Part 6

869 55 0
                                    

Aku membeku melihat siapa yang duduk di bagian sebrang gymasium. Ya, kau benar, itu adalah Justin dan yang lebih buruk lagi Kathrina duduk di sampingnya, menyender pada bahunya. Aku mengerang dan mendengus.

"ada apa, Bels?" tanya Ana.

Aku mengedikkan daguku ke arah Justin dan Kate di sisi lain lapangan.

"ya Tuhan, sepertinya kau tidak bisa lepas dari mereka, kan?" kata Haylie.

Aku memutar bola mataku. Kenapa mereka harus memilih Notherm? Maksudku, ada berpuluh-puluh sekolah yang lebih bagus daripada Notherm di kota ini. Sekarang aku menyesal kenapa dulu kucoret 'pergi dari kota ini' dalam daftarku.

"kalian tahu tentang ini, kan?" tanyaku pada Chaz dan Ryan.

Mereka mengangguk dan tersenyum sedih padaku. "yeah, Justin memberitahu kami. Kami tidak mau menghancurkan kebahagiaanmu, jadi kami memutuskan tidak memberitahumu."

Aku mendesah dan mengangguk. Memangnya aku bisa apa lagi?.

***

Aku dan teman-temanku sedang berkeliling gedung sekolah kami dan menghafal di mana ruang-ruang kelas yang akan kami ambil. Saat sedang mengobrol dengan Ana dan yang lainnya, aku tidak sengaja menabrak seseorang.

"maafkan aku, ak-" aku terhenti saat melihat siapa yang kutabrak, "well, lupakan."

"hai Isabella. Kau bersekolah di sini? Sungguh suatu kebetulan, kan?" kata Kate dengan suara melengkingnya. Astaga, gadis ini sungguh-sungguh mengganggu. Justin berdiri di sampingnya memeluk pinggangnya dan menatapku sinis.

"yeah, kurasa begitu. Kecuali bagian kebetulannya, lebih seperti kesialan sepertinya." gumamku.

Kate mengangguk. "kau benar. Kasihan sekali teman-temanmu."

Chaz mendengus. "tutup mu-"

Aku memegang tangan Chaz, menghentikannya. "yeah terserah apa katamu." cibirku lalu melangkah meninggalkan mereka.

Jika lebih lama di sana. Bisa-bisa aku menonjok wajah Kate saking kesalnya.

***

Aku mengambil kelas aljabar, pemerintahan, bahasa jerman, bahasa inggris, biologi, sejarah dan kimia. Beruntungnya, karena teman-temanku juga mengambil kelas kimia. Sialnya karena Justin juga mengambil kelas kimia. Lebih sial lagi, Justin dan Kate mengambil kelas aljabar. Belum-belum aku sudah kesal dengan kelas aljabar.

Aku sedang melangkah ke kelas aljabarku. Bagus sekali, dari tujuh pelajaran yang kupilih, aljabar adalah kelas pertama yang harus kumasuki. Aku berpisah dengan teman-temanku di depan kelas mereka lalu masuk ke dalam kelasku.

Aku memilih duduk di barisan tengah. Aku tidak terlalu suka duduk di depan, dan lebih tidak suka lagi jika harus duduk di belakang.

Aku meletakkan tas dan tidak lama seorang pria paruh baya dengan kacamata bertengger di hidungnya memasuki kelas.

"baiklah semuanya, saya Mr. Scott, guru aljabar kalian. Karena kalian adalah siswa baru, saya akan membiarkan kalian beradaptasi dengan situasi kelas ini. Kita akan mulai pelajaran pada pertemuan berikutnya. Terima kasih" ujar Mr. Scott lalu dia keluar dari kelas.

Anak-anak seisi kelas bersorak dan langsung menghambur. Aku mengedarkan pandangan ke seisi kelas. Mencari kira-kira siapa yang bisa diajak berteman dari kelas aljabarku ini.

Aku terkesiap saat melihat Justin dan Kate sedang berciuman di pojok kelas. Aku menahan napas dan langsung membuang muka. Sial. Hariku benar-benar kacau.

Aku menoleh ke samping kiriku dan melihat seorang gadis berambut coklat terang sedang membaca buku.

"hai, aku Bella." sapaku.

Gadis itu mendongak dan tersenyum. Matanya berwarna biru gelap dan entah bagaimana aku menyukainya. "aku Allison. Senang bertemu denganmu, Bella. Dan, aku suka matamu." balasnya.

Aku terkesiap. "benarkah? Aku juga suka matamu." jawabku dan kami tertawa bersama.

"well, well, well, Bella. Mengapa lagi-lagi aku tidak kaget melihatmu di sini, ya?" tiba-tiba Kate sudah ada di sampingku.

Aku dan Allison menatapnya aneh. Apa maunya anak ini sekarang?.

"well hai Kate. Mengapa aku juga tidak kaget terus melihat wajah menyebalkanmu di sekitarku?" ejekku.

Kate melotot padaku. "Justin, dia mengejekku!" rengeknya pada Justin.

Justin menatapku sinis lalu membelai rambut kekasihnya itu. "jangan pedulikan dia, sayang." ujar Justin.

Aku terkesiap. Apa? Bisa-bisanya....

Aku mendengus dan menoleh pada Allison. "maafkan aku Allison, pembicaraan kita harus berhenti. Sampai dimana kita sebelum beberapa orang menginterupsinya?" tanyaku.

Allison tersenyum padaku. "aku menyukai matamu dan kau menyukai milikku" jawabnya tidak mempedulikan Kate dan Justin.

Aku membalas senyumannya. Ah aku benar-benar menyukai gadis ini!. Dia sepertinya mengerti kalau Kate memang menyebalkan dan dia ada di pihakku. Aku bersyukur ada orang seperti dia di kelas aljabarku.

Kate yang merasa aku tidak memedulikannya menarik Justin dan meninggalkanku dan Allison. Aku dan Allison tertawa begitu mereka menghilang.

"ada apa denganmu dan mereka? Kalian sepertinya saling kenal? Itupun jika kau tidak keberatan aku bertanya." tanya Allison.

Aku tersenyum dan menceritakan semuanya pada Allison. Well kecuali bagian aku menyukai Justin tentu saja.

Begitu bel pergantian jam, aku berpisah dengan Allison karena dia masuk ke kelas lain denganku. Aku melangkah menuju kelas berikutnya dan bertemu dengan teman-temanku di lorong lalu bersama-sama ke kelas berikutnya.

Tanpa sengaja, lagi-lagi aku menabrak seseorang sampai aku tersungkur dan saat aku mendongak orang itu lagi-lagi Kate.

Kate meringis dan pura-pura kesakitan sambil memegang pundaknya yang tertabrak olehku. Justin memegang pundak Kate lalu melotot padaku. "apa yang salah denganmu, hah? Kau tidak bisa jalan dengan benar, ya?" bentaknya.

Aku tersentak. Dia... membentakku?

The ObstaclesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang