Pria itu berlari-lari kecil memasuki pelataran cafe,menyapu butiran air yang menetes di baju yang dipakainya dengan tangan, kemudian melangkah masuk ke dalam, tanpa sengaja membunyikan lonceng yang terpasang dibagian atas saat dia membuka pintu.
Kafe itu tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa orang yang sibuk dengan sarapan paginya, tidak peduli dengan sekitar .
Pria itu mengedarkan pandangan dan memutuskan untuk duduk didekat jendela yang tampak kabur terkena uap tetesan air hujan diluar. Dari sana ia bisa melihat pemandangan jalan, mobil-mobil yang berseliweran,orang-orang yang berlalu-lalang, berlari menghindari hujan, bergegas menuju tempat tujuannya masing-masing.
Sebenarnya ia tidak ada rencana sama sekali untuk memperlambat paginya dengan mampir ke kafe ini. Dia sengaja berangkat lebih awal ke kantor karna mobilnya terpaksa masuk bengkel setelah dipakai semena-mena oleh kaka perempuan nya kemarin. sialnya,dia terjebak hujan dijalan dan terpaksa mampir ke kafe ini,mengingat dia masih harus menempuh jarak 10menit lagi sebelum sampai dihalte terdekat dengan berjalan kaki, dan dia tidak ingin terlihat acak-acakan dihadapan para pegawainya dikantor.
Pria itu menyadarkan punggunya ke kursi dan melipat tangannya didepan dada, menatap pandangan didepan jendela . Hujan masih mengguyur cukup deras, dan sepertinya akan sering turun mengingat ini adalah pertengahan musim gugur.
Secara pribadi dia tidak terlalu menyukai musim gugur, bukan hanya karna musim tersebut identik dengan perpisahan, tapi juga karna aura yang dimiliki musim itu sendiri. Cokelat, kering, gugur dan berakhir. Tidak ada makna positif yang didapatnya dari hal-hal itu, jadi... Sederhana saja dia bukan penikmat musim gugur.
"Permisi,,anda sudah mau memesan?"
Pria itu menoleh saat mendengar suara yang berasal dari arah kanannya. Dia mendongak dan mengangguk ke arah pelayan yang langsung menyodorkan buku menu padanya.
"Kopi biasa saja," jawabnya singkat tanpa melirik buku itu lagi.
"Baik,silakan menunggu sebentar"
Pria itu melanjutkan lagi kegiatan nya, yang sempat tertunda tadi. Dia teringat bagaimana ibunya meminta agar dia mulai memikirkan masa depannya, yang hanya berarti satu hal. Menikah . Hanya saja apa yang bisa dilakukannya jika setiap hari dia selalu berkencan dengan tumpukan pekerjaannya? Ibu pasti tidak akan setuju jika ia menikah dengan perusahaan nya.
Umurnya sudah menginjak 25 tahun yang memang menuntutnya untuk segera memikirkan sesuatu tentang.. Berkeluarga. Dan jujur saja, itu bukan yang dianggapnya perlu untuk dipikiran .
Pria itu memfokuskan matanya saat menangkap sosok seorang gadis yang menurutnya bertingkah aneh, gadis itu berdiri diam disebrang jalan, dibawah nauangan payungnya yang berwarna putih transparan. Hanya saja gadis itu tidak bergeming dari tempatnya, saat lampu lalu lintas menunjukan warna merah, seolah ada sesuatu yang menahannya tetap berada disana.
Pria itu menyipitkan matanya, agar bisa melihat lebih jelas, karna berkali2 sosok gadis itu tertutupi oleh krumunan yang berlalu lalang didepan kafe . Dia tidak tahu.... Tapi saat gadis itu mendongakan wajahnya menatap langit langit dengan mata yang terpejam, dia merasa bahwa gadis itu sedang mencium bau sesuatu, tidak mempedulikan tetes air hujan yang mulai membasahi wajahnya. Dia tidak yakin dengan apa yg dilakukan gadis itu, hanya saja gadis tersebut sangat menikmati apa yg dilakukan nya, merujuk pada senyum kecil dibibirnya .
Gadis itu melakukannya cukup lama, sampai lampu lalu lintas sudah dua kali berganti warna. Hijau dan merah, tapi kali ini gadis itu sepertinyaa sadar untuk segera bergerak,bergabung dalam kerumunan.
Pria itu sedikit menahan nafas, saat melihat gadis tersebut berhenti didepan pagar kafe,tersenyum dan melambaikan ke arah seseorang yang sepertinya berdiri di depan pintu kafe karna ia tidak bisa melihatnya, dari sudut tempat ia duduk.
Kali ini ia bisa melihat keseluruhan wajah gadis itu dengan lebih jelas, membuatnya terpana, dalam hitungan detik, yang terasa begitu lama .
Dia pernah mendegar pendapat yang mengatakan bahwa bagian terbaik dari sebuah kecantikan adalah saat tidak ada gambar yang bisa melukiskannya. Dan kali ini , ia mengerti maksd dari ucapan itu. Dia tidak bisa mendeskripsikan satu bagian pun dari wajah gadis itu dengan tepat . Hanya cantik . Dia hanya tau bahwa gadis itu cantik, hanya itu saja.
.
.
.
.Sorry kalo banyak typo nya . Ini hanya repeat dari couple kyuNa ya 😊 trmks udah baca
Lanjut part. Vote and komennya 😊💗
KAMU SEDANG MEMBACA
The first coffe
RomanceKopi pertama pagi ini, pria itu mengangkat cangkir dan mendekatkannya ke mulut, ada rasa hangat menyenangkan yang mengalir dari tenggorokan ke perutnya,kafein harian yang selalu disukainya . Dia sudah mencoba begitu banyak jenis kopi dari berbagai k...