Jie sedang membuat teh hangat, jari-jari yang lentik terus mengaduk cairan coklat didalam cangkir itu untuk tenggorokannya yang sakit dan kering sambil memikirkan apa yang akan dilakukannya nanti setelah sembuh.
"Aigooo... aku belum izin untuk tidak masuk beberapa hari ini. Apa Jin sudah memberi tau pihak universitas ya?"
Jie kemudian tersadar. Dirinya baru saja mengandalkan Jin. Orang yang sedang coba ia lupakan saat ini.
"Sora! Ne Sora. Aku tanya dia saja."
Jie mendial nomor Sora dan mulai bicara setelah terhubung.
"Ya Sora-ya. Aku ingin ber..."
"Aigooo Jie-ya! Kau kemana saja? Apa kau baik baik saja? Jin bilang kau sakit." Potong Sora cepat.
"Ah. Ne nan gwenchana. Jadi Jin sudah memberitahu ya? Aku hanya ingin bertanya apa sudah ada yang mengurus izinku untuk beberapa hari ini."
"Beberapa hari?! Memangnya kau sakit apa? Aku akan menjenguk mu."
"Ah tidak perlu. Aku hanya... sedikit cedera."
"Dasar! Tapi bagaimana bisa Jin tahu kondisimu? Apa dia sering bersamamu?"
Jie tak berniat menjawab pertanyaan Sora karena memang ia tak ingin menjawabnya.
"Ah Sora-ya sudah dulu ya. Sampai jumpa."
"Ehh... Jamkkan..."
Tuut tuut tuut...
Jie langsung memutus panggilannya. Jika dibiarkan lebih lama yang ada Sora akan bertanya yang aneh-aneh.
Jie melempar ponselnya atas matras tidurnya. Pikirannya melayang kemana-mana. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Kondisinya masih seperti ini. Lukanya pun masih terasa sakit.
Yeoja itu menghela nafas. Ini akan terasa berat. Jie memegang perutnya, sejak kemarin sore ia sama sekali belum memasukan sesuatu kesana. Jadi Jie memutuskan untuk keluar rumah.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Beberapa jam kemudian.
Jin berada di cafenya. Ia menunggu dan mencoba untuk bersabar. Jin berharap Jie datang ke cafe untuk kembali bekerja. Setidaknya Jin bisa bertemu dengan Jie.
"Aish apa yang kupikirkan."
Jin bergumam sendiri. Biasanya Jin memilih untuk berada di ruangannya. Namun kali ini Jin duduk di meja tamu dekat pintu. Namja itu juga memandang keluar pintu kaca itu. Memandangi orang berjalan berlalu lalang.
"Apa aku harus menghampirinya?"
Jin langsung menyambar mantelnya yang tergantung di pegangan kursi. Tanpa basa basi lagi Jin melangkah keluar dari cafe dan langsung menuju mobilnya yang terparkir tepat didepan cafe. Youngjae memperhatikan tingkah Jin yang seperti terburu-buru itu. Youngjae tahu pasti bosnya itu sedang punya urusan yang melibatkan perasaannya. Karena jarang sekali seorang Jin terlihat cemas dan gelisah seperti tadi. Youngjae sudah memperhatikan Jin sedari ia datang dengan wajah ditekuk tadi. Youngjae tahu ini pasti ada hubungannya dengan Jie.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jin mengendarai mobilnya di sepanjang tepi jalan. Entah apa yang membuatnya melajukan mobilnya sedikit mendekati trotoar. Tapi Jin tetap gelisah.
YOU ARE READING
My Love Vamp
FantasyEntah mengapa dia yang selalu membuatku resah. Entah mengapa dia yang selalu membuatku khawatir. Entah mengapa dia yang selalu membuatku terjebak masalah. Kepedulian ini, rasa khawatir ini dan juga sesuatu yang menggelitik ini hanya dia. Ya hanya di...