5. Angel

20 6 1
                                    

"ternyata dicariin daritadi, ada disini toh" ucap seseorang.

Ara mendongak dan betapa terkejutnya ia ketika melihat siapa orang yang menyapa nya. Tanpa basa-basi Ara langsung menghambur ke pelukan orang itu

"kenapa?kenapa dia jahat sama aku?kenapa? " ucap Ara parau, terkadang sesekali terdengar isakan lolos dari mulutnya.

"Stt.. Dia ga jahat." ucap orang itu menenangkan, sambil mengelus-elus rambut Ara.

Ara melepas pelukannya. Ia menatap mata orang yang ada di hadapannya dengan tatapan nanar, sesekali air matanya menetes "iya dia ga jahat, tapi dia setan. Pengecut" maki Ara.

"Sttt.. Gaboleh ngomong gitu, Udah ya kamu lupain aja dia, siapa tau nanti juga baik sendiri" ucap orang itu sambil menghapus air mata Ara yang berjatuhan.

Dalam hati Ara meng- amini ucapan Adera.

"Senyum dong" rayu Adera.

Sebenarnya Ara ingin sekali terbahak melihat ekspresi Adera, tapi ia urungkan, ia memasang wajah 'pura-pura cemberut' yang membuat dahi Adera terlipat sempurna. "Lah kok masih aja cemberut?" heran Adera.

"Aku mau senyum tapi ada syaratnya!" kini tingkah Ara sudah seperti anak kecil yang tidak dibelikan permen oleh orangtuanya.

"Apa?"

"Kita bolos" ucap Ara mantap

"Maksudnya?" tanya Adera dengan alis yang bertaut

"kita berdua bolos sekolah." jelas Ara dengan penuh penekanan disetiap kalimatnya

Refleks, Adera melebarkan matanya, tidak menyangka Ara akan meminta syarat seperti ini.

"Kenapa? Kaget?" tantang Ara.

"Ng-ngga" elak Adera

"Yaudah ayok" tanpa basa-basi Ara langsung menarik tangan Adera keluar dari danau itu.

Adera terbata, ingin menolak tapi sudah terlanjur. Akhirnya ia hanya menghela napas berat.

"Mau kemana kita?" tanya Adera di tengah-tengah perjalanan mereka.

"Gatau" jawab Ara enteng.

"Hah?"

"Kenapa?" Ara berhenti berjalan dan membalikan tubuhnya ke belakang, untuk menghadap Adera. Tangannya bersedekap di atas dada.

"Kamu ngajak aku jalan tapi gatau mau kemana?" Adera sudah tidak habis pikir lagi. Ia kira Ara akan mengajak nya ke suatu tempat, ternyata hanya luntang lantung tak jelas, tau begini tadi Adera tidak usah menyetujui permintaan Ara.

"Yakan aku belum tau Bandung. Jadi jangan salahin aku dong" geram Ara.

Adera lupa. Ia hanya menghela napas panjang-panjang, dan melanjutkan jalannya tanpa memedulikan Ara yang teriak-teriak karena di tinggal

"Woy! Tunggu!" teriak Ara dari belakang.

***

True Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang