Hai hai:)
Jangan lupa vote+comment ya?Happy Reading❤
*****
"Udah nih, neng. Sepedanya udah bisa dinaiki,"
Kara berdiri. Dia mengibas-kibaskan rok sekolahnya, lalu meletakkan tas-nya di kursi panjang yang berhimpitan dengan tembok. Gadis itu melangkahkan kakinya mendekati dua orang cowok yang sejak tadi tidak henti-hentinya mengelus pipi dan dagu.
"Sini-in duit lo!" kata Kara sambil memberikan tangannya, "Lo itu udah bikin sepeda butut gue rusak. Jadi gue butuh dana buat biaya perbaikan." sindir Kara.
Cowok itu memandang Kara dengan tatapan tidak suka. Dia memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Mencari sesuatu.
"Ck, lama banget ngambil duit aja. Kasihan tuh bapaknya, nungguin," Kara berkacak pinggang, lalu tersenyum manis kepada tukang tambal ban dan dibalas.
Sebenarnya, Kara bukanlah seorang yang penyuruh, pemaksa, ataupun pemalak seperti ini, tapi mengingat kelakuan cowok-cowok tadi membuat darahnya naik seketika.
"Duit gue nggak ada sumpah, ngilang deh kayanya," kata cowok itu lalu dibalas decakan oleh Kara.
Reno mengalihkan pandangannya pada cowok berjaket abu-abu tadi, Raven. Cowok itu tengah bersandar pada tembok dengan kedua tangan menyilang di depan.
Seolah paham, Raven menatap Reno dan Kara secara bergantian dengan malas sambil merogoh saku celananya. Dia sedikit meringis, mengingat lebam yang ada di tangan kanan, pipi, dan juga dagunya semakin tercetak dengan jelas. Tentu saja itu ulah Kara.
Setelah Kara mengakhiri kalimatnya tadi, dia kembali dan menarik Raven serta cowok yang ia bogem alias Reno untuk membawakan sepedanya. Tidak mudah menyuruh dua cowok gila itu jika saja Kara tidak menghajarnya dulu.
"Mana ada duit lo ngilang kalo nggak lo buat beli rokok. Nih!" kata Raven sambil memberikan beberapa lembaran uang kepada Reno.
"Cewek sok jagoan..." panggil Reno. Kara menoleh disertai tatapan tajamnya.
"Maksud gue Kara. Nih duitnya," ralatnya sambil memberikan uang itu.
Kara menaikkan satu alis, "Lo nyuruh gue?" bukannya menjawab, Reno dan Raven malah saling pandang, "Kasihin sendiri ke bapaknya lah! Emang lo kira gue babu lo?"
Reno memutar bola matanya, menahan amarah dan pasrah. Kemudian melangkahkan kakinya mendekati tukang tambal ban.
"Ini, pak. Terima kasih banyak ya, pak," ucap Reno tulus, lalu berbalik ke arah Raven dan Kara.
"Udah, sekarang mau lo apa? Lo mau nge babu kita lagi, hah?!" Tanya Raven sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada. Reno juga ikutan menyilangkan kedua tangan.
"Eh, mau kemana lo?" tanya Raven dengan nada tinggi saat melihat Kara melangkah menjauh.
Kara mengambil tasnya dan menggendongnya di punggung, lalu berjalan untuk mengambil sepedanya. Dia tersenyum ramah kepada tukang tambal ban yang sejak tadi melihat tingkah tiga anak sekolahan di warungnya. Dia menaikinya dan bersiap mengayuhnya,
"Lo berdua ngapain masih di situ? Mau bantu-bantu reparasi ban? Tugas kalian selesai. Gue duluan," pamitnya lalu mengayuh sepedanya pergi, meninggalkan dua orang cowok dengan tatapan tersulut emosi.
"Awas aja, lo...sialan."
*****
"Jangan sering-sering ngerokok napa sih, Nan. Lo juga, Tha!"
Cowok itu menghembuskan asap rokoknya dengan gusar, "Kayanya gue harus pulang dulu, deh, Ga, Nan." dia mematikan rokok yang ada ditangannya. Cowok itu mengambil hoodie hitam lalu memakainya dengan smartphone lebar di tangan kirinya.
"Gue harus ngasih kunci rumah ke kakak gue, kalo nggak ingin kena tinju sama dia."
Itu alasan yang nggak logis, Tha. Rutuk Altha dalam hati.
Dua cowok di hadapannya mengerutkan kedua alisnya.
Sebenarnya mereka bertiga saat ini sedang ada di kamar milik Aga, si cowok keren, pintar, dan...suci. Kedua temannya-Kenan dan Altha-nekat merokok di sini karena kedua orang tua Aga sedang tidak di rumah.
"Yahh...balik lagi gak, nih?" Tanya cowok dengan baju yang dia keluarkan dari celana, Kenan. Cowok itu memainkan asap rokok yang dihisapnya barusan, membentuk pola-pola tidak jelas.
"Kalo gue beruntung," jawab Altha dan langsung menyamber tas serta kunci mobilnya.
Altha masuk ke dalam mobil jazz putih miliknya. Lalu sesegera mungkin menancapkan gas. Dia mengendarai mobilnya di atas kecepatan rata-rata. Pikirannya sedang kacau saat ini. Sudah kesekian kali sudut matanya menangkap sebuah undangan dengan perpaduan warna gold dan maroon yang ada di jok sebelahnya. Berkali-kali pula dia mengusap kasar wajahnya yang terlihat kusut.
"Gue gak percaya kalo hal ini bakal beneran terjadi. Sialan cowok brengsek itu!" desisnya penuh emosi sambil memukul-mukul stir mobilnya seperti orang kesetanan. Ingin sekali dia membuang undangan itu. Tapi percuma saja, kalaupun dia membuangnya, semuanya juga tidak akan berubah.
"Cowok brengsek! Siap-siap aja lo mati di tangan gue!" kesalnya sambil membunyikan klakson lama sebagai pelampiasan.
Saat berada di sebuah pertigaan, mata Altha menangkap sesosok cewek berseragam dengan tas merah muda di punggung. Dia menaiki sebuah sepeda dan terlihat tengah tersenyum ria. Tentu saja cowok itu mengenalinya.
Altha menghentikan mobilnya secara mendadak, membuat cewek itu otomatis mengerem sepedanya mendadak pula. Terlihat ekspresi menahan amarah tercetak di wajah si cewek, ia memakirkan sepedanya di tempat.
Bersamaan dengan langkahnya, Altha keluar dari mobil itu. Dia melepas hoodie yang menutup kepalanya sambil merapikan rambutnya yang berantakan.
Cewek itu membulatkan matanya sempurna, lalu melangkah dengan lebar mendekati cowok itu.
"Dasar adik durhaka, lo! Lo mau deketin gue sama ajal, hah?!" protesnya sambil menjitak kepala cowok itu,
"Mobil siapa lagi tuh?" tambahnya sambil menjitaknya sekali lagi.
"Aduduh...kak! Biasa aja kali, ah!" tegas cowok itu,
"Ngomong-ngomong lo tanya ini mobil siapa? Mobil gue, of course." tambahnya sambil menyilangkan kedua tangannya dan berlagak sombong.
'Buakk!'
"Aww...kak Nat! Lo kok mukul gue, sih? Salah gue apa lagi ke lo?" tanya cowok itu sambil meringis kesakitan karena pipinya baru saja kena bogem.
'Buakk'
Satu bogeman lagi mendarat di pipi Altha yang satunya, "Lo nanya salah lo apa? Masih nanya lo? Salah lo banyak," Kara memegang salah satu bahu Altha lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Altha, menatap manik milik Altha. Tatapannya sekarang begitu mengintimidasi dengan alis terangkat satu. Membuat altha bingung.
"Lo abis ngerokok, kan?"
Tbc...
------------------------
©2018|SWEET LOVE FOR NATHAMILA
Written by Carelia
Cover by Hwang
-----------------------.
Tuis di kolom komentar ya? Nih cerita pantesnya di Next atau Delete??
Minta vote min 363774683736362920384736282928 boleh?? Wkwk, bercanda:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Love For Nathamila
Teen Fiction[[HIATUS]] Apa yang kalian pikirkan ketika dengar kata 'cewek feminim'? Cewek banget? Tentu saja. Pemburu cogan? Sudah pasti. Banyak bicara? Benar. Tukang gosip? 100%. Fashion? Nggak ketinggalan. Itu yang dimiliki hampir semua cewek. Termasuk Kara...