Segala bentuk typo dan teman-temannya, tolong di maklumi.
Happy reading all...
Jangan lupa spam komen dan vote kalo mau fast update terus wkwk
*Dialog yang bercetak miring tebal adalah dialog Makhluk gaib.
Mysterieuse Belle Human
Park Jimin mengabaikan teriakan sang ayah dan memilih keluar dan berangkat kuliah. Tuan Park yang melihat kelakuan sang anak pun hanya bisa mengelus dada sabar.
"Paman, aku akan mencoba membicarakannya dengan Jimin oppa. Paman jangan terlalu banyak berpikir, pikirkan juga kesehatan jantung paman." Ucap gadis bermarga Kim itu.
"Yerim-ah, paman benar-benar lelah. Tolong kau coba bujuk Jimin." Ucap tuan Park.
Gadis yang dipanggil Yerim tadi mengangguk mengiyakan ucapan sang paman.
"Jimin oppa!"
Jimin berdecak kesal saat mendengar sepupu nya beteriak memanggil namanya. Pria itu membalikan tubuhnya dan menatap sang sepupu dengan tajam.
"Ada apa?" Tanyanya ketus.
"Kau seharusnya mendengarkan apa yang paman katakan. Beliau hanya ingin kau berubah menjadi lebih baik. Bibi juga sedih saat melihat kelakuan buruk mu. Apa kau tidak kasian pada mereka?" Cerocos Yerim.
"Aku punya kehidupanku sendiri, Kim Yerim. Orangtua yang hanya memikirkan harta seperti mereka tidak pantas mengatur hidupku." Balas Jimin.
"Jaga bicaramu. Dia tetap ayah dan ibumu walau kau membencinya setengah mati." Celetuk Yerim.
"Tidak usah ikut campur. Kau itu hanya sepupuku, dan kau tidak tau bagaimana terpuruknya aku ditinggal mencari harta sejak kecil. Kau tentu tidak pernah merasakannya karena kau hidup penuh dengan kasih sayang kedua orangtua mu."
Jimin pergi meninggalkan Yerim yang terdiam meratapi keburukan sifat sang sepupu. Gadis itu berdesah pelan.
"Aku hanya merasakan sedihnya perasaan paman dan bibi yang ditolak mentah-mentah oleh anak nya sendiri."
Mysterieuse Belle Human
Kang Seulgi keluar dari flat kumuh nya. Gadis itu mendecak kesal, pasalnya sejak semalam dirinya merasakan perasaannya tidak enak. Dan biasanya kalau sudah seperti ini akan ada sesuatu yang terjadi di depan mata nya.
Ingat, Kang Seulgi bukanlah gadis lemah seperti kebanyakan. Gadis itu memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang.
"Sial, masalah apa lagi yang akan terjadi nanti." Gumamnya.
Seulgi berjalan menuju ke kampusnya. Gadis itu menaikan topi hoodie nya membuat wajahnya tak terlihat bila dari samping. Hari ini dirinya ada ujian praktek di Lab, dan ia tidak mau telat.
DEG..
Seulgi menyentuh dada nya. Barusan itu jantungnya berdetak sangat cepat, dan Seulgi tidak nyaman. Gadis itu mulai berkeringat dingin, kepala nya ia tolehkan ke kanan dan kiri.
Tatapannya terpaku kepada sosok pria jangkung yang akan menyerbang jalan. Seulgi berlari kencang ke arah pria itu lalu berteriak kencang membuat orang-orang di sekitarnya melihat ke arah Seulgi.
"Tolong jangan menyebrang ke arah sana. Itu akan sangat berbahaya untukmu, tuan." Ucap Seulgi dengan nafas memburu.
Pria yang dimaksud Seulgi mengerutkan dahi nya bingung. "Kau ini kenapa? Apa aku mengenalmu?"
Seulgi menggeleng, "Tidak. Kita tidak saling mengenal. Tapi ku mohon jangan menyebrang, itu akan sangat berbahaya untukmu."
"Maaf nona, aku tidak mengerti kau kenapa. Tapi motor ku ada di seberang sana. Dan saat ini aku sudah telat berangkat ke kampus. Jadi lepaskan tanganku dan biarkan aku pergi."
Seulgi kembali menggeleng, "Jangan, –kau akan terkena musibah. Jadi tolong percaya kata-kata ku dan jangan menyebrang ke sana."
Pria itu mulai jengah dengan sikap aneh Seulgi. Dengan terpaksa pria itu menghempaskan tangan Seulgi yang menahan tangannya.
"Pergilah ke rumah sakit jiwa atau psikiater. Sepertinya kau perlu berobat." Katanya yang entah kenapa menusuk hati Seulgi.
Pria itu hendak berjalan menyebrang namun sesuatu terjadi membuat langkahnya terhenti.
Kang Seulgi membalikan tubuhnya dan memejamkan kedua matanya saat mednengar suara bising dari arah sebrang sana.
"Astaga! Tolong panggil ambulans sekarang." Suara gemuruh dan teriakan orang-orang di sekeliling membuat Seulgi semakin memejamkan kedua matanya.
"Aku sudah bilang jangan menyebrang ke arah sana. Tiang listrik itu akan rubuh tepat di sebelah motor mu, tuan." Gumam Seulgi.
Seulgi mendongakan wajahnya dan melihat pria yang barusan berbicara dengannya masih berada di tempatnya dan tidak jadi menyebrang. Tatapan mereka bertemu, Seulgi memalingkan wajahnya.
"Lupakan masalah motormu. Benda itu masih bisa dibeli, tapi bagaimana dengan nyawamu?" Ucap Seulgi pelan, tapi masih dapat di dengar oleh pria itu.
"Kau –" Ucapan pria itu terhenti, ia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi barusan.
"Aku permisi, tuan." Pamit Seulgi lalu membalikan tubuhnya pergi meninggalkan pria itu. Namun langkahnya terhenti saat sesuatu menahan pundaknya.
"Siapa nama mu?" Seulgi bungkam. Gadis itu tidak menjawab apapun dan memilih diam.
"Nona, siapa nama mu? Bisakah kita berkenalan?" Tanya pria itu.
Seulgi gugup, pasalnya baru kali ini ada seorang pria yang mengajaknya berkenalan.
"Kang Seulgi. Namaku Kang Seulgi." Jawabnya memperkenalkan diri.
Pria tadi menarik pundak Seulgi pelan, membuat tubuh gadis itu berbalik dan berhadapan dengan pria tadi.
"Aku Jeon Jungkook. Terimakasih karena sudah menolongku dari bahaya. Dan maaf tentang ucapan kasar ku tadi. Aku benar-benar tidak tau kalau kau ternyata memiliki kelebihan seperti itu." Ucap pria yang ternyata Jeon Jungkook itu.
Seulgi menggeleng pelan, "Itu tidak masalah. Niatku ingin membantu."
"Apa kau kuliah di Seoul Academy?" Tanya Jungkook. Seulgi mendongak menatap kilas pria itu.
Seulgi menjawabnya dengan deheman. Gadis itu kembali menundukan wajahnya. Merasa gugup karena di tatap seperti itu oleh Jungkook.
"Aku juga baru pindah ke Seoul Academy." Ucap Jungkook.
Seulgi menatap pria itu dengan tatapan bingung nya. "Lalu apa hubungannya denganku?" Ucap Seulgi lirih namun masih bisa di dengar oleh Jungkook.
Jungkook salah tingkah, pria itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Gadis di hadapannya ini ternyata diluar ekspetasinya. Disaat gadis lain akan berteriak kegirangan saat diperhatikan olehnya, tapi Kang Seulgi berbeda.
Dan entah kenapa Jungkook tertarik dengan sesuatu yang ada pada diri Kang Seulgi.
"Hmm.. sebagai tanda terimakasih ku karena kau sudah menolongku, bagaimana kalau kita berangkat bersama ke kampus. Kau ada kelas pagi kan?" Tanya Jungkook.