4.Bantuan Artha

8 1 0
                                    

Aku yang masih bingung bagaimana caranya membayar uang make up padus tanpa harus meminta uang dari ibu. Apa aku mengambil bunga dari toko dan menjual nya kepada orang-orang tapi bagaimana jika ibu mengetahui bahwa aku mengambil persediaan bunga di toko tanpa sepengetahuan ibu. Tapi jika aku tidak bayar pasti gak bakalan boleh apa make up sendiri? Bedakan saja aku jarang apalagi memiliki alat make up.

Saat aku sedang pusing-pusingnya memikirkan hal ini tiba-tiba ada pesan masuk dari seseorang yang tidak diketahui. Lalu aku usap saja layar kunci pada hp untuk membuka pesan itu dan isinya adalah.

0897524xxxxx
Ini no. hp saya yang tadi minta nomor kamu di toko bunga. Simpan ya jangan sampai gak.

Aku langsung kaget dan mataku langsung gak bisa berkedip. Apa? Artha sms aku?. Aku yang merasa tidak enak langsung saja membalas pesan dari Artha itu.

08962334xxxx
Iya ta udah saya simpan kok ta.

Sejujurnya aku sangat jarang sekali bisa sms-an bersama seorang laki-laki paling mentok-mentok anak kelas yang aku kirim pesan itu juga kalau lagi ada perlu aja atau anak padus yang aku kirim pesan. Aku sedang tidak ingin sakit kepala karena memikirkan bayaran uang itu aku lebih memilih untuk belajar mengerjakan tugas yang akan dikumpul besok.

Satu persatu tugas aku kerjakan tapi aku tidak fokus mengerjakan tugasku ini bukan karena masalah uang make up tapi aku yang resah karena hp-ku tidak berdering sejak tadi yang artinya itu Artha tidak membalas pesanku. Aku beberapa kali mengecek hp tapi tidak ada sms dari siapapun. Aku yang tidak fokus akhirnya memutuskan untuk mengambil air wudhu dah solat.

Waktu telah menunjukkan pukul 22.00 tapi mata ini tetap tidak ingin menutup. Ada apa ini sebenarnya otak memberi sinyal mata akan tertutup jika Artha membalas pesanku. Siapa yang peduli untuk membalas pesan toh Artha hanya menyuruhku untuk menyimpan nomor HP dia saja setelah aku balas iya ya sudah selesai percakapan kita apalagi yang harus dibahas.

Ya ampun mata tolong dong mengantuk aku tidak ingin terlambat untuk besok. Aku yang uring-uringan sejak tadi pun tetap tidak bisa menutup mata. Akhirnya aku putuskan untuk menutup mata ini dengan paksa. Saat aku sedang memaksakan untuk menutup mata akhirnya hp-ku pun berdering aku dengan harap-harap cemas ini bukan pesan dari operator atau sejenisnya. Saat aku membuka hp dan itu adalah pesan dari Artha.

Artha.
Maaf balas nya lama, saya habis nemenin Mamah tadi.

Aku agak sedikit malu untuk langsung membalas pesan darinya bukan apa aku malu takut ia berpikiran bahwa aku sedang menunggu dia membalas pesanku. Ya walaupun jawabannya adalah iya tapi tetap saja gengsi perempuan itu besar.

Selang beberapa menit kemudian hp-ku bergetar kembali menandakan masuknya pesan dan aku lihat kembali itu adalah pesan dari Artha. Aku heran mengapa iya mengirim pesan untukku lagi apa dia sedang menunggu aku untuk membalas pesan dia? Ah masa iya.

Artha
Kamu udah tidur ya? Maaf ya telat balas.

Demi Tuhan aku tidak pernah mendapat pesan seperti ini dari laki-laki. Haruskah aku membalas nya atau aku biarkan saja biar dia menganggap ku sudah tidur. Tapi aku tidak ingin bohong kepada Artha akhirnya aku membalas pesan dari Artha.

Intan.
Maaf baru balas, enggak saya belum tidur kok.

Akhirnya pesan milikku sudah terkirim tapi mengapa aku harap-harap cemas Artha tidak membalas pesanku. Itu juga hak dia mau atau tidak membalasnya. Beberapa menit kemudian hp-ku bergetar kembali dan itu adalah pesan dari Artha.

Artha.
Sepertinya kamu agak kaku menggunakan bahasa 'saya kamu' terhadap saya. Lebih baik kamu menggunakan 'aku' saja daripada 'saya'. Apa saya boleh menelpon kamu?.

Aku yang sedang mencoba untuk tidur pun kalah lagi dengan pesan yang masuk ke hp-ku. Aku yang terkejut melihat pesan Artha hanya bisa menggelengkan kepala bagaimana tidak dia ingin menelfonku pukul 23.00. Aku mana bisa mengangkat telepon jam segini bisa-bisa aku dimarahi habis-habisan oleh Ibu.

Intan.
Maaf tapi aku gak bisa telponan saat ini karena udah tidur dan aku gak mau menggangu ibu tidur.

Tapi kali ini Artha membalas dengan cepat.

Artha.
Oke gpp maaf udah maksa tadi. Saya dengar anak padus mau lomba ya? dan katanya make up anak padus suruh bayar sendiri?.

Intan.
Iya kami mau lomba sekitar 1 mingguan lagi. Masalah make up itu memang per anak harus bayar sendiri karena sekolah tidak menanggung itu.

Artha.
Terus kamu udah bayar?

Intan
Belum, aku belum bayar uang make up itu.

Artha.
Harga make up nya berapa?.

Intan.
100 ribu per anak.

Artha.
Sini biar saya yang bayar. Cuma 100 ribu kan?.

Aku semakin terkejut dengan perlakuan Artha kepadaku apa ada orang sebaik dia? Aku hanya mengembalikan syal milik ibunya dan sekarang ia ingin membayar uang make up milikku?.

Artha.
Tan? Kamu mau kan saya bayarin uang make up nya?.

Intan.
Maaf Artha aku gak bisa nerima itu secara cuma-cuma.

Artha.
Yasudah kalau kamu gak mau biar saya beli bunga di toko kamu sebanyak 100ribu biar kamu mau nerima bantuan saya. Mau kan kamu juga gak menerima secara cuma-cuma kan?.

Aku menjadi nambah heran mengapa Artha mau sekali membayar uang make up milikku?. Apa  balasan karena aku menemukan syal milik ibunya?. Tapi orang bilang rezeki tidak boleh  kan? Jika aku menolaknya aku  mau meminta bantuan dengan siapa lagi. Akhirnya aku mau menerima bantuan dari Artha.

Intan
Aku mau kok ta bantuannya. Makasih ya kamu udah mau beli bunga sebanyak itu.

Artha
Sama-sama Intan:).

Sekali lagi terima kasihh ya Allah engkau masih menunjukan kepada hambamu ini masih ada orang baik di dunia ini dan Artha makasih udah mau nolongin aku, orang seperti kamu gak akan bisa  dilupakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIAMONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang