Mission Complete *35

20.2K 2.5K 86
                                    

Panik, cemas, khawatir, dan takut bercampur menjadi satu hanya karena satu pertanyaan yang keluar dari mulutnya. Aku masih terdiam menatapnya enggan dan Rane balas menatapku dingin seperti biasa. Seolah pertanyaannya barusan bukanlah pertanyaan berbobot yang penting.

Dan bukankah Zi bilang tadi aku dipanggil untuk ditanyakan soal... Oh, aku tadi memotong ucapannya karena panik. Tapi bukankah maksud Zi untuk ditanyakan soal kesaksianku dan Xander?

"Uhm..." Aku menggaruk belakang telingaku dengan canggung. "Kau membicarakan soal apa?" tanyaku sambil mengerutkan kening bingung. Dan syukurlah nada bertanyaku tidak terdengar bergetar atau gelagapan. Bagaimanapun juga murid terpilih seperti Rane pasti memiliki kemampuan interogasi atau menjadi mesin pendeteksi kebohongan yang baik.

"Aku merasa sudah menceritakan semuanya saat rapat tadi."

Aku tidak menyangka diajari cara berbohong di sini dan akan digunakan saat ditanya oleh teman sendiri, bukannya musuh. Walau begitu, sebenarnya aku merasa percuma memberitahu apapun itu pada Rane mengingat ia hanya peduli pada beberapa hal saja yang dianggapnya penting. Tapi disisi lain... Harus aku akui, dia tipe orang yang dapat dipercaya dan tidak mengecewakan.

Rane tampak mengalihkan pandangan matanya lalu bersedekap. "Kau tahu maksudku."

Tapi aku sama sekali tidak tahu. Terlalu banyak rahasia yang kusimpan, dan bagaimana caranya aku tahu rahasia bagian mana yang sudah ia ketahui.

"Soal apa yang aku dan Xander alami?" terkaku ragu. Tapi rasanya aku sudah memberitahukan semuanya pada mereka, bahkan rencananya Xander akan dihubungi untuk ditanyakan juga.

"Kau sudah menceritakannya." Tangan Rane tampak mengambil sebuah kertas dan memperhatikannya. "Light dan Mr. Vector sedang menghubungi sepupumu itu."

Jangan salahkan aku jika aku hampir berjengit kaget begitu mendengar kata 'sepupu'. Maksudku, sepupuku bukan hanya sekedar dari keluarga Robert. Akan sangat mengerikan jika yang Rane maksud adalah Aley atau Aaron. Tapi mengingat hasil investigasi kami membuatku cukup tahu ia tidak mungkin mengenal atau melihat keduanya. Aley dan Aaron pasti sangat lihai dalam bersembunyi. Walaupun masih di bawah umur, mereka itu buronan kelas kakap.

Rane meletakkan sebuah foto yang ia balik di depanku seolah memintaku untuk melihatnya. Aku mengambilnya sambil menatapnya curiga lalu memperhatikan foto di baliknya. Sebuah tempat mewah namun lebih mirip penjara. Walau begitu tidak ada jeruji besi, hanya pintu-pintu kamar dengan jendela kecil berjeruji setinggi kepala orang dewasa.

"Apa ini?" Aku mengerutkan kening memandanginya bingung.

"Gedung Rehabilitasi."

"Rehab... bilitasi?" gumamku kecil.

"Ini adalah lokasi di mana kejadian para remaja-remaja di sana kabur," terang Rane membuatku langsung mengerti ke mana arah pembicaraan ini. Remaja kabur, tempat rehabilitasi, Aaron dan Aley...

Black Eagle.

Bukan tidak mungkin jika kebanyakan anggotanya adalah remaja. Aku sendiri sudah melihatnya secara langsung waktu itu. Sejujurnya aku tidak tahu siapa biang yang membebaskan semua remaja tersebut.

"Lalu kau ingin aku menceritakan tentang apa?" Tanganku kembali menaruh foto tersebut di tengah meja sebelum aku benar-benar meremasnya hingga rusak karena terlalu gugup. Tunggu! Ini hanya sebuah wawancara biasa atau... interogasi?

"Aku melakukan tracking." Kami saling melempar tatapan serius. "Diantara semua remaja, ada satu data yang berhubungan dengan ibumu." Rane mulai berdiri sementara aku membeku di tempatku menatapnya horor.

Little AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang