Bikin Stress

322 52 2
                                    

Fahri mengerahkan segala kemampuannya dalam menggiring, menggocek dan menembak bola. Pokoknya apapun yang ia bisa saat bertanding di atas rumput sintesis di dalam gedung ini ia kerahkan segalanya demi mencetak gol ke gawang lawan. Dan atas usahanya yang serius pun akhirnya lelaki manis itu bisa mencetak satu buah gol. Ya walaupun pada skor akhir timnya kalah telak di 5-2. Sial.

Segerombol lelaki berbaju futsal itu bergoleran di atas rumput sintesis gedung futsal ini. Peluh menurun di sekujur tubuh mereka. Masing-masing dari mereka memegang botol mineral yang isinya hampir habis. Tak terkecuali Fahri yang memilih agak menjauh dari gerombolan itu. Tidak mau berebut oksigen dan kena bau keringat teman-temannya. Begitu sih pikirnya. Namun memang ia selalu saja dibuntuti oleh lelaki yang lebih tinggi darinya, seniornya di sekolah Kak Romi.

Romi duduk mensejajari Fahri yang menekuk setengah lututnya untuk tumpuan kedua sikunya. Wajah Fahri tidak bersahabat sama sekali, kenyataan yang dibuatnya tentang membenci Romi dan kelelahan bermain menjadi faktor wajahnya yang tertekuk tak suka saat ini. Padahal, walau dengan peluh yang hampir menutupi seluruh wajahnya, Romi tersenyum tulus pada Fahri.

Lelaki bermanik hitam itu meneguk kasar minumannya dan mengahabiskannya sekalian. Kemudian meremas botol itu agar mengurangi ruang saat dibuang ke tong sampah.

"Jangan deketin gue lagi, Kak! Inget janji lo," Desis Fahri memecah keheningan di antara mereka. Lelaki yang diajak bicara tersenyum simpul, menepis sayatan lara di hatinya. Rasanya Fahri ingin mengenyahkan kehadiran Romi di sekitarnya segera. Sebegitu bencikah?

Awalnya mereka baik-baik saja. Bahkan seperti sahabat yang sudah lama kenal ketika usia perkenalan mereka baru satu minggu. Namun setelah dua bulan Romi merusak hubungan baik di antara mereka dengan sebuah pengakuan tulus yang dipandang konyol dan mungkin menjijikan bagi Fahri.

Romi mengangguk, tapi dia pun nekat meletakan lengannya di punggung Fahri. Merangkulnya. Sungguh pun Fahri ingin menolak perlakuan itu kalau saja mereka hanya sedang berdua, kalau di sini rasanya akan mencolok sekali ia membrontak melepaskan rangkulan itu karena biasanya normal. Tapi yang merangkul Fahri kini adalah dia yang menyatakan perasaan pada Fahri seminggu yang lalu. Parahnya kelamin mereka sama! Bikin Fahri stres.

_____

updatein biar cepat kelar wkwkwk

[bl] last chance?✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang