Davin menghentikan mesin mobil punya Nathan di depan halte dekat Rumah Sakit, dia membuka payung warna hitam memutar tubuhnya menginjakkan kaki di halte. Kerumunan orang yang ada di sekitar sana sontaknya meminggirkan tubuhnya memberi akses pada Davin untuk berjalan ke tempat Alsha terduduk tegang.
Tangan Davin yang besar menarik lengan Alsha untuk berdiri setelah dia sampai tepat di hadapan gadis itu. Ditatapnya sinis Alsha yang mengkeret ketakutan. “Mana hape gue?” tagih Davin mengeraskan rahangnya kesal.
Alsha menggelengkan kepalanya. “Anterin aku pulang dulu baru aku mau kasih.” ujarnya pelan.
Davin mengencangkan genggamannya di lengan Alsha, hatinya sangat dongkol tahu kalau ponselnya diambil oleh Alsha dan ternyata gadis itu memanfaatkannya untuk meminta Davin mengantarkannya pulang ke rumah. Lagipula untuk apa Alsha di luar rumah di saat hujan seperti ini? Belum lagi dia masih mengenakan seragam sekolah lengkap.
“Gue minta baik-baik sama lo buat balikin hape gue.”
“Aku juga minta baik-baik sama kamu buat anterin aku pulang.”
Erangan kekesalan keluar dari bibirnya yang bergaris datar, Davin mengacak-acak rambutnya yang tertata rapi jadi berantakan. Dia menatap Alsha tajam sebelum akhirnya menyerah menyeret Alsha untuk masuk ke dalam mobil. Alsha tersenyum senang menduduki dirinya di jok pengemudi, meskipun Davin memperlakukannya kasar itu tidak jadi masalah sebab sekarang dia berhasil ada dalam jarak sedekat ini pada Davin.
Davin membanting pintu mobil kencang tidak peduli kalau nanti akan ada yang rusak karena terlalu kerasnya dia menutup pintu. Dia melempar asal payung yang basah ke belakang lalu menyalakan mesin mobil seraya mengeraskan rahang dia berbicara pada Alsha tanpa menoleh.
"Taruh hape gue di dashboard.”
Namun Alsha belum puas sampai di situ, dia memiringkan tubuhnya memasang wajah super memelas yang pernah dia punya untuk membujuk Davin. “Aku laper bangeeeeetttt. Kita makan dulu ya?” pintanya bersungguh-sungguh.
Davin menghela napas kasar mulutnya yang sudah segaris itu siap meluncurkan kata-kata pedas tapi saat matanya bertemu dengan mata biru laut milik Alsha dia seperti tersihir untuk diam. Dia terhanyut dengan mata Alsha yang indah hingga lupa akan kekesalan yang dirasakannya tadi karena Alsha. Alih-alih mengeraskan hatinya menolak permintaan Alsha, Davin malah berdeham membuang pandangan ke luar jendela mobil. Sebersit rasa kasihan melihat wajahnya yang pucat dan memelasnya raut wajah Alsha bikin hati Davin melunak.
“Makan soto ayam di depan komplek. Enak. Mau?” tanyanya pelan.
Senyuman lebar di wajah Alsha terbit juga, dia bersorak kegirangan menganggukkan kepalanya berkali-kali. “Mau! Mau banget!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Comeonlate
Teen FictionSiapa sangka dikejar-kejar oleh cewek cantik menggemaskan dari London bukanlah ketiban durian runtuh melainkan malapetaka bagi kehidupan seorang Davin. Semenjak kedatangan absurdnya Alsha ke Indonesia membuat Davin harus ekstra berhati-hati tiap kal...