Bagian 11

149 21 45
                                    

Vote before read :*

Kembali ke masa sekarang. Setelah flashback dua bulan yang lalu.

Asha

Hari Sabtu pukul delapan pagi. Aku dan Miftah sudah berada di rumah teman ku, Feby. Aku meminjam mobil Feby untuk membantu kak Seirra pergi dari pernikahan nya bersama mas Wildan. Ralat... Om Wildan. Ya, dia lebih pantas di panggil om daripada Mas. Karena wajahnya yang sudah seperti bapak-bapak yang gak laku-laku. Mweheheh.

Setelah Feby menyerahkan kunci mobilnya pada Miftah, aku dan Miftah langsung bergegas pergi menuju hotel tempat berlangsungnya pernikahan kak Seirra.

" Kak Mifta, laper gak sih?"

" Hm.. Sebenernya iya. Tadi gak sempet sarapan."

" Kita makan dulu yuk!" Ajakku.

" Gak takut nanti kita telat jemput Seirra?" Tanyanya. Tatapannya masih fokus ke depan untuk menyetir.

" Gak, kok kak. Tadi kak Seirra udah kirim pesan, katanya dia masih di rias. Kalo kita makan dulu di pinggir jalan masih keburu kok. Lagian kita juga gak akan nikmatin hidangan di hotel kan? Jadi kalo kita gak makan sekarang, kemungkinan kita bakal laper nanti."

" Oke kita cari sarapan." Miftah menoleh padaku dan tersenyum. Aku pun membalas senyuman nya. Dan sekarang aku tahu. Ternyata kak Miftah memiliki senyuman yang sangat manis. Aku sampai tidak bisa mengontrol detak jantung ku sendiri. Kak Seirra yang sudah bersahabat lama dengannya bisa-bisanya tidak memiliki secuil perasaan kagum atau perasaan yang lebih dari sahabat kepada kak Miftah. Dasar! Kak Seirra aneh. Jangan-jangan kakak ku memang tidak normal. Hiks!

♦♦♦

" Bubur ayamnya enak ya kak." Ucapku setelah kami selesai makan bubur ayam di pinggir jalan.

" Ya... Lumayan."

" Lumayan? Emang kakak pernah cobain bubur yang paling enak selain di sini?"

" Pernah."

" Dimana?"

" Dirumah." Jawab kak Miftah sambil mengedikan bahunya.

" Kakak jualan?"

Kak Miftah terkekeh. " Nggak kok, cuma kalo aku sakit, ibu ku suka bikin bubur ayam untukku. Bubur buatan ibu adalah bubur yang paling enak yang pernah aku makan."

" Wah, aku jadi penasaran sama rasanya. Kapan-kapan aku main kerumah kakak ya, dan minta ibu kakak buat masakin bubur?" Kak Miftah hanya mengangguk dan tersenyum. Dan senyuman nya memang yang paling manis.

" Eh tunggu kak!" Seru ku sambil menghentikan langkah kak Miftah.

" Kenapa?"

" Ini kayanya kempes deh."

" Mana? Coba lihat." Kak Miftah pun menunduk untuk melihat ban mobil yang kempes.

" Ah ini bocor, Sha."

" Yah terus gimana dong? Ini udah jam sembilan loh kak."

" Gak bawa ban serep ya?"

" Nggak."

" Yaudah, bararti harus di tambal dulu. Kita langsung cari aja yuk! Biar langsung cepet selesai dan langsung jemput Seirra."

" Oke kak."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

You'll also like

          

( Sambil nunggu mobil di tambal kan gak ada salahnya foto bareng sama kak Miftah )

♦♦♦

Setelah mobil selesai di tambal, aku dan kak Miftah langsung menuju hotel. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat tiga puluh menit. Untuk menuju hotel memerlukan waktu dua puluh menit. Jadi masih ada waktu sekitar sepuluh menit untuk menculik kak Seirra sebelum di nikahkan pada pukul sepuluh pagi.

Ternyata rencana tidak berjalan mulus. Kami terjebak macet karena ada perbaikan jalan.
Karena hari ini juga hari libur, pengguna kendaraan mobil dan motor pun jadi lebih banyak daripada hari biasanya. Terpaksa kami sampai di sana sudah lewat dari jam sepuluh. Aku hanya bisa berdoa semoga kak Seirra belum menikah.

Sesampainya di hotel, aku dan Miftah langsung berlari masuk ke dalam untuk mencari kak Seirra.

" Asha!" Teriak Mamah memanggil ku. Mamah berjalan cepat ke arah ku yang di susul Papah di belakangnya.

" Ada apa Mah?" Tanyaku bingung. Mamah pun langsung memelukku dan menangis sesenggukan di belakang punggung ku.

" Kakak mu, Sha. Seirra kabur dari pernikahan nya."

" Apa?" Aku berpura-pura shok mengetahuinya. Padahal di dalam hatiku, aku sangat bersyukur karena kak Seirra sudah berhasil melarikan diri.

" Iya sayang, kakak mu lari dari pernikahan ini." Jawab mamah yang masih menangis.

" Te.. terus pernikahan ini batal Mah?" Tanyaku basa basi.

" Iya, Sha. Pernikahan ini batal. Seirra sudah kabur dari tadi. Pak Sumarno sudah tidak bisa menunggu lagi." Jawab Papah.

" Apa pak Sumarno marah Pah?"

Papa pun mengangguk. " Tapi tidak apa-apa. Papah sekarang sadar, kalau papah gak bisa memaksakan perjodohan Seirra dengan Wildan. Karena Seirra tidak mencintai Wildan."

" Terima kasih pah, karena papah sudah mau mengerti bagaimana perasaan kak Seirra." Kini aku tersenyum dan memeluk papah.

" Sekarang kita cari Seirra yuk!" Ajak kak Miftah. Aku sampai lupa kalau di sini juga ada kak Miftah.

" Ayok!" Aku mengangguk-angguk. Kami berempat pun langsung berjalan ke luar hotel untuk mencari kak Seirra.

" Tunggu pak!" Teriak seorang pelayan hotel.

" Ada apa?" Tanya papah.

" Tadi saya melihat calon pengantin nya kabur ke hotel sebelah pak. Coba bapak ke sana, siapa tahu pengantinnya masih ada di hotel sana." Jelas pelayan hotel itu.

" Terima kasih infonya pak. Saya akan segera ke sana."

" Sama-sama, pak."

Kami berempat pun naik ke mobil dan langsung menuju hotel tersebut.

♦♦♦

Seirra

Aku berlari terengah-engah agar bisa jauh dari hotel tempat dimana aku harus melaksanakan pernikahan. Dengan kebaya pengantin dan sepatu heels yang masih melekat di tubuhku, membuatku agak sulit untuk berlari dengan cepat. Kulihat ada hotel yang bersebelahan dengan hotel tempat aku melaksanakan pernikahan, dan sepertinya di hotel itu juga sedang melaksanakan pernikahan di hari yang sama dengan pernikahan ku, karena aku bisa melihat banyak pengunjung yang datang dengan kostum kebaya seperti ingin menghadiri acara pernikahan.

Aha! Aku ada ide.

Aku masuk ke dalam hotel itu. Aku mengedarkan pandangan keseluruh ruangan untuk mencari toilet, karena aku harus melepaskan aksesoris yang terlalu banyak di atas kepalaku, aku juga harus menipiskan riasanku yang tebal agar tidak terlihat bahwa aku adalah seorang pengantin. Dengan begitu, aku bisa menyamar sebagai tamu undangan di pernikahan ini.

UNIMAGINABLE LOVEWhere stories live. Discover now