R&J kh17

656 94 25
                                    

Sebuah Luka

"Kadang, sebuah alasan hanya bisa dimengerti diri sendiri, orang lain hanya dapat menyalahkan keadaan tanpa menyadari bahwa sebuah alasan juga ingin dipahami."


~~

Sepasang tangan tiba-tiba saja menutup matanya dari belakang. Tangan yang tidak asing baginya, hangat dan selalu dia rindukan.

"Joya manusia kecil, enggak usah main-main, ya!" ujarnya dengan kekehan gemas.

"Kok, tau, sih?" Joya mengerucutkan bibirnya dengan lucu, dia pikir Amir tidak akan tahu bahwa itu dirinya.

"Udah khatam sama semua tentang kamu, sampai langkah kaki kamu aja aku tau," ungkap Amir. Hal itu membuat gadis itu salut, sejauh itu Amir memahaminya.

"Enggak seru."

Pemuda itu lalu terkikik, tangannya mengusap rambut Joya yang panjang saat dia sudah mendapati gadis itu duduk di sebelahnya.

"Gimana sama kuliahnya?" tanya Amir.

"Tugasnya panjaaang banget." Joya bercerita sampai tangannya merentang mengukur tugasnya yang panjang.

Amir menjadi kesal kalau Joya mulai bawel, meski tetap lucu. Gemas, dia mencubit pipi tembam gadis itu. "Iya, tapi enggak perlu tangannya dorong muka orang!"

Joya terkekeh, sesekali menjaili sahabat kecilnya tidak masalah, bukan? Rasanya sudah lama tidak melakukannya. Ah, lama? Sebanyak itu Joya melupakan segala kenangan.

Meski Amir terlihat tidak peduli, tetapi dalam hatinya dia begitu senang dapat dekat dengan Joya. Pantas Reynand sangat mencintai Joya, gadis itu memang sangat layak mendapat banyak cinta.

Amir berdeham, lalu bertanya, "Lama-lama haus. Kamu mau minum? Biar sekalian aku beliin di kantin."

Gadis itu tampak berpikir. "Blueberry milk aja."

"Ok, tunggu sini."

Joya lalu mengangguk, membiarkan pemuda berkulit putih itu pergi membeli minum untuknya.

Amir berjalan dengan santai ke kantin kampus. Ia lalu mengambil dua botol minuman sesuai pesanan Joya. Sebuah senyum tercetak dengan jelas di bibirnya, rasa akan kepeduliaannya terhadap Joya sangatlah besar, dia ingin mengukir kisah mereka kembali seperti saat kecil dulu.

"Amir!" pekik seorang pemuda.

Amir segera menoleh dan menemukan pemuda yang berstatus pacar Joya yang asli-tengah menatapnya dengan dingin.

"Gue mau ngomong sama lo." Reynand berucap tegas.

Hal itu membuat Amir langsung dapat menebak, pasti yang akan dia bicarakan adalah Joya.
Keduanya lalu duduk di kantin, tetapi Amir meminta agar tidak terlalu lama karena dia sudah ditunggu oleh Joya.

"Gue minta sama lo, serahin Joya, maksud gue ... pasrahin Joya ke gue," ucap Reynand tanpa ba-bi-bu. Sudah tidak ada lagi yang namanya basa-basi, waktunya menyempit untuk meraih gadis itu lagi.

Amir terdiam, dia tahu betul apa maksud Reynand. Pemuda di depannya itu ingin, supaya segera mengatakan semuanya pada Joya, meski perlahan, dan mengakui kalau Reynand pacar Joya yang sesungguhnya, bukan dirinya. Amir sadar, hanya ia yang dipercaya Joya saat ini, selain ibunya.

Reynand terpaksa meminta hal itu pada Amir. Keputusasaan membuat Reynand mengambil jalan yang beresiko. Ia cukup frustrasi dengan keadaan Joya yang tidak kunjung mengingat semuanya, terlebih hal itu hampir saja membuat nyawa sahabatnya melayang karena perasaan bersalah yang berlebihan.
Ia ingin Amir segera menyerahkan Joya dengan perlahan tentunya, agar gadis itu juga tidak tersakiti.

Reynand & Joya (Kepulangan Hati) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang