4. Usaha Pertama

142 7 0
                                    

Bab 4. Usaha Pertama ( Fakhri POV )

Pukul 4 sore, semua pasien sudah selesai ku periksa. Sebenarnya kerjaku tidak sesuai dengan jam shift yang seharusnya karena hanya aku dokter anak di RS Ar-Rasyid ini, jadi aku akan berangkat pukul 8 dan pulang sesuai dengan habisnya pasienku. Biasanya aku pulang sekitar pukul 1 paling awal dan pukul 5 paling akhir. Jadi masih okelah, tidak begitu melelahkan kecuali memang ada pasien darurat yang waktunya tidak bisa ditentukan. Apalagi kalau ada operasi sulit yang dokter bedah disini agak kurang percaya diri, maka aku yang akan menggantikannya memimpin operasi. Ya, aku memang mempelajari semua bidang kedokteran dan bisa di bilang aku menguasai semuanya, dapat dilihat dari nilai kelulusanku yang langsung membuat Ayah membelikan ferrari sebagai hadiah. Ini bukan sombong, hanya berbagi pengalaman barangkali bisa dijadikan inspirasi. Hehehe. Sudahlah ya, sekarang aku ingin segera pulang, karena adzan ashar sudah berkumandang beberapa menit yang lalu saat aku masih memeriksa pasien terakhirku hari ini. Karena rumahku memang sangat dekat dari RS, maka aku memutuskan untuk sholat di rumah saja nanti setelah membersihkan diri.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk aku bisa sampai di rumah, tanpa mengulur lebih banyak waktu lagi, aku langsung menuju kamarku untuk segera mandi,berganti pakaian dan menunaikan sholat ashar. Jika sholat di RS, setelah sholat maka aku hanya akan berdzikir secukupnya karena antisipasi barangkali sudah ada pasien yang menunggu. Tapi kalau sholat di rumah begini, biasanya aku menghabiskan lebih banyak waktu untuk berdo'a. Selesai berdo'a aku berinisiatif untuk memesan makanan melalui aplikasi online. Sudah hampir maghrib dan aku sudah lelah jika harus keluar lagi untuk mencari makan malam. Beginilah nasib jomblo yang tidak bisa memasak, selalu mengandalkan makanan di luar sana. Jadi ingin cepat menikah Ya Allah. Wkwkwk. Memikirkan hal itu, aku jadi ingat kalau Najwa belum juga menghubungiku. Apa dia sudah punya pasangan ya? Ya Allah, belum apa-apa masa langsung patah hati sih. Tidak mau berfikiran negatif terlalu jauh, akhirnya akupun beranjak untuk mengambil wudhu karena adzan maghrib sudah berkumandang dan aku akan sholat berjamaah di masjid.

Paginya aku berangkat ke RS pukul 09.00 karena hal langka yang tadi aku alami yaitu bangun terlambat. Dan kalian ingin tahu alasannya ? Karena semalam aku terjaga sampai pukul 02.00 untuk menunggu telepon atau sekedar pesan dari Najwa. Tapi hasilnya nihil, sampai pagi tadi aku bangun, hanya ada pesan dari grup dan operator yang tidak ingin aku baca. Sesampainya di ruangan, Suster Yuli bahkan menatapku heran dan langsung mencecarku dengan berbagai pertanyaan. Fyi, Suster Yuli ini adalah sahabatku semasa SMA, jadi walaupun kami rekan kerja tapi kami tetap berlaku sebagai sahabat saat sedang berdua.

"Tumben-tumbenan Pak Dokter kesiangan, mimpi apa kamu Ri?". Tanyanya meledek ke arahku yang kubalas dengan dengusan tanpa berniat menjawabnya.

"Gini nih kalau terlalu lama sendiri. Bawaannya ngga mau diganggu aja". Cibir Yuli sembari merekap data pasien di mejanya.

"Btw Ri, kamu kenal sama cewek yang kemarin nganter Kakek itu ? Gila baik banget dia, tadi aku dikasih brownis loh, dia bilang gini 'buat dedeknya biar kuat dibawa kerja sama Mamanya' gitu.. kan aku melting ya, secara kamu aja yang tiap detik sama aku ngga pernah perhatian gitu". Oceh Yuli yang membuatku agak terkejut. Najwa tadi kesini ? Dan aku malah kesiangan? Ya Allah. Jadi Yuli ini memang sedang hamil 4 bulan, dan dia memutuskan untuk tetap bekerja selagi masih kuat, biar cutinya banyak pas bayinya sudah lahir katanya.

"Cantik banget ya dia, cocok lah sama si Glen yang body nya masyaAllah itu". Ucapnya yang membuatku langsung tersedak kopi yang memang tadi sedang aku minum.

"Kenapa Ri ? Kamu naksir dia juga ? Yah kalah udah nyerah aja, tadi aku lihat si Glen udah ngobrol banyak sama dia, paling bentar lagi mereka sebar undangan nikahan ke kita". Kata Yuli yang benar-benar membuatku mengucap 'Naudubillah' berkali-kali dalam hati.

Setelah Yuli menyelesaikan ocehannya yang tidak kutanggapi, akhirnya ia mulai memanggil pasien untuk ku periksa. Hari ini tidak banyak pasien yang dijadwalkan periksa sehingga pukul 11.30 aku sudah bisa langsung pulang. Saat hendak pulang, tiba-tiba aku terlintas ide untuk menemui Glen, sekedar cari informasi boleh lah ya. Jadi, Glen adalah satpam andalan RS Ar-Rasyid makanya Yuli bilang body nya masyaAllah. Dan langkah kakiku benar-benar berjalan menuju pos satpam dimana dia berada.

"Loh Mas Fakhri tumben, ada yang bisa saya bantu Mas ?". Sapa Glen saat aku barusaja mencapai pintu pos satpam.

"Engga, santai aja Glen. Saya cuma mau numpang duduk sebentar. Nunggu Ayah katanya mau ketemu". Jawabku asal, dan dia mengangguk paham kemudian kembali memainkan ponselnya. Jangan-jangan dia sedang chatting dengan Najwa hmmm.

"Maaf Mas Fakhri ijin mau telepon pacar sebentar, marah dia, saya ngga bisa jemput". Ucapnya sambil menempelkan ponsel ke telinga dan aku mengangguk sambil sok memperhatikan ke arah lain, padahal telingaku fokus menguping barangkali suaranya memang Najwa, maka aku akan mundur perlahan.

"Demiapa Glen, pacarmu masih SMA ?". Tanyaku tidak percaya setelah baru saja mendengar percakapan mereka yang bergaya ABG labil, padahal Glen hanya satu tahun dibawahku.

"Iya Mas SMA kelas 2, adiknya temen saya. Hehehe". Jawabnya agak malu-malu dan aku yang langsung bersyukur dalam hati.

"Ooh, saya kira pacarmu yang tadi berjilbab itu". Pancingku dan justru dia tertawa mendengarnya.

"Sebentar, jadi Mas Fakhri sama Mbak Nana sedang PDKT atau bagaimana ? Tadi Mbak Nana juga bilang gini 'senang ya Glen kalau lihat Dokter Fakhri sama Suster Yuli, pasangan muda, cantik, ganteng, mapan, udah mau punya momongan pula' gitu. Hahahahaha". Ucap Glen yang malah membuatku bahagia dan semakin tertarik dengan pembicaraan ini.

"Serius dia bilang gitu Glen? Pantesan aku nunggu semalaman sampai pagi, dia ngga telepon nomor saya". Balasku yang membuat Glen semakin tertawa geli.

"Ya lagian Mas Fakhri aneh banget, mana ada perempuan yang mau telepon dulu, gengsi lah mas. Hahaha".

"Jadi kamu kenal Najwa ?". Tanyaku yang dibalas anggukan mantap dari Glen.

"Kami satu sekolah di SMA, satu kelas malah".

"Serius ?". Responku terlalu cepat sampai Glen tidak lagi bisa menghentikan tawanya.

"Iya, saranku ya Mas, kalau suka Nana harus gerak cepat, saingannya banyak". Ucapnya yang aku setujui dalam hati. Iyalah, cantik sholiha begitu siapa yang ngga mau kan.

"Kenal dekat juga belum Glen, bingung lah gimana gerak cepatnya".

"Dia ngajar di SMP Islam Internasional Mas, samperin lah, pura-pura tanya biaya sekolah atau pelajaran bahasa inggris yang dia ajar atau apa gitu". Kata Glen yang langsung membuatku sangat bersemangat. Bagaimana tidak, kedua adikku, Akbar dan Shafa adalah murid di SMP itu. Buru-buru aku lihat jam tanganku, sekarang pukul 12.15 sedangkan pukul 14.00 adalah jam pulang sekolah Akbar dan Safa, dan sekarang aku sudah selesai bekerja. Fix, setelah ini aku yang akan menjemput adik-adikku dan mulai mengusahakan kebetulan yang mempertemukan aku dan Nana. Dengan menahan senyum yang takutnya terlalu terlihat bahagia, akupun pamit kepada Glen untuk segera menjalankan misi pertama.

"Loh Mas Fakhri katanya nunggu Bapak ?". Teriak Glen saat aku sudah berada diluar pos satpam.

"Tadi saya bohong. Maaf saya duluan". Balasku dan langsung berlari menuju parkiran dengan tawa Glen yang dapat ku dengar jelas.

Yeay bab 4 selesai

Thanks udah mampir, jangan lupa vote yaa....

Cinta dari, Deean

Kuasa-MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang