Chapter 6

2K 121 1
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.

"Udah selesai belum? Lama banget sih! Gua laper tau!" Kesal Samudra melihat gadis di sampingnya masih berkutat dengan tugasnya sedangkan anak-anak lain telah usai mengerjakannya.

"Berisik Sam! Kalo lo laper, ke kantin sana. Tugas gua belum kelar." Kesal Lalisha, kalau di ganggu ngga bakalan selesai tugasnya. Apalagi tinggal dia doang yang belum mengumpulkan, membuatnya panik sendiri.

"Ish! Bego banget sih jadi cewek! Gampang juga!" Lalisha yang mendengarnya mengetatkan pegangannya pada pensil yang ia pegang. Perkataan Samudra sangat melukai hatinya, dia memang bodoh tapi coba kalian pikir, bagaimana rasanya kebodohan kalian ditegaskan depan muka seperti itu. Sakit? Tentu saja.

"Lo bisa pergi Sam! Cari aja temen yang bisa nyeimbangin langkah lebar lo! Tentang temen curhat yang gua bilang kemarin-kemarin, lo anggap aja angin lalu!"

"Maksud lo apa? Lo yang nawarin kenyamanan tapi lo sendiri yang pergi!"

"Lo bisa ke kantin sama temen pinter lo yang lain, yang bisa sejajarin langkah lo tanpa lo tunggu!" Samudra yang mendengarnya terkejut, ah dia baru peka. Ternyata Lalisha tersinggung dengan perkataannya.

"Bukan gitu maksud gua. Maaf, yaudah gua ajarin ya."

"Ngga usah! Pergi sana lo!" Samudra menulikan pendengarannya lalu dia lebih memilih melirik buku Lalisha.

"Itu udah bener kok. Nah kalo yang no.6 ini, lo harus..." Dengan sabar Samudra mengajari Lalisha. Dengan otak pas-pasannya, Lalisha terkadang butuh penjelasan dua kali tentang soal dengan jawaban rumus yang rumit, namun Samudra tidak masalah dengan itu.

"Makasih udah bantuin gua." Samudra hanya mengangguk dengan wajah tersenyum.

***

Lima belas menit lalu bell telah berbunyi 3× menandakan waktu pulang. Tapi Samudra meminta Lalisha menunggu sebentar di kelas. "Mau ngapain emang? Udah bell 'loh! Mau nginep di sekolah lo?"

"Pulpen gua ilang Lalisha! Bantuin cariin!" Lalisha hanya menganga tidak percaya. Tabiat seperti apa sih Samudra itu?

"Cuma karena pulpen lo ilang, kita harus cari di setiap kolong meja gitu?"

"Iya. Buruan cari! Pulpen mahal itu!"

"Bodo amat! Males, lo cari aja sendiri." Lalisha dengan santainya duduk di kursi guru, memperhatikan Samudra yang sibuk sendiri sedangkan Samudra hanya memutar bola mata malas sambil melanjutkan pencarian terhadap pulpen mahalnya.

"Bisa aja pulpen lo ada yang ngambil? Kaya si Dekka gitu, tucupul?"

"Apaan tucupul?"

"Tukang Curi Pulpen! Ha ha ha." Mereka tertawa sebentar dan Samudra lanjut mencari pulpen mahalnya.

"Ngga. Tadi gua udah liat tas Dekka." Samudra emang sudah mengobrak-abrik tas-tas yang dikiranya suka TuCuPul. Maul, fito dan dekka termasuk didalamnya.

"Lo 'kan kaya! Masa beli pulpen mahal lagi aja ngga bisa?"

"Mahal definisi gua itu bukan soal harga, Lalisha. Mahal yang gua maksud, tentang seseorang yang spesial yang ngasih itu buat gua. Gua tau, pulpen itu palingan juga ngga sampe ceban! Tapi gua menghargai pemberiannya."

"Maaf. Emang pulpen dari siapa?"

"Dari Alm.Putra."

"Hah? Lo hantu?" Dia bingung, serius deh. Masa cowok dihadapannya ini mengatai dirinya telah meninggal? Waras ngga sih, nih cowok?

"Bukan gua, dodol!" Dengan kesal Samudra menoyor pelan kening gadis itu. Mungkin terlalu sering ditoyor kali ya, tuh kepala jadinya lemot terus otaknya. Ngga mau lagi deh noyor kepala Lalisha, takut tuh anak makin lemot!

SAMUDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang