Thanks

4 2 0
                                    

Awas typo betebaran!

***

Busan, Korea Selatan
22.00 KST

"Cuacanya dingin sekali oppa, sebaiknya kau jangan pakai pendingin ruangan." Seorang pria menganggukkan kepala pasrah lalu mematikan pendingin ruangan segera.

"Bagaimana caramu kabur dari 2 serigala itu?" Pria itu lantas mengajukan pertanyaan.

"Yak! Jin Hyung? Ada apa denganmu, mereka adalah kedua orang tuamu, setidaknya mereka pernah mengasuhmu, memberikan kasih sayang padamu! Jujur, kata-katamu tidak berperi kemanusiaan."

"Yak! Jung Ho Seok, sejak kapan kau berubah dewasa, aku ternyata sudah membesarkanmu dengan baik." Kim Seok Jin menahan tawanya mendengar ucapan Jeon Jungkook.

"Oppa, besok aku harus pulang, jaga dirimu baik-baik. Kau sudah lebih baik sekarang?" Hyeri membenahi posisi duduk Jin agar ia bisa lebih rileks lagi.

"Kenapa kau terburu-buru? Kau belum mengenal dengan baik maknae-maknae terlaknat di sini!" Jin menatap 3 maknae dengan senyuman mengejek, sedangkan ketiga-tiganya melotot acuh.

"Siapa yang tidak mengenal mereka oppa? Mereka sangat terkenal bahkan di Indonesia. Lain waktu, aku akan lebih mengenal mereka dan bertemu dengan mu lebih lama lagi, namun... mungkin ketika aku sudah sukses." Hyeri tak bisa menahan air matanya.

Saat ini, mereka sedang menginap di apartemen Jin, agensi mengijinkan mereka untuk istirahat sebentar.

"Yak! Kesedihan bukanlah hidupku! Ayo berbahagia, lupakan soal perpisahan, yang terpenting Jin hyung sudah sembuh dan semuanya baik-baik saja, kami akan konser dan melakukan fanmeet seperti biasanya. Suga Hyung tetap sering mencuri celana dalam jungkookie dan aku tetaplah si hobie yang selalu ceria." J-hope menyengir kuda, kata-kata berhasil membuat tawa mereka pecah, kecuali Yoongi.

Dengan tatapan datar ia berkata, "yak! Apa yang lucu?" Yang lainnya hanya mendesah pasrah.

"Yaya, kenapa dia dingin sekali."

"Kurangi sikap dinginmu Yoongi-ya."

"Wah, kau sedingin es saat suhunya 5 derajat!"

Begitulah, respon dari yang lainnya. Hyeri hanya tersenyum miring, merasa kalau mereka itu punya keunikan berbeda-beda. Dan yang pasti, dia bersyukur karena pilihan kakaknya kali ini adalah yang terbaik.

Tiba-tiba Hyeri ingin sekali menelphone Merie.

***

Jakarta, Indonesia
24.00 WIB

Dering telpone berbunyi nyaring, pemilik ponsel itu tertidur pulas di ruang tamu, begitu banyak hal yang sudah ia lewati hari ini. Seorang pria membawa secangkir kopi menuju ke ruang tamu.

Pria itu menarik selimut yang tertarik ke bawah, agar gadis itu bisa lebih terlelap lagi. Ponsel gadis itu masih berdering, dengan cekatan pria itu segera mengangkatnya.

"Hallo?"
......

"Dia sedang tidur, ini sudah tengah malam, apa lu gak pernah diajari soal waktu, adik gw capek ngurusin lu! Jangan ganggu hidup adek gw kalok akhirnya adek gw aja gak bisa tidur gara-gara mikirin cara biar lu tetep di sana gak ketahuan! Ngaca, putri direktur kayak lu gak pantes buat minta bantuan adek gw!"

Sebelum orang yang di sebrang sana menjawab, pria itu sudah menutupnya.

"Meryan! Apa yang loe lakuin ha?" Gadis itu menatap sinis dengan amarah yang membara di matanya.

"Gw cuman..."

"Cuman apa ha?? Dasar perusak persahabatan! Gw peringatin ke loe ya! Jauh sebelum lu jadi siapa-siapa gw dia itu udah jadi siapa-siapa gw! Sialan ya lu! Loe tuh bisa mikir gak sih? Pasti dia sakit hati banget!" Merie segera menelpon kembali, namun tak ada jawaban, gadis itu benar-benar frustasi ia berlari ke kamarnya.

"Gw salah? Lagi?" Meryan menggaruk rambutnya yang tak gatal.

***

Busan, Korea Selatan
22.16 KST

"Hyeri? Kamu gapapa?" Taehyung mengibas-ngibaskan tangannya di depan muka Hyeri.

"Ahh! Gwaenchanayo oppa."(tidak apa-apa, kakak)

"Bagaimana mungkin kau baik-baik saja, kau bahkan tidak berkedip 5 menit!"

"Bagaimana perasaanmu jika kakak dari temanmu tidak menerimamu sebagai teman?" Hyeri menatap lekat Taehyung.

"Teman ya? Aku bahkan dijauhi semua temanku waktu aku kecil, aku hampir tidak memiliki teman dulu." Pria itu menunduk.

"Waeyo? Apa karena kau tampan?"(kenapa?)

"Aniyo, entah karena alasan apa aku juga tak tau."(tidak)

"Artis sepertimu mana mungkin pernah menderita!"

"Sadarlah, kami juga manusia, aku tau kau mungkin tidak merasa semua ini adil, tapi kami juga ingin memiliki banyak teman dahulu, tidak ketika kita sudah terkenal seperti sekarang. Mereka, dulu sangat membenciku namun ketika aku sudah terkenal mereka semua mendatangiku, bagiku mereka bukanlah teman mereka hanya mencari ketenaran."

"Wahh, siapa sangka Kim Taehyung BTS bisa sebijak ini."Hyeri menunjukkan cengirannya.

"BTS, kami tidak langsung terkenal. Kami benar-benar bekerja keras ketika debut, benar-benar merasakan bagaimana kami terkalahkan oleh senior kami di ajang penghargaan. Dan, bagaimana kami menjadikan semua itu menjadi dorongan untuk semakin maju."

"Mana ada agensi miskin masuk chart Billboard Music Award? Siapa mereka? Siapa kami tidak lah penting, kami tidak memiliki apapun, kami bukanlah yang terbaik mungkin. Tapi, kami punya sebuah kunci masa depan kami yaitu kerja keras." Park Jimin ikut berbicara.

"Hingga, yang dari nothing sampe everything... yah itulah kami." Rap Monster ikut angkat biacara.

"Kenapa suasananya jadi seperti ini! Yak aku tak suka suasana seperti ini!" J hope keluar ruangan.

"Kalian adalah pria-pria korea pilihan memang, tidak ada yang segigih kalian. Aku akan mencoba meneleponnya lagi." Hyeri tersenyum, lalu ia segera keluar ruangan untuk menelepon.

○○○○~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~○○○○

GOMAWO NIH UDAH BACA
BETE YA SAMA CERITANYA?
GW GAK BISA LAMA-LAMA JAUH SAMA BANGTAN
JADI CERITA INI MUNGKIN BAKALAN DI PADUIN AMA UNSUR KOREA

Sorry, sama yang gak suka Korea.
To be continue
Enjoye reading:))

In The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang