Secepat Baekhyun berdiri, secepat itulah Chanyeol meraih pergelangan tangan wanita kepala tiga tersebut, ia tak punya alasan mengelak dari kesalahannya namun ia tak ingin Baekhyun pergi."Maafkan aku." Baekhyun tak merespon namun juga tak menampik tangannya, "Baekhyun... kumohon maafkan aku."
"Aku tidak tahu kenapa kau menamparku... apapun alasannya jangan mengulanginya lagi." Wanita itu menarik senyum simpul dan berjalan mendekat, memeluk sahabat kecilnya yang entah sejak kapan sudah menjadi sebesar sekarang. Chanyeol dulu adalah bocah gendut yang mendapat ejekan teman sebayanya, dan Baekhyun dengan tubuh kecilnya akan berteriak dan menjambak rambut anak laki-laki yang bermulut besar hingga membuat beberapa rambut mereka tercabut dari akarnya.
"Aku suka baumu." Entah Baekhyun yang bodoh atau apa, tapi ia baru sadar kini Chanyeol mengendus area lehernya tanpa dosa. Ia ingin melayangkan protes namun Chanyeol menahannya dengan merapatkan pelukannya.
"Terima kasih atas pujianmu, tapi aku harus bekerja Tuan Park. Lepaskan atau aku akan menendang kebanggaanmu."
Chanyeol terkekeh dan melepaskan tubuh Baekhyun yang entah kenapa sangat pas dalam pelukannya.
"Bos, ayo kita makan–"
Chanyeol mendengus dengan kehadiran Jongin yang membuka mulutnya dengan bodoh.. dia hanya terkejut mendapati bosnya berjarak terlalu dekat dengan Baekhyun. Seingatnya hubungan mereka tidak terlalu dekat... sangat tidak dekat jika boleh ia perjelas, bahkan Baekhyun takut dengan atasannya itu.
"Sudah berapa kali kukatakan untuk mengetuk pintu, Kai."
"Apa aku merusak suasana? Maafkan aku bos, ini jam makan siang dan seperti biasanya—"
"Aku makan siang dengan Baekhyun."
"Apa? Oh.. oke aku akan pergi, bersenang-senanglah."
Baekhyun hanya menggaruk pipinya dengan kikuk tidak mengerti suasana, "Aku tidak tahu sekretaris Kim bisa secerewet itu... seharusnya kau tidak menolak ajakannya, aku ada janji makan siang dengan Sehun."
"Ibu ingin bertemu denganmu." Dibalik kata-kata tenangnya Baekhyun luput dari kilatan tidak suka dari balik mata Chanyeol.
.
.
.
.
Baekhyun merasa konyol saat Jessica dengan terang-terangan menyuruhnya tinggal bersama Chanyeol. Demi neptunus ia lebih memilih melompat ke dalam danau daripada harus satu atap dengan Chanyeol dan anak sulungnya yang bersikap bar-bar. Tapi ia tak punya cukup nyali untuk menolak bibinya tersebut.
"Hanya kau yang kupercayai Baekhyun. Pria di sampingmu itu bukan pria yang baik untuk mengurus anak-anak, mereka dalam masa pubertas dan harus dalam pengawasan tapi Chanyeol selalu disibukkan dengan urusan perusahaan."
Baekhyun merasa kesal saat melihat Chanyeol yang hanya menyilangkan kakinya di sofa seberang seolah menjadi dungu.
"Bibi akan mengurus semua kepindahanmu sayang, kau hanya perlu tinggal di sana tanpa perlu mengurusi banyak hal kecuali anak-anak."
Dan yang bisa Baekhyun lakukan hanya mengangguk dan tersenyum masam.
"Apa kau sengaja?" Baekhyun berteriak setengah sinting di dalam mobil Chanyeol, wajahnya merah padam dan sialnya Chanyeol malah tergelak dalam tawa.
"Apa kau bercanda Byun? Itu sepenuhnya keinginan ibu."
"Lalu kenapa kau hanya diam saja? Akan menyenangkan jika kau menolaknya." Baekhyun masih meledak-ledak di atas jok mobil empuk yang ia tumpangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dad is Your Future [Chanyeol × Baekhyun]
FanfictionApakah menjadi sekretaris direktur dan mantan kekasih seorang model harus serumit ini? [CHANBAEK: GS: HUNBAEK] ©Leonbee