Sebuah sekolah, berfasilitas mewah dengan bangunan kelas yang tingkat. Terdapat tiga sekawan, mereka adalah Berly, Mella, dan Aya. Mereka bertiga selalu bersama. Hingga semester akhir sekolah, mereka belum pernah terpisah.
Sewaktu istirahat, mereka beranjak ke kantin, mereka mengambil makanan yang tersedia.
"Berly, nanti pulang sekolah kita pergi ke toko buku yuk," ajak Mella.
Berly ,mengangguk sambil mengunyah makanan.
"Aku ikut," sambung Aya.
"Siip," Mella mengacungkan jempolnya.
Sepulang sekolah mereka melaksanakan niat, yaitu pergi ke toko buku. Sampai toko buku mereka melihat-lihat buku bank soal, agar dapat belajar bersama, karena bulan depan mereka sudah mulai UN.
Sekarang ini, mereka sedang menghadapi try out, jadi wajar saja jika jadwal mereka sangat padat,
"Sekarang tanggal berapa?" tanya Berly.
"19," jawab Aya singkat.
Berly menghitung jarinya, "27 hari lagi kita UN."
"Ya! Pokoknya kita harus semangat agar kita lulus, SEMANGAT!," seru Mella.
"SEMANGAT!," mereka berseru.
Keluar dari toko buku, mereka hendak menyeberang, namun ketika Mella dan Aya melangkah, sepatu Berly terinjak kakinya sendiri, ia membetulkan sepatunya, sementara Mella dan Aya sudah sampai seberang, dan menunggu Berly.
Namun ketika Berly menyeberang mobil dari arah kiri melaju kencang, tanpa sempat Berly beranjak, semua sudah terlambat. Kini Berly tergeletak tak berdaya, sementara si pengendara mobilyang telah menabrak Berly, tidak bertanggung jawab.
Hari itu juga Mella dan Aya membawa Berly ke rumah sakit dekat sekolah, dengan panik Aya menghubungi orangtua Berly, Mella dan Aya menunggu di depan emeregency. Sambil terus menghubungi orangtua Berly dan berdoa.
"Sudah diangkat teleponnya?"
"Belum Mel,"
Mella terus berdoa, tiba-tiba handphone Aya bergetar dan "Halo," suara perempuan terdenagr lembut.
"Assalamu'alaikum, mama Berly tolong jangan panik, saya Aya teman sekelas Berly, Berly kecelakaan, dan sekarang sedang berada di Polka hospital, ruang emeregency," Aya menjelaskan dengan agak panik.
Mama Berly merespon kaget, dan segera akan menuju Polka hospital, setelah beberapa lama Berly dipindahkan ke kamar nomor 28. Untunglah mama Berly cepat datang, jadi bisa ikut bersama Mella dan Aya mengantar Berly pindah kamar.
Sampai sekarang, Berly belum sadarkan diri, Mella, Aya, dan mama Berly semakin cemas, mereka berdoa masing-masing, dan berharap banyak Berly segera sadar, sore ini Mella dan Aya pulang ke rumah, sementara Berly ditunggu dengan mama dan papanya yang sudah tahu kabar tentang putrinya.
Esok hari, papa Berly hendak membayar administrasi, namun apoteker bilang, biaya pasien ruang 28 sudah lunas termasuk biaya obat. Papa Berly berpikir bahwa istrinya sudah membayarnya.
Papa Berly kembali ke kamar putrinya, ia membicarakan pembayaran dengan istrinya, mama Berly tidak merasa melunasi administrasi, tampak wajah bingung pada keduanya, ditambah lagi sudah dua hari Berly tidak sadarkan diri, dokter mengontrol kondisi Berly.
Sesuatu yang tidak dinginkan terjadi, setelah dikontrol, dokter bilang Berly koma, "tidak ada jalan lain selain berdoa," dokter menenangkan. Diciumnya kening Berly oleh sang ibu, air matanya terus mengalir sambil mngucapkan doa, untuk keselamatan putrinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Short Stories
Cerita PendekFantastic! Kisah ini penuh misteri, di mana Dyana, Febri, Sekar dan Fena sangat berusaha mencari seoang pelukis cantik yang hilang, menuju sebuah pulau dengan perahu. Sementara jarak anatara tempat tinggal mereka dan pulau itu sangatlah jauh. Seben...