Para readers!!! Gue cuma mau sampaikan satu hal, yaitu.... Siapkan hati kalian mulai dari sekarang karena part ini sudah mulai memasuki konflik yang insyaallah akan bikin greget bingitss:)). So... Ikuti terus ceritanya kawan😘
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°
“Jika cinta seluas semesta, maka dirimu adalah pusatnya~”
-BayuPermana(Rasa)-
📝📝📝
Hari-hari telah berlalu. Suasana kebahagiaan menghiasi segala relung hati para siswa-siswi SMA Pancasila. Karena hari ini adalah hari terakhir pelaksanaan ulangan akhir semester genap tahun ini.
Suasana euforia seolah menghempaskan segala kegugupan atas pengumuman kenaikan kelas yang akan di ketahui seminggu ke depan.
Julio Rivino. Ketika semua orang sibuk bersuka ria bersama teman-temannya, justru tidak dengan pria satu ini. Vino justru sibuk mencari seorang gadis yang sangat ingin di temuinya saat ini. Gadis yang telah mempertemukannya dengan kata yang tak pernah di rasakannya sejak dahulu, yaitu cinta.
Vino terus memutari sudut-sudut sekolah mulai dari kelas Rivena, ruangan gadis itu saat melaksanakan ulangan akhir, dan akhirnya pria itu memutuskan untuk kembali ke lantai dasar setelah melihat gadis yang di carinya ternyata tidak ada.
Vino mendesah berat. Harus kemana lagi pria itu mencari keberadaan Rivena?
“Kemana lagi gue harus nyari Juni? Semua sudut udah gue cari tapi nyatanya dia tetep nggak ada.”
Pria itu memutuskan untuk terduduk di sebuah bangku panjang berwarna cokelat yang tersusun rapih pada setiap koridor sekolah.
Karena bingung, Vino mengacak singkat rambutnya dengan kepala yang di tundukkan.
Akhirnya Vino memutuskan untuk melangkah lagi ke arah belakang sekolah. Ia berharap Rivena berada di sana. Ya... Meskipun hatinya meragukan bahwa gadis yang di carinya ada disana.
Langkahnya terhenti seketika saat mendengar sesuatu yang sangat membuat dirinya terkejut bukan main.
Suara itu tepat sekali berada di gudang yang mengarah ke taman belakang sekolah. Gudang yang jarang di pakai dan hanya di gunakan untuk meletakkan kursi atau meja yang tidak di pakai.
Setelah mendengar percakapan tersebut, Vino tersenyum getir mencoba meredam emosinya yang akan meledak jika tak di kendalikan.
Pria itu langsung mendobrak pintu tersebut dan para manusia yang berada di dalamnya terkejut bukan main atas kehadiran Vino.
Untuk kedua kalinya Vino menampakkan senyuman kecut miliknya. Tangannya terkepal sempurna.
“BANGSAT!”
📝📝📝
Rivena tertawa berkali-kali mendengar candaan dari Via yang menurutnya sangat tidak masuk akal.
Rivena, Via, dan Caroline. Ketiga gadis itu sangat sibuk memotret dirinya di ponsel masing-masing. Terkadang mereka mengambil foto dengan wajah ketiganya yang sengaja di buat se-jelek mungkin.
“Eh si Ara kemana, sih?” tanya Rivena yang merasakan Ara tak kunjung datang sedari tadi.
“Dia tadi bilangnya ke toilet,” jawab Via.
“Ke toilet emangnya ngapain?” tanya Rivena lagi.
“Ya lo pikir aja, Ven, kalau ke toilet ngapain,” celutuk Via.
“Kata si Ara sih dia mules, jadinya izin ke toilet deh.” Jelas Caroline.
Rivena dan Via hanya mengangguk singkat.
“Eh katanya besok ada acara promnight buat anak kelas 12. Lo pada mau ikut gak?” ajak Via pada Rivena serta Caroline.
“Gue sih dateng,”
“Gue juga pasti dateng. Secara, besok malam adalah hari terakhir kita ketemu sama para kakak cogan khusunya kak Adit.” Rivena terdiam mendengar ucapan Via.
Kata-kata Via tentang Adit tadi membuat pikirannya jadi tertuju kepada sosok pria itu. Sejak hari itu, Adit benar-benar membuktikan ucapannya bahwa ia akan mundur mengejar Rivena. Jujur saja ada rasa rindu yang terus berdesir dalam hatinya pada seorang Adit.
“Lo gimana, Ven? Ikut, kan?” tanya Caroline yang memecah lamunan Rivena.
Gadis itu mengangguk. “Iya.”
Selang beberapa menit berlalu. Seorang siswi menghampiri mereka bertiga dengan peluh yang membanjiri keningnya. Sepertinya siswi itu berlari secepat kilat.
“Ven. I-itu, Ven!” siswi itu mencoba mengatakan sesuatu meski kata-katanya tertatih-tatih.
“Itu apa?”
“Kak Vino....”
“Iya Vino kenapa? Lo ngomong yang jelas dong!”
“Kak Vino berantem sama kak Adit di dekat gudang belakang sekolah!”
Rivena membulatkan matanya sempurna. Dirinya begitu terkejut mendengar tuturan dari siswi di depannya ini. Bukan hanya Rivena yang terkejut, namun dialami juga oleh Via dan Caroline.
“APA?!”
Tanpa aba-aba lagi, Rivena langsung berlari menuju gudang belakang sekolah dengan perasaan yang begitu berdebar hebat.
📝📝📝
Segerombolan para siswa-siswi telah memenuhi tempat yang menjadi area perkelahian antara Vino dan Adit.
Seluruh manusia yang melihat kejadian tersebut seolah tak berani memisahkan keduanya. Mereka semua hanya dapat melihat dengan kengerian di hati mereka.