"MATI GUE!!!" Alvin merutuki dirinya sendiri dan terbirit lari dari ruang BK.
"Nak Alvin, mau kemana kamu?" Panggil Bu Nina, yang dipanggil sudah lenyap dari pandangan.
"Kenapa itu anak?" Bu Nina memijit keningnya bingung.
Alsa bangkit dari sofa, menghampiri Bu Nina, "biar saya aja Bu yang kejar dia," bu Nina mempersilahkan Alsa menyusul Alvin dengan syarat mereka harus kembali dalam 10 menit karena pelajaran pertama sudah dimulai sejak beberapa menit yang lalu.Sudah 5 menit berlangsung tapi batang hidung Alvin belum juga dilihatnya, Alsa mulai panik, gadis itu takut hari pertamanya di sekolah baru menjadi runyam hanya karena cowok aneh itu. Alsa memutar otaknya, berpikir, hanya satu tempat lagi yang belum dikunjunginya yaitu toilet pria.
Tidak mungkin rasanya jika seorang perempuan harus masuk ke dalam toilet yang bukan untuk gendernya, tetapi Alsa tak peduli, ia menekatkan diri. Toh, toiletpun juga masih sepi.
Alsa masuk tanpa rasa ragu, kalau ia dipergoki ,bilang saja ini urusan emergency. Alsa membuka satu persatu pintu toilet yang tertutup, sudah tiga pintu yang dibukanya tapi tak ada seorangpun disana, tinggal satu pintu lagi yang tersisa. Pintu paling ujung, pintu terakhir. sepertinya pintu itu terkunci, pikirnya.
Ia memelankan langkahnya agar yang di dalam tak mengetahui keberadaannya. Perlahan tapi pasti Alsa mendekat ke arah pintu tersebut dan...
BRAKKK...
Alsa mendobraknya dengan sekuat tenaga, pintu itupun terbuka dengan sangat mudah karena sebenarnya pintu itu tak terkunci seperti apa yang terkira. Ia melongo, tak ada orang disana, yang tersisa hanyalah properti toilet yang sudah ada sejak lama.
Alsa kehilangan akal, dia mengacak rambutnya frustasi.
"Loh, kok cewek ada disini?" Cowok berkaca mata bulat dan tebal yang tidak diketahui namanya terkejut dengan keberadaan seorang perempuan di toilet pria.
"BACOT!" Sarkas Alsa langsung beranjak pergi dari sana.
"Dasar cewek mesum." Ucap cowok tersebut sambil geleng-geleng kepala dan melanjutkan kembali aktifitasnya yang tertunda.
***
"Duhilah, gimana nih?" Alvin mengigit kuku-kuku jarinya gugup.
Sudah belasan kali ia berputar-putar tak jelas seperti orang linglung."Heh, lo siapa?!? Ngapain disini? Ini ruang ganti anak basket dan anak laccrose, siswa lain dilarang berada di ruangan ini," bentak seorang siswa senior yang sepertinya tidak mengenali Alvin.
"Hm... sorry, Bro, tadi gue lagi ngumpet-eh, bukan, maksudnya gue lagi keliling, gue anak baru jadi gak tahu," gugup Alvin, siswa senior itu menaikkan sebelah alisnya pertanda bahwa ia bingung dan kurang percaya atas penjelasan Alvin yang terbata-bata.
Ia menghampiri juniornya tersebut dengan tatapan yang mengintimidasi, Alvin memasang tampang datarnya. Lagipula apa yang perlu ditakutkan dari senior ganteng dan kekar yang satu ini?
"ALASAN," Sang senior dengan lancangnya menoyor kening Alvin dengan telunjuknya " gue saranin, lo sebaiknya jangan bertingkah , jangan jadiin status lo sebagai anak baru sebagai alasan, udah basi!" Lanjutnya tersenyum sinis.
"Sorry Bro, gue kan udah bilang, maaf gue gak tahu," ucap Alvin membela diri.
"Berarti lo itu BEGO!" Si senior menoyor lagi kening Alvin dengan telunjuknya.
"Satu lagi jangan panggil gue dengan sebutan " Bro", panggil gue Kak." Lanjutnya.
"Tapi lo kan bukan kakak gue," jawab Alvin santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEIGHBOUR'S LOVE
Teen Fiction"Emang salah jatuh cinta sama tetangga sendiri?" -Alvin Fahlefi. Alvin Fahlefi jatuh cinta kepada Alsava Claretta, tetangga sebelah rumahnya. Alsa adalah cinta pertama Alvin. Sudah sejak 16 tahun yang lalu mereka bersebelahan rumah tetapi Alsa tak p...