Tigapuluh Dua~

14.3K 1.5K 97
                                    

🍃🍃🍃

Disinilah Ali, di depan rumah Linda. Ali nekad datang, ia bukan pria yang pengecut. Ia harus menjelaskan pada Linda, bahwa ia mencintai anaknya setulus hati. Yang memaki-maki Ibunya, bukan dirinya.

Prilly menatap Ali dengan tatapan sendu sedangkan yang ditanya hanya asik bersenda gurau bersama Varo yang ada di dalam gendongannya.

"Ali, kamu yakin?" tanya Prilly dengan ragu.

"Yakin. Emang kenapa sih? Santai aja kali, Beb!" goda Ali tersenyum manis

Prilly menganggukkan kepalanya ragu, kemudian ia mengangkat tangannya dan menghela nafasnya dalam-dalam setelah itu ia buang, kemudian ia mengetuk pintu rumahnya.

Cklek.

Suara pintu terbuka, ingin sekali Prilly membawa Ali lari dari rumah keluarganya. Menjauh dari Linda agar tidak terjadi apa-apa.

"Kamu?" gumam Linda dengan tatapan sengitnya.

Ali membungkukkan badannya dan hendak mencium tangan Linda namun dengan segera Linda menariknya tangannya.

"Ngapain lagi, hah? Belum puas kamu hina anak saya?" sentakan Linda membuat Varo terkejut dan lebih memilih mengumpet dibalik leher Ali.

Ica bersembunyi dibalik tubuh Prilly dengan ketakutan. Ia tak biasanya melihat Eyangnya seperti ini.

"Saya kesini mengantarkan anak Tante, dan saya tidak pernah menghina Prilly, karna tak mungkin saya berani menghina, orang yang saya cintai!" jawab Ali terlihat serius.

"Gak usah di buta-butain sama cinta. Pergi dari sini, tak usah hubungi anak saya lagi. Saya tidak sudi anak saya di carikan jodoh oleh Ibu mu yang tidak tau etika!" sentak Linda menunjuk wajah Ali.

Ali tidak terlihat takut, ia tersenyum manis ke arah Linda. "Saya juga tidak sudi melihat Prilly di jodohkan dengan yang lain. Karna yang saya tau, jodoh Prilly itu saya!" ingin sekali Prilly memakan Ali hidup-hidup. Karna sempat-sempatnya Ali bercanda saat situasi seperti ini.

Linda berdecih sinis. "Pede sekali kamu, lebih baik Prilly kembali kepada mantan suaminya di bandingkan harus berjodoh dari anak yang tidak tau etika!" Ali menahan emosinya dengan senyuman meskipun hatinya panas mendidih saat mendengar ucapan Linda.

"Aduh. Jangan deh, Tante. Mending sama saya aja deh. Tante gak tau ceritanya nih!" ucapan Ali yang membuat Linda penasaran ia tahan. Egonya lebih tinggi dibandingkan pertanyaannya.

"Saya gak peduli. Lebih baik angkat kaki dari sini!" usir Linda datar.

"Aduh, nanti saya gak bisa jalan dong, Tante!" Prilly menepuk jidatnya saat mendengar jawaban Ali.

Linda memasang wajah tanpa ekspresi, matanya terlihat serius dan tak menginginkan bercanda.

"Pergi!" usir Linda menunjuk pagar.

"Mama, udah. Ali kesini datang baik-baik!" bela Prilly menarik tangan Linda yang menunjuk ke arah pagar.

"Tante, harus Tante ingat, saya tau etika. Saya mengerti etika, yang tidak tau Mama saya. Jika saya tidak mengerti etika, untuk apa tadi saya membungkuk mensalimi tangan Tante, tapi Tante tarik gitu aja tangannya!" Senyum tampannya masih tercetak, meskipun hatinya kecewa dengan sikap Linda. Ali mensejajarkan tubuhnya dengan Ica lalu menurunkan Varl dari gendongannya. "Varo, Ayah pulang ya. Insyaallah Ayah jemput lagi. Ica, Ayah pulang dulu ya. Jangan berantem aja!" Ali mengecup kening si kembar.

Varo menahan tangan Ali saat hendak berdiri. Kepala Varo menggeleng lemah, tatapannya terlihat sendu. Ali tersenyum kemudian berdiri dan mengacak kepala Varo pelan.

This is Love[ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang