Kosongnya angkutan umum yg kutumpangi. Cahaya mentari dikalahkan dengan awan hitam. Angin melintasi, serasa hanya aku yg menikmati. Entah apa yang ada di hatiku saat ini. Suasana mewakili hati sendu. awalnya kupikiri hari ini adalah hari yg menyenangkan, harapan itu hancur seketika dengan tidak peka nya org disekitar. Bukan aku ingin dan selalu ingin diperhatikan, bukan itu. Tp aku ingin, sekali saja hidup sebagai manusia normal yg menikmati hari2nya. Ya rasa panas di badan ku mulai muncul, mata pegal sudah menetap, kepala yg rasanya ditimpa oleh batu besar, mungkin bisa kamu bayangkan. Dari ciri2 ini sepertinya daya ku mulai melemah. Setelah itu tiba2 Dia yg selalu dalam doa ku, ingin mengatakan sesuatu yg aku tidak mengetahui ia mau mengatakan apa. Tp, rencana itu hilang sekejap saja. Mungkin, ini jawaban dari doa ku. Awalnya aku kesal dengan hal itu. Lambat laun ku ingat di dalam angkut kosong, sambil menikmati angin yg menari2 di hadapan ku. Terlintas bahwa aku pernah menginginkan agar dia tidak mengatakan apapun tentang surat yg ku beri. Positif thinking, mungkin yg ingin dikatakannya adalah jawaban dari sepucuk suratku yg pernah sampai ke tangannya.
Tak terasa aku sudah mendekat ke tempat berteduhku setiap harinya, rumahku yang sudah pasti ada raja dan ratu yang sedang menunggu princessnya pulang dan siap menampung semua ceritaku setiap harinya.
Hari2 yg tak pernah lelah untuk memikirkan mu hingga mentari pergi beristirahat sampai ia muncul kembali.
Malam kelabu di temani selimut menghangati tubuh yg terbujur lemas. Tak terasa embun pagi menyapa ku, tapi ku menetap di pulau kapuk yg nyaman. teringat akan masa indah yg dahulu jarang memikirkan dia. Ku lihat2 sosmed, ntah mengapa jari ini menekan salah seorang sahabat dekatnya. Stalking2 sampai aku menemukan post yg membuat hatiku semakin kacau berantakan dan susah untuk dibereskan. Ya, baru ku sadari dia menyukai seorang gadis yg kupikir itu berita hoax. Awal pagi kelam, membuatku ingin kembali kemasa dimana aku tak meletakkan hati kepadanya. Kembalikan hati ku, Ku mohon. tanpa kau sadari, hati yg dulu baik2 saja, sekarang kau bawa pergi dan kau sembunyikan. Ntah kau yg menyembunyikannya, atau aku yg tak tau cara menemukannya. Entahlah! aku ingin kau pergi jauh dari ku sampai suatu saat semua pertanyaan ku terjawab seiring barjalannya waktu. Ntah kau yg datang kepada orgtuaku dengan meminta mereka menjadi mertua mu. Ntah kau pergi ke orangtua wanita lain yg menurutmu lebih pantas kau jadikan mertua.
Tolong jangan bawa hati ku pergi semakin jauh, sampai2 aku tak mampu lagi mengambilnya dari mu.
Ingin waktu cepat berganti agar aku bisa beraktifitas di kampus yg penuh dengan kawan seperjuangan, walaupun dia masih tetap terlihat oleh panca indraku. Mencoba tegar di hadapannya itu adalah hal yg setiap harinya harus ku lakukan. Mencoba tak memandangnya adalah hal yg memang harus ku lakukan. Kau tak akan tau wahai pujangga. Kau tak akan tau seberapa banyak perngorbanan yg ku lakukan untuk menata hati kembali seperti semula. Kau melihat hanya dari luar, yg kau fikir aku tegar dan kau fikir hati ku baik2 saja. Tidak, aku berusaha keras agar kau tak tau bentuk hati yg sekarang blm juga tertata rapi, agar apa? Agar aku tak melihat belas kasihan dari dirimu.Kata maaf terlontar dari jariku yg menghubunginya via WA, dan saat itulah pikiran dan hati mulai berargumen dengan pendapatnya. "knpa minta maaf?" Pertanyaan itu mengelilingi kepalaku, layaknya rotasi. Hatiku menjawab, "karna aku telah membebani pikirannya, yg secara tidak langsung hal itu sangat tidak perlu ia Fikirkan." Saut pikiran yg tak menerima jawaban sang sahabat, "hay, itu hal yg memang harus ia fikirkan. Karna dia, kamu sakit!", "tidak sahabat, aku yg membuat hatiku sendiri sakit, bukan dia yg salah. Sudahla aku ingin dia baik2 saja dengan tidak memikirkan ku atau hal yg sebagainya tentang ku. Aku tak ingin dia mati muda, karna aku masih ingin terus melihatnya. selain senyum keluarga, senyum dia lah yg membuat ku nyaman." Saut hati yg memang selalu menang dalam hal perasaan. Drama sekali, memang drama. skenarionya Allah yg ngatur, kita mah pemerannya. 😁
Sampai pada titik sekarang yg setiap harinya menunggu senyum sang pujangga.