Mungkin ada kalanya, sesuatu yang tidak pasti kehadirannya tidak usah terlalu dinanti, karena hasil bisa saja orang lain yang menikmati, kita hanya mendapat sisa dari kebahagiaannya.
Ini sudah hari ketiga Ebbie duduk mengahadap jendela kamarnya. Tidak ada orang yang berani mengajaknya bicara termasuk Farahani ibu tercinta.
Kau tahu? Bagaimana wujud sosok Ebbie saat ini?Ia tak membuka mulutnya sedikitpun, tidak bicara, tidak makan dan minum.
Tubuhnya ia biarkan mengering tanpa cairan, rambut coklat ikalnya dibiarkan kusut berantakan banyak dihinggapi butiran debu.Bibir ranumnya pucat dan kering. Kejadian itu membuat kantung matanya menghitam dan bengkak. Ia hanya membentur benturkan kepalnya pelan ke kayu jendela.
Sesekali ia ingin menangis dan mengeluarkan setiap butir air matanya, namun sepertinya mata Ebbie sudah terlalu sering didatangi hujan, hingga kemarau keringpun menjalar disekitar kelopak matanya.
Ebbie selalu bertanya tanya terhadap takdirnya. Satu hal yang tak pernah ia pahami, 'mengapa aku tak pernah bisa membahagiakan diriku sendiri?'
Apakah kisah happy ending hanya berlaku dalam novel-novel saja?Sentuhan tangan lembut hinggap pada bahu kecil Ebbie. Ia sama sekali tidak terkejut, mungkin lamunannya lebih kuat dari saraf kesadaramnya.
"Kau masih belum mau makan Ebbie?" Lembaran roti dilengan ibunya sudah sering diabaikan oleh Ebbie.Ibunya menghela nafas halus, ia terus berusaha mengembalikan senyum putri sulungnya itu, walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama untuk meyakinkan Ebbie kembali pada tujuan hidupnya.
"Sampai kapan kau akan terus begini? Hmm?"
Ebbie hanya diam dan bernafas, sesekali ia berkedip, entah merespon atau tidak.
"Kau tidak akan berbicara dengan ibumu ini Ebbie? Hmmm.. kau sudah mengabaikannya selama tiga hari, bahkan kau tidak mau menjawab pertanyaan dari ibumu ini. Apa kau tidak kasihan? Hmm?" Berbagai godaan terus diucapkan ibunya.Ebbie mengarahkan bola matanya kearah sosok disebelahnya. Tidak ada lagi mata cokelat keemasan indah milik Ebbie, yang terlihat hanya sayu seperti berat menahan sesuatu.
"Kau boleh menangis, kau boleh marah, kau juga boleh kecewa Nak.." ia melirik kearah roti kemudian melanjutkan kalimatnya."Tapi jangan biarkan kesedihanmu mengalahkan tujuan hidupmu."
"Ibu tidak pernah melarangmu untuk tidak menangis Ebbie, tapi tolong, berjanjilah bahwa ini adalah tangisan terakhirmu untuk Hilal" suara ibunya yang ikut bergetar semakin menyendukan suasana.
"Ebbie putriku, dengar.. ibumu juga seorang wanita. Sama sepertimu, pernah merasakan jatuh cinta yang luar biasa. Dan saking panatiknya dengan yang namanya cinta, akhirnya ibu merasakan sebuah patah hati yang begitu hebat.."
Ibunya menangkap kekecewaan yang besar dari sorot mata Ebbie.
"Kau tahu mengapa itu bisa terjadi? Padahal ibu tidak berpacaran seperti yang Allah larang, padahal ibu tidak menjalin hubungan tanpa nama yang keduanya saling mencintai. Ibu sendiri yang mencintainya, sedangkan dia tidak" gemulai lembut suara ibunya selalu berhasil membuat hati Ebbie luluh dan bertanya tanya tentang kisahnya."Karena ibu seorang wanita, pasti tidak pantas jika ibu mengungkapkan perasaan ibu pada pria itu. Ibu malu, jadi ibu lebih memilih mencintainya dalam hening. Tidak ada seorangpun yang dapat menebak hati ibu, karena yang tahu hanya Allah, ya, ibu selalu mengadukannya pada Allah... ibu tidak pernah berhenti mendoakannya setiap saat, mendoakan bahwa pria itu akan berjodoh dengan ibu"
Ebbie mulai membuka sedikit mulutnya, menatap serius kearah ibunya.
"Lalu? Apa yang terjadi dengan pria itu? Mengapa ibu tidak berjodoh dengannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Setiap Makhraj Cinta
SpiritualRank #2 CintaIslami [26/10/18] Semasa hidupku, aku hanya mengalami Jatuh Cinta sebanyak 2 kali. Bukan berarti aku mencintai keduanya dalam waktu yang sama, tapi tidak untuk yang pertama. Aku sempat gagal dan memutuskan untuk berhenti mencintainya. ...