[2] Perjumpaan Ganjil

24 7 2
                                    

"Mungkin jalan yang terbaik adalah kita gabung dan buat genk baru yang anti mainstream"

^KRINGGG^

Bel kuno asrama berdenting. Semua murid berlarian menuju ke kelas masing-masing, kecuali Calista dan Jingga yang masih asyik terbuay obrolan di pelataran asrama.

"Kalo gue jadi lo, mending gue lari ke atap tetangga terus gue teriak minta tolong, gini *Tolong!! Saya dikejar MACAN*", canda Jingga sambil menepuk lengan Calista.

"Hah? Bisa kena semprot gue kalo bilang 'MACAN'. Tapi mang bener juga si lo", pekik Calista.

"Ya gitu aja dipikirin. Lo tinggal bilang aja kalo macan itu : *MAMA CANTIK*", tanggap Jingga ringan. "So, mama lo gak akan marah deh sama lo, gue jamin."

Jingga melompat ke tengah pelataran sambil terus tertawa, bahkan tawanya terpingkal-pingkal. Sebegitu lucunya hingga matanya terpejam sambil terus memegangi perutnya yang masing asyik berguncang badai.

^PRAKK^

Calista dan Jingga menghentikan tawanya seketika. Mereka langsung terdiam seperti mendengar peluru yang ditembakkan sebagai peringatan pada tersangka.

Semua orang tau betul bahwa suara itu pasti berasal dari kayu tua yang diretakkan di bagian ujungnya, milik Pak Dadang, guru Matematika bekepala gundul yang menyilau mata.

"Mati gue!" Calista menunduk sambil menyenggol siku Jingga yang masih terdiam tanpa suara.

"Mati juga gue!", sahut Jingga ketakutan. Kedua kakinya bergetar cepat _bak halilintar kehilangan kendali_

Langkah Pak Dadang semakin mendekat. Tiba-tiba__

"Ehemmmm"

Suara Pak Dadang mengagetkan sambil memukul kayu retak itu pada bahu kedua gadis sesak itu /perlahan tapi pasti/

Calista dan Jingga tak mampu menghindar dari guru yang dikenal paling garang se-asrama itu.

"Jingga, kalau gue harus mati sekarang, jangan lupain gue ya", bisik Calista perlahan di telinga kiri Jingga. Calista tidak perlu menunduk karena postur tubuh mereka yang hampir sama.

"Iya, Ta. Maafin semua kesalahan gue, ya. Jangan ngadu ide konyol gue tentang MACAN ke 'MALAIKAT' ya, biar gue selamat. Terus entar kita ketemuan lagi di surga, oke?"

Jingga memang konyol. Tingkahnya semakin menjadi-jadi setelah bertemu dengan Calista yang kini menjadi sahabat karibnya.

"Calista.. Jingga..!!!", bentak Pak Dadang sambil memukul kayu retak yang sudah berumur 10 tahun itu ke dinding.

Sontak Calista dan Jingga mengangguk kecil, memejamkan mata, sambil mengangkat kedua tangannya. Tingkah mereka berdua bersamaan _seperti saudara kembar yang sedang adu gerakan dance_

Jingga membalikkan badannya dan berlutut di depan Pak Dadang.

"Maaf, Pak. Kami boleh masuk sekarang? Udah telat lima menit lho, Pak", rayu Jingga dengan suara yang sedikit tersendat.

"Enak aja! Kalian dengar bel tidak? Hah?!", sambil membanting kayu tuanya untuk kesekian kalinya.

Calista yang masih berada di belakang terus memperhatikan ocehan Pak Dadang sambil mengukur mulutnya yang semakin melebar.

"Bikin darah tinggi aja! Untung hari ini tidak ada pelajaran saja. Kalau sampai ada.. BRAKKK.."

"Ampun, Pak. Apapun yang Bapak minta bakal kami turuti asal jangan lapor orang tua kami, Pak", pinta Calista lirih.

Calista yang menyadari ulahnya terbaca Pak Dadang langsung berlutut mengikuti langkah Jingga.

Pak Dadang tidak mempedulikan raut wajah kedua gadis itu. Langkahnya terhenti pada hitungan yang ke-4.

"Saya mau kalian bersihkan lapangan belakang. Sam-pai bersih! Oiya, jangan lupa hormat bendera MERAH PUTIH!", bentak Pak Dadang.

Calista dan Jingga saling memandang satu sama lain. Keduanya membalikkan badannya serentak. Terlihat Calista yang mengernyitkan dahinya. Diikuti Jingga yang memulai ocehan tidak jelas sekaligus lirih.

"Loh gak bisa gitu dong, Pak. Ini pelajarannya Bu Desi. Nanti kami kena marah, Pak", bantah Calista dengan badan yang kini sudah berjenjang tegak.

Pak Dadang tidak menghiraukan kata-kata Calista. Ia terus memacu langkahnya menuju ruang guru. Sementara Calista dan Jingga tetap asyik bercekcok sekaligus bersilat lidah satu sama lain.

Namun apalah daya keduanya. Tetap saja mereka sudah terlanjur meminta konpensasi dengan bersedia melakukan apa saja.

🍁🍁🍁

Keterangan:

^..^ : suara sesuatu.

_......_ : perumpamaan

*..* : kepanjangan.

Aku ada sesuatu nih..






Satu...








Dua...








Tiga...

(#) Kalau aku sih gak setuju ya, karena setiap guru punya cara masing-masing buat nyatain rasa Cinta mereka ke anak didik mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(#) Kalau aku sih gak setuju ya, karena setiap guru punya cara masing-masing buat nyatain rasa Cinta mereka ke anak didik mereka. Kaya kamu nyatain ke doi gitu.

(?) Kalau menurut kalian sendiri gimana? Tolong bagi asumsi kalian di kolom comment ya..

See you again 👋


Say 'NO' to BOYFRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang