2.Om ganteng

6.8K 496 195
                                    


Menunggu adalah sesuatu yang paling menyebalkan dalam kamus Rio. Bagaimana tidak? Sudah setengah jam Rio menunggu Acha berdandan. Ingin rasanya Rio menjambak rambut adik kesayangannya itu yang kini sedang di catok.

Seharusnya hari ini Rio malas-malasan di kamar. Tapi karena adik tersayangnya itu, rencana Rio untuk menghabiskan waktu weekend nya dengan mengurung diri di kamar gagal sudah.


Pagi-pagi sekali Acha sudah menggedor-gedor pintu kamar Rio seperti kerasukan setan. Dan setelah Rio tahu maksud kedatangan adiknya di pagi buta itu untuk mengantar dia belanja bulanan, sungguh Rio ingin menenggelamkan Acha di kolam ikan belakang rumahnya.

"Acha, buruan knapa!!" entah keberapa kalinya Rio mengatakannya.  Sudah setengah jam Rio menunggu Acha berdandan, namun adiknya yang kini duduk di bangku SMA itu masih asik memakai alis.

"Bentar dong kak!! Ih kan, gara-gara kaka, alis aku jadi naik sebelah." Acha memutar badannya, menatap Rio yang berdiri di ambang pintu kamar.

Rio menghembuskan nafas jengah melihat Adiknya menatapnya dengan tatapan Horror.

"Buruan, keburu siang!!  Kaka tunggu di bawah, kalo lima menit lagi kamu gak turun kakak ogah nganter kamu." setelah mengatakan itu, Rio mengayun tungkainya meninggalkan kamar Acha.

Sedangkan Acha masih sibuk memperbaiki alisnya, seakan tidak takut dengan ancaman kakaknya.

* * *

jam sepuluh pagi Rio dan Acha baru sampai di super market, Acha langsung berburu belanjaan yang sudah mommy nya tuliskan di secarik kertas. Sedangkan Rio hanya berjalan-jalan tak tahu arah dan tujuan.


Rio berdiri di rak-rak yang menyimpan berbagai macam permen.  Tapi tatapan Rio hanya fokus pada satu titik. Rio menatap permen kenyal kesukaan Ify. Betapa suka nya Ify pada permen kenyal berbagai macam bentuk itu. Aaaah... Lagi-lagi Rio merindukan Ify. Sudah tiga tahun Rio mencari keberadaan Ify, namun Rio harus menelan pil kecewa karena sampai saat ini keberadaan Ify belum juga di ketahui.

Kenapa harus merindu saat orang itu sudah tak ada?

"Yo!" Rio menoleh ketika merasakan bahunya di tepuk, lalu tersenyum saat melihat wanita berpipi chubby itu berdiri di hadapannya.

"Eh Vi, apa kabar lo?" Tanya Rio pada Sivia yang kini tengah Berdiri dengan memegang kardus berisi permen.

"Baek gue mah, lo gimana? Udah lama gue gak ketemu sama lo." Rio terkekeh seraya menjawab. "Biasa, boss mah sibuk."

"Dih songong." Sivia menatap Rio jengah.

"Lo kok betah banget Vi kerja di sini. Punya pacar holang kaya tuh harusnya lu manfaatin." Sivia menggeplak bahu Rio kencang, sedangkan Rio mengaduh kesakitan karena Sivia memukulnya dengan sepenuh hati, eh sepenuh tenaga. 


"Enak aja lo, sorry ye gue bukan cewek matre."Sivia melipat kedua tangannya di dada bersombong ria.


Rio mencibir. "Lagian lo sama Alvin pacaran kelamaan, kenapa gak nikah aja sih?"

Sivia menunduk, tatapannya menyendu.

"Ooppss... Sorry Vi. Gue gak maksud.."

"Gak papa ko, eh gue balik kerja ya."

Sivia meninggalkan Rio lengkap dengan kardus di tangannya.

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang