Next Days

10 0 0
                                    



SETIAP ada waktu, geng tujuh main malam ke sekolah untuk berjumpa dengan teman-teman barunya yang berbeda alam itu. Beragam hal mereka lakukan, terkadang setiap ada PR yang menyulitkan pikiran, geng tujuh meminta bantuan kepada Van dan teman-temannya. Ketika waktunya menjelang ulangan, mereka sering belajar bersama.

Geng tujuh merahasiakan keberadaan Van dan teman-temannya di sekolah, siang hari mereka juga dapat bertemu dengan Van ataupun kelima temannya, namun mereka hanya bisa tebar senyum, karena tidak mungkin geng ini memanggil mereka, apalagi sampai bercanda dengan mereka, bisa-bisa mereka dikatakan sebagai orang yang tidak waras atau semacamnya.

Van dan teman-temannya lebih sering muncul saat proses belajar mengajar berlangsung, hanya geng itu yang menyadari keberadaan mereka.

*

PENGUMUMAN kelulusan kelas duabelas pun tiba, tak terasa geng tujuh ini akan segera lulus dari sekolah itu. Saat surat kelulusan sudah dibagikan, geng ini sangat bersyukur karena mereka semua lulus.

"Eh, nanti malem kita ketemu Van, gua yakin dia juga seneng dengernya."

"Pasti dong kita ketemu malem ini..."

"Iya eh, udah tiga hari gak bisa ke sini malem."

"Ssst! Jangan sampai ada yang denger, hehe."

Mereka bisa melihat Van dan teman-temannya tersenyum dari kejauhan. Lalu menghilang untuk bertemu malam harinya.

Malam pun tiba, geng ini duduk-duduk di lapangan sambil menunggu datangnya geng Van.

"Nah itu mereka", seru Ray sambil menunjuk ke arah datangnya geng Van.

Geng tujuh pun berdiri, mereka saling menyampaikan kelulusannya. Geng Van pun terlihat senang melihat teman-teman barunya lulus dengan hasil memuaskan.

"Makasih ya, karena kalian udah bantu kita belajar... " ucap Ray mewakili teman-temannya.

"Ah itu mah gak masalah, tapi..." wajah Van tiba-tiba murung.

Geng tujuh pun ikut terdiam, Ray pun bertanya, "kenapa, Van?"

"Kita... kita mau izin pamit sama kalian..."

"What? Emang kenapa, Van? Kan kita gak pindah rumah, sesekali bisa ngumpul."

"Gua tau, cuma kalian kan tau sendiri di mana kita tinggal sekarang, ini udah waktunya kita tenang di sana, Ray, gua jujur dari hati gua, bukan gua doang, tapi kita berenam, kita gak rela juga pisah sama kalian, kita udah omongin hal ini di alam sana, tapi kita gak bisa ngebantah, kita emang udah seharusnya kembali ke sana", air mata mulai menetes di pipi Van.

"Oke, gua paham", Ray juga mulai meneteskan air mata, "makasih ya, kalian udah nemenin kita setahun lebih, senang bisa kenal sama kalian selama ini."

Mereka semua, geng tujuh dan gengnya Van, saling berpelukan satu sama lain sebagai tanda perpisahan.


Eiyo... it's not the end, it's just beginning

Ok.. detak detik tirai mulai menutup panggung

Tanda skenario.. eyo.. baru mulai diusung

Lembaran kertas baru pun terbuka

SevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang