Kau Yang Datang Secepat Kedipan Mata

696 104 12
                                    

[Kau Yang Datang Secepat Kedipan Mata – Original fiksi oleh jasendradee]

.

.

.

Getar telepon genggam di atas meja makan membuat Nara terkejut dan nyaris melepas gelas dalam genggaman. Saat ia melirik tembok di belakang punggungnya, jam di dinding menunjukkan pukul sebelas malam lebih tiga puluh menit. Nara mengerutkan kening dan mengangkat alis, kemudian mengerling telepon genggam yang masih bergetar. Di layar benda itu terpampang sederet nomor yang baru dilihatnya pertama kali.

"Siapa nih yang telepon malem-malem?" Nara bermonolog sambil meraih telepon dan menyentuh tanda jawab. "Halo?" ucapnya begitu sambungan terhubung.

"Dinara?" ucap seseorang di seberang sambungan.

Nara mengerutkan kening lagi, merasa setengah asing namun juga seperti pernah mendengar suara kawan bicaranya.

"Iya, ini Dinara. Ini siapa, ya?"

"Ini aku, Panji...."

Nara mengerjap. "Panji? Panji pacar aku?" tanyanya, polos.

Sosok kawan bicaranya tertawa renyah. "Iya, ini Panji-nya Dinara," katanya.

Pipi Nara praktis merona, senyumnya mengembang seketika. "Apaan, sih," ucapnya malu. "Kamu udah sampe mana? Kok nggak ngabarin aku dari tadi. Aku nungguin, tau? Lupa, ya, kalau kamu punya pacar panikan?" cecarnya, gemas campur senang.

Sudah lama Nara tidak bertemu Panji. Lelaki itu sedang ada pekerjaan di Yogyakarta, dan pagi tadi, ia bilang akan kembali sore bersama dua temannya yang lain. Nara sudah tidak sabar bertemu Panji. Lama tidak bertemu membuatnya sangat rindu.

"Teleponku habis baterai, nggak bisa ngehubungin kamu," balas Panji.

"Terus ini pakai telepon siapa?" tanya Nara.

"Pakai telepon teman sebelah. Maaf baru bisa ngabarin sekarang."

Nara mengangguk walau sadar Panji tidak bisa melihat. "Nggak apa-apa. Terus sekarang kamu udah sampe mana? Udah makan belom? Udah mandi? Lagi berenti, ya, mobilnya?"

Panji tertawa lagi. Nara selalu ramai seperti kembang api di pergantian tahun dan ia menyukainya. "Sebentar lagi sampai," jawabnya.

Nara mengangguk-angguk. "Kamu lagi pilek, ya? Suara kamu agak beda."

"Di sini dingin," ucap Panji.

"Memangnya kamu lagi berhenti di mana? Kamu bawa jaket, kan? Dipake jaketnya, terus AC mobilnya dimatiin aja."

"Aku di depan rumah kamu. Bukain pintu, Yang," pinta Panji.

Sepasang alis Nara terangkat tinggi, matanya membesar. "Kamu di depan rumah aku? Serius? Memangnya kamu udah sampai Jakarta?"

"Aku mau ketemu kamu dulu sebelum ke rumah."

Nara buru-buru beringsut dari dapur menuju ruang depan. Ia menyingkap gorden jendela dan terbelalak saat melihat Panji benar-benar ada di depan pintu rumahnya. Nara cepat-cepat memutar kenop dan membuka pintu lebar-lebar.

Panji berdiri di hadapannya dengan setelah kemeja biru yang ia hadiahkan beberapa bulan lalu, serta celana jins hitam dan sneakers abu-abu favoritnya. Lelaki itu tersenyum, namun Nara melihat ada sesuatu yang berbeda dari figur kekasihnya. Lelaki itu kelihatan lebih ringkih dan wajahnya pias.

Kau Yang Datang Secepat Kedipan MataWhere stories live. Discover now