"Baju gue, gila! Jangan diinjek napa sih!"
"Baju lo lap lap lantai minta gue injek"
"Heh!"
"Sehari aja, gak berantem bisa?"
Lagi dan lagi gue dan Abel berdebat, dan lagi lagi Laura yang menengahi. Ya begini lah keribetan seorang abel, bumil yang ribet ribetin diri sendiri pake gaun yang digusur gusur.
"Btw lo gak sama Rafa?"Tanya Laura
"Hah, oh ngga. Dia gak mau ikut"Ya tadi udah gue ajak, tapi tiba tiba ada urusan mendadak katanya, makanya gak jadi temenin gue dateng ke reunian.
"Nah si Leo malah maksa gue biar dia ikut. Kesel banget gue! Mesti dianter supir segala lagi"Kesal Abel
"Ya pantes lah bel, namanya juga lo lagi hamil. Pasti Leo khawatir lah kalau lo pergi sedirian apalagi bawa mobil"Ucap gue
"Eh kita ini ya dari jaman SMA kenapa ya bertiga mulu?"Tanya Laura
"Ya emang kenapa?"
"Lihat deh meja orang lain. Kayaknya rame banget gitu. Temennya banyak"
"Yaelah La lo mau kayak mereka? Serame itu? Kita bahkan bisa lebih dari itu kali"ucap Abel
"Lagian ya La. Ngapain punya temen banyak kalau gak bisa dipercaya? Maksud gue lebih baik sedikit tapi saling percaya. Lo tau kan ceritanya si Lana yang dikhianatin sahabatnya itu? Yang nangis nangis di taman sekolah itu gara gara sahabatnya ninggalin dia karena ayahnya pemabuk dan ibunya gangguan jiwa."Ucap gue mengingat kejadian yang sempat buming disekolah gue dulu.
"Iya juga sih."
"Unda au inum"Ucap Azefa. Gue mengambilakan jus jeruk kesukaan Azefa dan memberikannya kepada Azefa
Azefa meminum jus itu lalu wajah lucunya terlihat menggemaskan"Kenapa sih anaknya unda mukanya lucu gitu?"
"Acem un"
"Unda Afa au inum uga tapi mau yang jus mangga"Ucap Azafa.
"Bentar ya"
"Afa yang ambil aja un"
"Biar unda aja ya yang ambilin?"
"Afa aja un yang ambilnya"
Azafa turun dari kursinya lalu berjalan kearah meja yang sudah disediakan banyak jus. Ia menepuk nepuk wanita dengan pakaian hitam yang berprofesi sebagai pelayan dan meminta jus mangga. Azafa berjalan kearah meja yang ditempati oleh gue dan tiba tiba seorang wanita dengan gaun berwarna ungu menabraknya hingga terjatuh.
"Azafa"
Gue dengan cepat berlari kearah Azafa yang sudah terduduk menahan tangis, sedangkan wanita itu sedang mencoba membersihkan gaunnya dari tumpahan jus mangga. Ponselnya tergeletak tak jauh didekat Azafa berada.
"Aduh, Azafa jagoan. Mana yang sakit sayang?"Ucap gue dengan segera menggendong Azafa. Gue kaget, pasti lah! Gue mengusap ngusap pelan punggung Azafa.
"Hp gue"pekik wanita itu. Ia memungut handphonenya lalu mencoba menyalakan handphonenya.
"Mba maaf sebelumnya kalau jalan hati hati-"
"Ya tapi tadi ana-lho Zahra?"
Mata gue membulat sempurna. Wanita dengan gaun ungunya ini adalah Westy. Iya dia adalah orang yang dulu sangat gue benci. Dia adalah orang yang menjebak gue dengan Truth or dare.
Raut wajahnya terkejut sekaligus berubah drastis menjadi seringai jahat. "Oh jadi itu anak lo?"Tanya Westy
"Gue baru tau kalau lo punya anak. Yang gue tau lo nikah aja belum satu tahun. Dan wah anaknya sudah besar ya"Ucap Westy
"Itu bukan urusan lo"
"Ya gue tau itu bukan urusan gue. Tapi ini terlihat aneh bukan?"
Tiba tiba handphone Westy berbunyi ia melihat handphonennya lalu berjalan melewati gue"Senang bisa bertemu dengan anda nyonya Lachowski"
Gue berjalan kembali ke meja gue. Abel dan Laura menatap gue penuh tanda tanya
"Azafa kenapa?"Tanya Laura
"Tadi ada yang nabrak dia"
"Wah gak bisa dibiarin tuh orang! Azafaku yang manis tersakiti. Tenang Azafa tante Abel pasti siap membantu"Ucap Abel yang membuat Azafa tertawa.
"Siapa yang nabrak dia?"Tanya Laura.
"Gaun ungu, arah jam 10"
Mereka melihat Westy. Mata Laura sukses melotot apalagi Abel. Padahal Abel udah tau kalau Westy bakalan ada di reuni ini.
"Itu Westy?"Tanya Laura
"Ya lo kira siapa lagi?"
"Gue denger sih dia model gitu di Brazil. Ya pantes kalau badannya ramping kayak gitu. Cih"Ucap Abel
"Iya juga sih"
"Lagian ya pesona ibu hamil itu tidak ada yang dapat menandingi. Jadi gue gak merasa tersaingi"Bela Abel. Ya gue tau dia malu karena badannya melar begitu tapi pembelaan diri mah bisa aja.
"Tuh si Verig baru dateng"Lirik Laura. Dan ya disana laki laki itu mengenakan jas berwarna biru tua dengan celana bahan yang memiliki warna yang sama. Tidak banyak yang berubah hanya saja dia tampak lebih dewasa.
"Bajingan"
Abel dan Laura langsung menatap gue penuh selidik
"Jangan bilang lo masih suka sama Verig? Heh ya gak kurang tuh si Rafa? Lagian kalau mesti bandingin Rafa sama Verig ya si Verig mah apaan atuh, cuman butiran debu."Ucap Abel
"Kapan gue bilang suka sama Verig? Gak pernah tuh"
"Iya juga sih"
"Atau jangan jangan lo masih punya dendam?!"Tanya Laura
"Nyimpen dendam lama lama gak baik kali. Penyakit jiwa"
"Tapi Westy sama Verig langgeng ya sampe sekarang"ucap Abel.
"Heem"
Gue harus tuntasin ini semua ya harus gue tuntasin sekarang juga.
***
"Gue boleh duduk disini?"
Gue melihat kearah samping dan mendapati laki laki bertubuh tinggi menatap gue.
"Boleh"
Laki laki itu duduk disamping gue. Gue sekarang ada di taman hotel ini. Ya reuninya di selenggarakan di ballroom salah satu hotel ternama dan ya hotel ini milik Rafa. Tapi rasanya melihat bintang bintang lebih baik ketimbang menunggu hadiah doorprize.
"Apa kabar?"Tanya laki laki itu
"Baik"
Kita terdiam kembali. Menikmati udara malam yang tenang. Menatap para bintang yang bertaburan dilangit malam.
"Yang bareng Abel sama Laura tuh anak lo?"Tanyanya lagi
"Iya"
"Lucu"
"Mereka memang menggemaskan"
"Namanya?"
"Lo bukan pendofil kan?"