Langit

68 6 2
                                    

Untuk langit,
Yang kini sedang memamerkan kecerahan miliknya.

Hai, bolehkah aku menyapamu?
Di bawah sini diam-diam aku sedang memperhatikanmu.
Aku juga sedang berpikir bagaimana caranya menggapaimu?

Kau mempunyai awan yang selalu menemanimu.
Aku tidak ingin kalah denganmu. Di sini aku juga ditemani semilir angin yang berhembus menusuk hati yang semu.

Sayup-sayup terdengar suara tawa. Hal itu membuatku mengedarkan pandangan. Tak ada satu orang pun disekitarku. Kini yang terdengar hanya suara ranting yang bergesek karena tertiup angin.

Aku sadar, itu hanyalah khayalanku.
Langit, kau berulah.
Kau membuatku larut dalam hayalan karena memandangmu.
Sungguh, kau membuatku kembali resah.

Langit, bolehkah kau menyampaikan pesanku padanya? Aku janji, ini permintaan terakhirku.

Maaf, kali ini aku tidak menemanimu memandang senja di sore hari.
Maaf, kali ini aku menyukai langit biru dengan hiasan awan putih di siang hari.

Hey, kau yang sedang berada di tempat antah berantah.
Aku menyukainya. Ya, langit siang yang cerah.
Jujur, ini tak secerah harapanku padamu yang tak berbuah.

Tadi aku bercengkrama dengannya.
Warna birunya yang cerah seolah berkata padaku, "Janganlah menunggunya. Aku yakin ia tak setia. Janji manisnya tidak semanis awanku yang terlihat seperti permen kapas. Mulai saat ini, tunggulah aku. Aku bisa menemanimu seharian. Aku yakin, sekarang ia tak sehangat seperti angin yang kuhembuskan dari atas. Percayalah padaku. Karena aku bisa melihat semuanya dari atas sini."

Kau yakin akan baik-baik saja saat mendengar hal itu?
Jika tidak, bolehkah aku menemanimu?
Aku akan menghiburmu.
Apa kau menangis? Jika iya, bolehkah aku menghapus air matamu?
Haha, aku banyak bertanya.
Maaf. Karena sejak aku menemukanmu, di dalam kepalaku selalu muncul kata tanya.
Salah satunya, 'kapan kau mulai melirikku?'

Langit, sampaikanlah pesanku padanya.
Dan juga terimakasih atas waktunya.

Tertanda,
Aku yang kini berpaling. Darinya, dan dari kenangannya. Maaf.
Namun rindunya tak ingin pergi. Ia tumbuh besar di dalam hati.

Sebuah Kata UntukmuWhere stories live. Discover now