07 Pilihan (1)

53 11 25
                                    

Sepulang sekolah, Rayan memakan camilan di kasur Raya. Matanya melirik Raya yang tengah sibuk dengan kameranya. Tidak ada satupun dari mereka yang memulai obrolan tentang kejadian kemarin.

"Yah, udah habis," gumam Rayan saat melihat semua camilan milik Raya habis.

"Ray, beli jajanan, yok," ajak Rayan, ia langsung bangkit dari kasur.

Raya menoleh sebentar. Kebetulan ia ingin membeli minuman kaleng. Raya pun menyetujui ajakan Rayan.

Mereka berjalan kaki menuju mini market di seberang jalan.

"Traktir gue ya," ucap Raya saat mereka sedang di jalan.

"Ogah, lo 'kan punya lebih banyak duit,"

"Makanya kalo mau punya banyak uang ya kerja," saran Raya.

"Gue sibuk, Ray," elak Rayan.

Raya mencibir, "bilang aja lo malas, nyuk," ledek Raya.

Cewek itu berjalan cepat mendahului Rayan yang berdecak. "Ck. Dasar cewek. Untung cantik,"

Sesampainya di mini market, mereka langsung menyebar. Raya yang pergi ke tempat minuman, dan Rayan ke tempat snack.

Rayan sibuk mencari makanan kesukaannya sehingga tidak menyadari seseorang yang sedari tadi mengamatinya saat masuk dari mini market.

"Rayan?" Akhirnya, orang itu muncul di samping Rayan.

Rayan terdiam sesaat ketika menyadari suara tersebut. Ia menoleh ke sumber suara, dan mendapati orang itu tengah menatapnya dalam.

"Lama nggak ketemu," ucapnya pelan.

Rayan masih mematung dengan tangan yang perlahan terkepal. Perlahan, sebuah senyuman terukir dari bibirnya, tepatnya senyuman sinis.

"Sori, kita pernah kenal sebelumnya?" Setelah melontarkan pertanyaan itu, Rayan langsung berbalik menuju meja kasir. Ia tidak perlu jawaban dari pertanyaannya tadi. Gadis itu yang dulu memintanya untuk melupakannya duluan, kini Rayan telah mengabulkan permintaan Gia.

Rayan sempat berpikir, apakah Gia tidak memiliki rasa malu setelah apa yang dilakukannya pada Rayan dua tahun lalu? Yang jelas, Rayan tidak ingin jatuh ke lubang yang sama.

Raya tidak tahu ia harus melakukan apa setelah ini. Ia baru menyadari kehadiran Gia saat cewek itu mengikuti Rayan ke meja kasir. Raya yang ingin membayar minuman mengurungkan niatnya. Ia sempat mengintip Rayan yang mengabaikan keberadaan Gia, dan Gia yang masih berusaha keras untuk mendapatkan respon dari cowok itu.

Raya mengganti minuman yang diambilnya tadi, lalu pergi ke meja kasir setelah Rayan dan Gia keluar. Setelah membayar, dan keluar dari mini market, Raya melangkahkan kakinya kembali ke rumah.

Raya berjalan pelan menuju rumahnya, sesekali ia bersenandung kecil. Untuk sampai ke rumahnya, Raya harus melewati rumah Rayan dulu. Gadis itu mengerutkan dahinya kala ia melihat pagar rumah cowok itu terbuka sedikit. Biasanya, pagar rumah Rayan selalu ditutup.

Karena tak ingin ambil pusing, Raya berjalan mendekati pagar hendak ingin menutupnya. Namun, sebelum melakukannya, tak sengaja ia melihat di dekat ayunan ada Gia yang memeluk Rayan yang belum di balas oleh cowok itu.

Raya mematung di tempat.

Tidak. Ia tidak boleh kepergok sedang mengintip orang. Raya harus segera pulang. Namun lagi-lagi matanya tak bisa dijaga. Ia kembali melihat mereka sekali lagi.

Rayan membalas pelukan Gia. Ia mengusap pelan rambut Gia yang sepertinya sedang menangis.

Lagi-lagi Raya kembali mematung menyaksikan adegan yang tiba-tiba membuat hatinya sakit.

Raya RayanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang