Bab ini kudedikasi bagi para pembaca yang sedang sibuk unbk
Aku gak tau sih unbk itu apa 😂
Tapi kayaknya un nya itu ujian nasional ya?
Jadii kudoakan semoga berhasil
Mendapat apa yang diinginkan
Percayalah sama apa yang kalian isi
Dan good luck!
Ku menunggu di salah satu PTN negeri 😆😆😆
Kali aja kita bisa berjumpa 😍😍
******
Selina berjalan. Menyusuri lorong rumah sakit diikuti Demi di belakang. Pria itu akhirnya memberi izin. Membiarkan Selina untuk datang menemui Radit.Tapi ia tetap akan mengikuti. Berjaga-jaga jika ada hal buruk yang sampai terjadi.
Dan saat langkah kecil tersebut berhenti. Diam di salah satu kamar rawat, maka Selina berusaha menenangkan hati. Mencoba menghadapi kenyataan pahit yang ada di depan mata, lalu menggeser pintu kamar tersebut dengan perlahan.
Kriiet...
Derit pintu yang terbuka sedikit menimbulkan suara nyaring, tapi Radit tidak merasa terganggu. Bukan. Bukan tidak terganggu. Ia hanya tidak sadar.
"Apa aku boleh?" tanya Selina tiba-tiba, sesaat setelah menoleh ke arah Demi.
Wanita itu mendadak merasa ragu. Merasa tak pantas untuk menemui Radit. Namun, saat Demi mengangguk. Memberi izin bagi Selina untuk melangkah mendekat, maka wanita itu kembali berjalan.
Teramat pelan seakan takut membangunkan pria yang sedang tidur di atas ranjang rumah sakit tersebut. Dan saat dirinya telah berada di sisi Radit. Maka air mata itu mulai turun.
Menetes bagai rintik hujan yang tak mampu berhenti. Membasahi bukan hanya wajah cantiknya itu, tapi juga sedikit tubuh Radit. Ya. Karena tangis yang terisak dan sangat keras tersebut, membuat Demi saja bahkan keluar.
Ia tidak mampu. Mendengar suara sakit teramat dalam itu lagi. Tidak. Terlebih dari wanita yang dicintainya.
*******
Wanita itu telah berhenti menangis. Setelah hampir lima belas menit, ia memutuskan untuk kembali sadar. Berusaha menelan pahit dan fokus pada Radit. Seperti sekarang.
Ya. Dibanding memberi tangis tanpa guna, Selina memilih untuk diam. Terus menggengam satu tangan pria itu, berusaha menyalurkan semangat dan energi hidupnya. Juga doa.
Entah Tuhan mendengar. Entah Tuhan peduli, tapi saat ini yang bisa Selina lakukan hanya berdoa. Berharap untuk sekali saja, permintaan wanita itu mampu terkabul. Permintaan agar Radit segera terbangun. Kembali tertawa dan memanggil namanya.
"Hiks!"
Tanpa sadar, ia kembali sedih. Kembali ingin menangis, hingga satu tangan wanita itu berusaha menutupi wajah. Selina ingin menahan. Ingin mencoba kuat, membuat pria itu tak khawatir.
Tapi percuma. Rasa sakit yang menusuk bagai jarum dan menghantui kepalanya itu terus muncul. Seperti bisikan yang memerintah Selina untuk kembali terjebak dalam gelap. Bagai kejadian beberapa tahun lalu. Saat ia bersama keluarganya mengalami satu kecelakaan beruntun. Membuat setiap orang dalam mobil itu meninggal, kecuali Selina.
Membuat ia merasa bersalah. Terus merutuki diri dan berusaha tinggal dalam kegelapan. Dan kini, saat ia mencoba kembali menerima terang cahaya, gelap itu kembali mengejar. Memaksa Selina untuk kembali menikmati dingin yang ada.
Benar. Mungkin itu yang terbaik. Sejak awal, aku hanyalah wanita pembawa sial, Radit.
Batinnya berusaha meyakinkan. Memberi Selina satu keputusan besar yang mungkin akan menyakiti dirinya. Tapi untuk sekarang. Ia hanya ingin menikmati momen bersama Radit. Mencoba bersandar. Menghirup harum pria itu dalam-dalam untuk terakhir kali. Ya. Terakhir kalinya.
*******
Sinar mentari sudah menyerang. Masuk melewati jendela kamar, membuat Selina perlahan sadar dan membuka mata.
Ah, aku ketiduran.
Berusaha mengingat, wanita itu akhirnya paham dengan situasi yang tengah terjadi. Kemarin malam, setelah ia lelah menangis, maka ia tertidur. Lupa untuk bangun dan kembali ke kamar.
Lalu, saat ada beberapa perawat dan dokter masuk. Mencoba melihat keadaan Radit, maka Selina menyingkir. Keluar dan membangunkan Demi yang tertidur di luar.
"Radit sedang diperiksa. Tolong jaga dia," katanya sebelum kembali berjalan. Pergi untuk memulai kembali hidupnya.
*******
Drap! Drap! Drap!
Indri berlari. Terus melewati koridor hingga sampai di depan satu kamar, dan membukanya keras. Membuat seorang wanita yang masih duduk di atas ranjangnya itu kaget.
"Kamu datang?" tanya Selina tenang.
"Apa yang sebenarnya terjadi?!" ucap Indri panik
"Duduklah. Duduk dan dengarkan aku bercerita."
Maka satu kalimat itu terasa bagai mantra untuk Indri. Membuat wanita itu menutup mulut. Tidak lagi bertanya. Dan duduk di salah satu kursi di sisi Ranjang.
"Jelaskan sekarang."
Dan cerita itu mengalir. Semuanya terungkap tanpa satu pun yang tertinggal.
*******
Ya!
Sudah update yaa
Jangan lupa vote, follow, sama komentar
Ditunggu lanjutannya
-XOXO
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Behind The Color
Romance[Romance - 18+] Follow dulu, baru dibaca. -Damara Selina Handoko- Wanita cantik yang bagai bulan Aku tidak ingin melihat. Tidak pula ingin bernapas dan hidup. Tapi tuhan memaksa. Membuat diriku kembali berjalan dalam bara neraka. Terlebih saat aku...