7. RASA PENASARAN

1.4K 70 0
                                    

Erosh menyandarkan tubuhnya di atas sofa. Ada beberapa gelas kecil minuman yang masih utuh di hadapannya. Dia melihat ke depan, lantai dansa bar penuh sesak dengan orang-orang yang berjoget mengikuti alunan musik Dj, termasuk teman-temannya.

"Bos, nggak mau ikutan joget?" Tanya salah satu teman Erosh menghampiri sambil meneguk minuman yang tersedia di atas meja. "Ini kan perayaan kemenangan kita."

"Gue di sini aja." Jawab Erosh.

"Gue ke tengah dulu ya bos." Pamitnya.

Erosh mengangguk. Sebenarnya dia tidak menganggap ini sebuah kemenangan dari pertandingannya dengan Alex beberapa hari yang lalu. Dia hanya ingin Alex berhenti membuat keributan yang sering dia timbulkan.

Erosh berganti memandang ke sekelilingnya, dia sudah merasa jengah dengan hal-hal seperti ini. Entahlah, mungkin karena bertahun-tahun lamanya Erosh masih tidak menemukan apa yang dia cari. Nyatanya suasana rumah yang selalu dia dambakan tidak pernah dia temukan dimanapun, termasuk pelariannya ke tempat ini.

"Hallo babe..."

Erosh membuang nafas kesal. Dia tidak melihat ke arah suara yang memanggilnya, dia benci mendengarnya.

"Kamu ke sini kok nggak ngajak-ngajak aku sih?" Tanya Mega dengan suara manjanya. "Oh yaa, selamat yaa atas kemenangannya. Aku tahu kamu pasti bisa dengan mudah mengalahkan Alex."

"Lo ngapain di sini?" Erosh tidak berkomentar apapun selain balik bertanya dengan kedua matanya masih tidak mau menatap Mega.

Mega duduk di samping Erosh. Menggenggam erat lengannya. "Nyusul kamu dong! Wherever you go, I'm with you."

Erosh berusaha menepis tangan Mega. "Mendingan lo pulang. Gue nggak suka liat lo di sini."

"Kenapa babe?" Tanyanya cemberut. "Emm... Kamu pasti khawatir yaa kalo aku mabuk lagi?"

"Nyokap lo nglarang lo ke sini, jadi mendingan sekarang lo pulang."

Mega tersenyum. "Kamu tenang aja, Mama nggak bakal tau kok. Tadi aku bilang mau pergi ke rumah Sasa sama Irin."

"Yaudah, kalo gitu ngapain lo ke sini?" Tanya Erosh sambil menahan kekesalannya.

"Aku bilang aku mau sama kamu. Kemanapun kamu pergi pokoknya aku ikut. Kamu kan pacar aku." Mega masih terus bersikeras untuk menempel pada lengan Erosh.

Erosh menarik napas dalam-dalam. "Gue mau ambil minum." Katanya sambil berusaha berdiri.

"Kita kan bisa panggil waiters, nggak perlu pergi kemana-mana." Ucap Mega menahan Erosh. Dia melihat seorang waiters tak jauh dari tempatnya duduk dan bermaksud memanggilnya.

"Nggak perlu!" Sergah Erosh. "Gue mau ke konter sendiri."

"Aku...."

"Lo nggak perlu ikut!" Potong Erosh dengan cepat, dia memang sengaja pergi karena tidak tahan dengan sikap Mega.

Mega terlihat kecewa. "Oke, aku tunggu kamu di sini. Jangan lama-lama yaa."

Erosh tidak menjawab, dia berdiri dari duduknya dan melangkah menuju konter.

Di konter lumayan rame. Erosh berdiri menyela di antara orang-orang yang sedang menunggu giliran memesan minum dan tiba-tiba matanya terpaut sesuatu. Erosh yakin dia adalah orang yang sama dengan seseorang yang Erosh lihat kemarin. Tapi kenapa dia ada di sini? Wajahnya memang tak asing lagi, bahkan Erosh merasa diapun pernah melihatnya beberapa kali di tempat ini.

Orang yang Erosh maksud berjalan ke arah ruang karyawan dan Erosh bermaksud mengejarnya. Dia menoleh ke belakang, memastikan bahwa Mega sedang tidak mengawasinya. Dia pasti akan membuntutinya jika melihat Erosh pergi ke tempat lain. Dan ternyata Mega sedang menatap asyik ke arah lantai dansa sambil bersorak menikmati alunan musik.

          

Erosh melangkah cepat, menyusul ke arah orang itu pergi, dan ternyata dia menuju ke dalam toilet cewek di sebelah ruang karyawan. Erosh menghentikan langkahnya dan menunggunya di luar.

Selang beberapa menit orang yang Erosh tunggu keluar dari toilet. Dia melangkah sambil merapikan poni miringnya yang sedikit menutupi wajah cantiknya. Ya, dia memang cantik, bahkan Erosh menyetujuinya sejak pertama kali melihatnya. Erosh melihat telapak tangan kanannya tertutup perban.

"Hai, lo nggak apa-apa?" Tanya Erosh padanya begitu mereka saling berhadapan.

Alya terperangah kaget menatap cowok yang ada di hadapannya. Dari sekian banyak orang yang ada di bar ini, dia harus bertemu dengannya lagi. Alya ingin langsung pergi menghindarinya, tapi sepertinya tidak bisa.

"Maksud lo apa?" Tanya Alya gugub.

Erosh menunjuk ke arah tangan kanan Alya. "Telapak tangan lo."

Alya memeganginya. "Nggak apa-apa. Sorry gue harus kembali kerja." Pamit Alya sambil melangkah pergi. Sebisa mungkin Alya mencoba menjauh darinya.

"Tunggu!" Cegah Erosh.

Alya menghentikan langkahnya.

Lagi-lagi Erosh mendekatinya, membuat Alya semakin gugub. "Gue mau minta maaf atas kejadian kemarin."

Degg!!!

Jantung Alya terasa seperti terlonjak keluar, badannya menegang. Cowok ini benar-benar sudah tau kalo dia adalah anak SMA yang kemarin siang hampir tertabrak mobilnya. Dan sekarang dia melihatnya bekerja di sini.

"Emm.. Gue nggak ngerti maksud lo. Mungkin lo salah orang." Jawab Alya bohong dan berusaha mengindari Erosh.

"Gue udah liat lo beberapa kali di sini. Jadi gue nggak mungkin salah orang." Kata Erosh yakin.

Alya berpikir cepat. Berusaha mencari jawaban lain. "Tolong jangan ikut campur urusan gue." Pinta Alya tiba-tiba.

Erosh menautkan alisnya keheranan. "Gue nggak bermaksud ikut campur urusan lo."

"Kalo gitu anggep aja lo nggak pernah liat gue sebelumnya." Alya tidak tahu lagi harus berkata apa. Dia takut cowok itu akan mengadu pada Mega dan sekolah akan tahu tentang pekerjaannya.

Erosh terdiam menatap cewek yang ada di depannya ini. Dia bermaksud ingin meminta maaf namun cewek ini justru mengatakan hal di luar perkiraannya.

"Permisi, gue harus kembali bekerja." Alya melangkah pergi.

Erosh tak bergeming di tempatnya. Masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dialaminya. Ada apa dengan cewek itu? Sepertinya dia berusaha menghindarinya. Apa dia takut padanya? Tapi kenapa?

ㅡBWYㅡ


Sebuah dering telpon berbunyi bahkan sejak beberapa menit yang lalu. Anggi, gadis mungil yang masih duduk di bangku kelas dua SD itu merasa terganggu dengan suaranya. Dia melangkah keluar kamar dan menuju ke sumber suara.

"Hallo, Papa..." Jawab Anggi setelah menemukan ponsel Bundanya yang tergeletak di meja makan berdering dan ada nama Papanya tertera di layar.

"Lho, Anggi, kamu belum tidur?" Sapa Alfian dari seberang sana. Dia agak terkejut mendengar suara anak kembarnya mengangkat ponsel istrinya.

"Belum Pa. Papa kenapa belum tidur?" Anggi balas bertanya.

"Papa kangen sama anak-anak Papa."

"Tapi kan Papa baru berangkat tadi sore." Jawab Anggi polos.

"Memangnya Anggi nggak kangen Papa?"

BE WITH YOU (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang