Chapter 20

267 36 7
                                    

Tanpa kata, Harry bergegas meninggalkan ruangan.

Beranda sudah sepi. Rombongan Dwarrow yang tadi memenuhi teras telah membubarkan diri. Salju melayang-layang malas di udara, menyelimuti halaman, pagar, dan kerangka pohon di kejauhan. Hari kelabu tanpa matahari.

"Bagaimana sekarang?" tanya Ron, menghinggap pada sandaran bangku di teras. Harry cuma mengesah.

"Aku... sungguh tidak punya maksud apa-apa..." Glorfindel berkata, tidak enak hati. Ia mengira ketidak-ramahan Dis disebabkan oleh kata-katanya, meski ia juga tidak tahu di mana letak kekeliruan dalam ucapannya.

Harry menepuk-nepuk bahu sang Ellon. "Jangan menyalahkan diri sendiri," katanya menenangkan. Glorfindel terdiam, walau tampak tak yakin.

"Kuharap kalian tidak tersinggung," Balin berujar, suaranya tenang dan membujuk, mengikuti mereka. Dwalin, Thorin dan juga Fili menyusul tak lama kemudian.  "Dis... masih terguncang oleh peristiwa tempo hari."

"Tidak apa-apa, aku bisa memahami perasaannya. Sudah jadi naluri orangtua untuk melindungi anak-anak mereka," sahut Harry. "Kili dipilih sebagai perantara Istar... tanggung jawabnya akan membuatnya menapaki jalan yang sulit. Bukan tidak mungkin nantinya ia akan meninggalkan Ered Luin demi menunaikan sebuah tugas. Wajar jika Lady Dis bersikap protektif kepadanya."

Fili terperangah. Ia menggeleng-geleng pada Harry, tak terima, namun Thorin keburu menahannya sebelum ia sempat memprotes.

"Aku berterimakasih atas pertolonganmu, Gandalf. Bahkan Tabib terbaik Pegunungan Biru tak dapat menyembuhkan Kili secepat dirimu!" ujar Thorin. Matanya memandang Harry penuh selidik. "Dan sekarang aku siap mendengarkan masalah apapun yang membuatmu mencariku." Ia kemudian mempersilakan Harry dan Glorfindel duduk di bangku, sementara ia sendiri duduk bersisian dengan Dwalin, Balin, dan Fili.

Harry tak menyukai basa-basi bila membahas hal yang ia anggap krusial, karenanya ia bicara tanpa tedeng aling-aling. "Hal-hal buruk menimbun di Dol Guldur," ujarnya pelan. "Ketika aku dan Ron pergi ke sana untuk menyelidiki, tempat itu sudah jadi benteng musuh. Orc, dan Sauron."

"Bukankah Sauron sudah dikalahkan saat perang aliansi?" kata Balin resah. "Raja Gondor Isildur bahkan memenggal putus jemarinya, sampai ia terpisah dengan Cincin keramatnya!"

"Kalah, tapi sayangnya tidak mati," sahut Ron. "Cincinnya tidak ada padanya, namun tetap ada di suatu tempat, dan selama benda itu utuh, Sauron tidak akan punah dari muka bumi."

"Kami mendengar kabar kau pergi ke Mirkwood untuk sebuah urusan," kata Thorin pada Harry, "apa ini ada kaitannya dengan keadaan Dol Guldur?"

Sejenak ketidaknyamanan menggelitik perasaan Harry. Padahal ia sudah berusaha bergerak cepat, tanpa mengundang keributan, namun tetap saja berita mengenai dirinya tersebar, bahkan sampai ke Ered Luin. Mengalihkan kecemasan itu untuk dipikirkan nanti, ia menjawab, "benar. Sauron mungkin lemah tanpa cincinnya, tapi pasukannya masih ada, dan terus berlipat jumlah bahkan selagi kita berembuk di sini! Ia masih memiliki kekuatan sihir, pun mampu membuat makhluk-makhluk kegelapan mematuhi kehendaknya! Sementara naga sendiri adalah ciptaan Morgoth sesembahannya, tentu kalian sadar apa arti semua ini?"

Wajah Thorin mengeras. "Kau mencemaskan koalisi antara Smaug dan Sauron!" tebaknya. Harry hanya mengangguk mengiyakan.

"Tapi... Smaug masih bercokol di Erebor! Sejak datang, naga sial itu tak beranjak sedikitpun dari Gunung Sunyi!" ujar Dwalin.

"Dan itu semakin membahayakan. Bayangkan jika Sauron berhasil menundukkan Smaug? Tak cuma punya senjata pemusnah massal, ia juga akan menduduki harta bangsa Dwarrow yang tak terhitung jumlahnya!" Para Dwarf menggeram tak rela demi mendengar ini. "Sebelum itu terjadi, sebelum Sauron semakin kuat, aku ingin daerah Rhovanion bersatu," lanjut Harry. "Peri Greenwood, Skin Changer, Dark Elves, Manusia Kota Danau," matanya berkelip memandang Thorin, "dan Dwarf Erebor."

The Grey MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang