salivanya sendiri. Menatap horor Genta yang balas menatapnya tak peduli seraya mulai menikmati bakso di mangkuknya. Tidak, jangan sampai Genta menyuruhnya menjauhi Mata. Bagaimana bisa mungkin dan itu semua tak akan pernah terjadi.

"Paham kata gue?" Gery mengangguk takut-takut dan bersorak dalam hati setidaknya Genta sudah tak bersikap dingin lagi padanya.

Cowok itu sudah menghabiskan semangkuk bakso dan kemudian beralih ke piring siomay. Gery menelan ludah, rasa lapar kembali bergejolak di perut nya. "Oiya, lo gak penasaran Nata kemana?" Genta bertanya agak merendahkan nada seperti di film-film action saat si mata-mata pura-pura hendak membocorkan rahasia negara yang di simpannya. Karna ia rasa, Gery tidak mendengar ucapannya yang memberitahu kalau dendeng sapi itu untuk Gery.

Gery menggeleng pelan menanggapi pertanyaan Genta dan mulai ikut merasakan aura penasaran di sekelilingnya. Ia menunggu tanggapan dari ketidaktahuannya tadi dengan tidak sabar. Genta seperti bermain-main, cowok itu dengan sengaja penuh khidmat mengunyah siomay mengulur-ulur waktu dan membuat Gery semakin penasaran.

Perasaan tak enak mulai menjalar. Jangan sampai Nata ke rumahnya. Jangan! Ini belum saatnya cewek itu bertemu dengan Dina. Ia bahkan lupa menceritakan segala hal tentang Dina pada Nata. Bisa gawat kalau cewek itu bertemu dengan Dina di rumahnya.

"Nata bikin dendeng sapi buat lo dan sekarang mungkin dia udah di rumah lo." Secepat kilat Gery bangkit berdiri degupan jantungnya mulai menggila. Prasangka-prasangka mulai melayang-layang di benaknya entah apa yang dikatakan Dina pada Nata nantinya. Oh, jangan! Jangan sampai ke dua cewek itu berakhir dengan pertengkaran di rumahnya.

"Gue balik bang."

***

Suasana yang Nata kira awalnya hangat dengan sedikit kecanggungan seperti yang ia lihat di sinetron saat bertemu Mama Gery pupus begitu saja ketika ia mendapati sosok lain di rumah ini.

Gadis cantik yang tinggi semampai sudah bisa disandingkan dengan model-model majalah dan selebgram yang memiliki ribuan endorse itu menatapnya seperti ingin menelan dirinya hidup-hidup. Ia sama sekali tidak tahu siapa gadis itu dan apa maksud tingkah gadis itu yang menatapnya tajam. Seketika ia merasa tenggelam dan kehilangan kepercayaan diri saat gadis itu memperkenalkan nama dan menyatakan bahwa ia sebagai kekasih Gery sejak dua tahun lalu.

Secara paksa ia menelan salivanya gugup. Untung saja kebiasaan mengubah ekspresi secara tiba-tiba di saat genting seperti ini menyelamatkannya sebab ajaran dari Genta. Sepertinya ia harus memasak makanan enak untuk Genta nanti malam sebagai ucapan terimakasih.

"Oh jadi ini yang namanya Nata. Kenalin Dina Anjani pacar Gery sejak dua tahun lalu." Nama yang bagus, Nata akui itu. Tapi, pacar Gery sejak dua tahun lalu. Are you kidding me?

"Nak Nata duduk dulu. Gerynya tadi ijin mau ke rumah Nata sore ini eh malah Natanya duluan yang ke sini. Gery gak ngasih tau?" Nata menggeleng, untung saja di sini masih ada Mama Gery kalau tidak, bisa-bisa gadis bernama Dina Anjani ini sudah terkapar di lantai karna ulahnya.

"Gak tante. Gery gak ngabarin. Oiya, Nata masak dendeng sapi buat Gery, katanya Gery suka makanan pedes dan kangen sama masakan dendeng sapi buatan neneknya." Nata tersenyum ramah mendapati reaksi hangat Mama Gery untuknya.

"Wah gak usah repot-repot. Makasih banyak udah masakin Gery dendeng sapi, wanginya enak, Nata pintar masak ya." Mama Gery berdecak kagum menyicip sepotong daging lalu berseru senang dan mengacungkan ibu jari untuk Nata.

"Enak banget. Gery gak salah pilih nih." Nata mendapat pujian lagi.

Nata tertawa bangga mendapati wajah masam Dina yang mendengar pujian dari Mama Gery untuknya. "Gak juga kok Tan, Nata juga masih belajar," ucapnya merendahkan diri.

"Eh, panggil Mama aja kan kamu pacarnya Gery. Ini udah enak banget loh, kapan-kapan temenin Mama nyoba resep-resep baru, ya. Gimana?" Nata mengangguk antusias menyambut ajakan Mama Gery. Lampu hijau sudah diberi untuknya dan juga Mama Gery sendiri menyebut bahwa dirinya pacar dari anaknya sendiri. Wah, sudah tak terkira sebanyak apa malu yang di tanggung oleh gadis yang mengaku pacar Gery sejak dua tahun lalu itu.

"Dina juga bisa masak kok Ma." Gadis itu menyela, lebih tepatnya ingin ikut dipuji Mama Gery.

Mama Gery mendelik tak percaya. "Ah masa? Perasaan waktu di Ausie kamu minta dimasakin terus sama bibi An. Masak telur aja gosong mau nantangin Nata yang jago masak dendeng sapi." Mama Gery menggeleng pelan mulai sibuk memindahkan dendeng sapi ke piring lalu menyicip kembali sepotong daging, sepertinya Mama Gery ketagihan dendeng sapi buatan Nata. Tak terkira kekuatan dendeng sapi sampai meluluhkan hati calon mertua.

Dina melayangkan protes tak terima dibanding-banding kan dengan Nata. Cewek itu mulai melakukan drama kecil seolah menjadi peran yang tersakiti di sini.

"Dina sayang, Mama tau kamu sama Gery udah temenan sejak kecil. Mama juga udah anggap kamu sebagai anak Mama sendiri. Tapi, sekarang sudah beda. Gery sudah menemukan Nata dan memilihnya. Mama gak bisa bantu apapun, ini masalah perasaan Gery. Kalau kamu mau protes jangan ke Mama."

Bolehkan Nata sedikit merasa bangga? Ia sudah mendapat lampu hijau dari Mama Gery. Tapi, melihat Dina yang menatap sinis padanya dan juga mendapati genangan air mata dari ke dua mata gadis itu, Nata rasa kehadirannya salah di sini.

***

Gee or Zee [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang