Vote before read :*
Kembali ke masa sekarang. Setelah flashback dua bulan yang lalu.
Asha
Hari Sabtu pukul delapan pagi. Aku dan Miftah sudah berada di rumah teman ku, Feby. Aku meminjam mobil Feby untuk membantu kak Seirra pergi dari pernikahan nya bersama mas Wildan. Ralat... Om Wildan. Ya, dia lebih pantas di panggil om daripada Mas. Karena wajahnya yang sudah seperti bapak-bapak yang gak laku-laku. Mweheheh.
Setelah Feby menyerahkan kunci mobilnya pada Miftah, aku dan Miftah langsung bergegas pergi menuju hotel tempat berlangsungnya pernikahan kak Seirra.
" Kak Mifta, laper gak sih?"
" Hm.. Sebenernya iya. Tadi gak sempet sarapan."
" Kita makan dulu yuk!" Ajakku.
" Gak takut nanti kita telat jemput Seirra?" Tanyanya. Tatapannya masih fokus ke depan untuk menyetir.
" Gak, kok kak. Tadi kak Seirra udah kirim pesan, katanya dia masih di rias. Kalo kita makan dulu di pinggir jalan masih keburu kok. Lagian kita juga gak akan nikmatin hidangan di hotel kan? Jadi kalo kita gak makan sekarang, kemungkinan kita bakal laper nanti."
" Oke kita cari sarapan." Miftah menoleh padaku dan tersenyum. Aku pun membalas senyuman nya. Dan sekarang aku tahu. Ternyata kak Miftah memiliki senyuman yang sangat manis. Aku sampai tidak bisa mengontrol detak jantung ku sendiri. Kak Seirra yang sudah bersahabat lama dengannya bisa-bisanya tidak memiliki secuil perasaan kagum atau perasaan yang lebih dari sahabat kepada kak Miftah. Dasar! Kak Seirra aneh. Jangan-jangan kakak ku memang tidak normal. Hiks!
♦♦♦
" Bubur ayamnya enak ya kak." Ucapku setelah kami selesai makan bubur ayam di pinggir jalan.
" Ya... Lumayan."
" Lumayan? Emang kakak pernah cobain bubur yang paling enak selain di sini?"
" Pernah."
" Dimana?"
" Dirumah." Jawab kak Miftah sambil mengedikan bahunya.
" Kakak jualan?"
Kak Miftah terkekeh. " Nggak kok, cuma kalo aku sakit, ibu ku suka bikin bubur ayam untukku. Bubur buatan ibu adalah bubur yang paling enak yang pernah aku makan."
" Wah, aku jadi penasaran sama rasanya. Kapan-kapan aku main kerumah kakak ya, dan minta ibu kakak buat masakin bubur?" Kak Miftah hanya mengangguk dan tersenyum. Dan senyuman nya memang yang paling manis.
" Eh tunggu kak!" Seru ku sambil menghentikan langkah kak Miftah.
" Kenapa?"
" Ini kayanya kempes deh."
" Mana? Coba lihat." Kak Miftah pun menunduk untuk melihat ban mobil yang kempes.
" Ah ini bocor, Sha."
" Yah terus gimana dong? Ini udah jam sembilan loh kak."
" Gak bawa ban serep ya?"
" Nggak."
" Yaudah, bararti harus di tambal dulu. Kita langsung cari aja yuk! Biar langsung cepet selesai dan langsung jemput Seirra."
" Oke kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNIMAGINABLE LOVE
General FictionKebayang gak sih? Nikah sandiwara sama bos sendiri? " Bapak nyebelin!" " kamu ngangenin." " Cuih!" Seirra Lathasqa Aprilliah ~ Sofwan Asyam Khairulanam