9-M E L O D I T E N T A N G N Y A

195 19 0
                                    

"Semua memang terdengar tak asing. Tidak semua sih, ada yang masih belum ditemukan"

—NEPTUNUS, 2018—


Akhir-akhir ini Venn jadi lebih rajin—memang dia sudah rajin dari lahir, sih. Buku selalu ada digenggamannya. Bahkan, dikantin pun ia tetap membawa buku. Pasti, ini untuk KIR. Setelah hampir satu minggu berunding bersama Angkasa tentang tema materi, akhirnya diputuskan untuk membuat dengan tema pisang. Bagaimana mereka bisa menghasilkan berbagai macam barang dari pisang.

"Venn, emangnya lo nggak capek baca buku terus?" Putri yang hampir selesai menghabiskan sotonya bertanya. Ia sudah merasa heran dari tadi.

Venn hanya menggeleng.

"Nggak bosen?"

Ia menggeleng lagi.

"Ntar lama-lama bukunya yang bosen sama lu,". Timpal Putri sekenanya. Venn meliriknya tajam.

"Aduh..., atu atut..,"

Venn kembali pada bukunya. Ia tidak makan. Hanya ingin menuruti sahabatnya yang banyak maunya ini. Ia dipesankan Putri satu bungkus gado-gado.

"Hai, Venn." suara mengganggu lagi. Kapan ia akan belajar dengan penuh ketenangan.

Venn tak bergeming. Seseorang mendekatinya. Dan duduk disebelahnya. Putri yang mendeteksi bahwa orang itu adalah sasaran cogan berikutnya, ia tersenyum.

"Eh, kak Aska." sambil merapikan rambutnya. Aska mengangkat alis, membuat Putri semakin gemas dengan cowok itu.

"Ini temen lu lagi kesambet apa, Put?"

"Oh..., Venn. Kan dia ikut KIR.." Putri mendorong pundak Venn. Venn sangat kesal dibuatnya.

"Oh, ikutan KIR. Sampai pipinya kurusan gitu." Aska mencolek pipi Venn.

"Modus, orang pipi masih kayak bakpo gini dibilang kurusan." sahut Venn sebal.

Venn terus memandangi isi buku tebal itu. Aska yang penasaran, ikut mengintip.

"Bagusnya apa sih, baca buku? Nggak bosen?"

Venn tak menjawab.

"Daripada lo mati gegara kebosenan, weekend ke kafe ruang imaji yuk,"

Venn ternganga. Bukunya ia hempaskan saja ke meja.

"Gue ikutan!" Putri menyahut, mengangkat tangannya. "Ayolah, Venn... Plis—"

Ingin rasanya Venn meremas wajah sok imut Putri dan wajah sok tampan Aska. Tapi, daripada malah timbul keributan, ia mencoba meriflekskan dirinya. Putri masih tegar dengan permohonannya.

Venn mendesah berat. "Iya, iya. Tuan Putri...."

"Nah, gitu dong baru Venn yang seru..."

Putri beranjak dan duduk disebelah Venn. Pun merangkulnya. Memang tiada hal yang indah selain persahabatan.

🔭

Kring—kring—

Telepon kabel dikamar Venn berdering kencang. Venn yang tengah membacah novel fiksi menoleh. Ia mengangkat telepon yang berada diatas nakasnya.

"Halo? Ini siapa?"

"Halo, Venn. Ini Angkasa"

Venn lupa jika lima hari yang lalu Angkasa meminta nomor teleponnya. "Oh, i- iya kak Angkasa ada apa?"

"Hm, nanti malem lu ada acara nggak?"

NEPTUNUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang